Konten dari Pengguna

Jika Kamu Mencintaiku, Jangan Ciptakan "Aku"

Yuda Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.
24 Januari 2025 17:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilusi (Pexels/MarianaMontrazi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilusi (Pexels/MarianaMontrazi)
ADVERTISEMENT
Cinta adalah sesuatu yang sering kita rasakan dalam hidup, tetapi apakah kita benar-benar tahu apa yang kita cintai? Banyak dari kita yang merasa jatuh cinta, tetapi kadang-kadang kita jatuh cinta bukan pada orang itu sendiri, melainkan pada gambaran tentang mereka yang kita ciptakan di dalam pikiran kita. Pernahkah kamu merasa seperti itu? Ketika kita jatuh cinta, kita sering kali tidak jatuh cinta pada orang yang sebenarnya ada di depan kita. Sebaliknya, kita jatuh cinta pada gambaran atau konsep tentang mereka yang ada di kepala kita. Kita menciptakan “dia” dalam pikiran kita, seorang sosok yang kita pikir akan kita cintai, sosok yang kita bayangkan sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Padahal, orang yang kita cintai mungkin jauh berbeda dari gambaran yang kita ciptakan. Konsep ini sering disebut sebagai “pribadi”. Pribadi bukanlah hal yang nyata, melainkan kumpulan cerita dan persepsi yang kita bawa dalam pikiran kita. Ketika kita berpikir tentang seseorang, kita menciptakan berbagai gambaran dan cerita tentang mereka. Tetapi apakah cerita itu benar-benar mencerminkan siapa mereka? Seringkali, tidak. Karena yang kita cintai sebenarnya adalah gambaran dalam kepala kita, bukan orang itu sendiri. Masalah muncul ketika kita terjebak dalam mencintai ilusi ini. Kita jatuh cinta pada apa yang kita bayangkan, dan bukan pada kenyataan yang ada di depan kita. Padahal, kenyataan itu bisa sangat berbeda. Semua hal di dunia ini selalu berubah, begitu pula orang yang kita cintai. Tidak ada yang tetap. Sifat mereka bisa berubah, penampilan mereka bisa berubah, dan cara mereka berpikir pun bisa berubah. Seperti sungai yang terus mengalir, kita pun tak bisa memegang erat satu hal yang tetap. Begitu juga dalam hubungan cinta, segala hal selalu bergerak dan berubah. Karena segala sesuatu terus berubah, kita tidak bisa mengandalkan gambaran atau ilusi yang kita buat dalam kepala kita. Gambaran itu bisa jadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Cinta hanya bisa tumbuh jika kita menerima orang lain sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita bayangkan. Cinta hanya bisa berkembang jika kita mampu melihat orang lain tanpa terjebak dalam cerita-cerita dan asumsi yang kita buat. Kita harus belajar untuk melihat orang yang kita cintai dengan mata yang jernih, tanpa terpengaruh oleh gambaran atau harapan yang kita miliki tentang mereka. Cinta datang ketika kita bisa menerima seseorang tanpa perlu mengubah atau mendefinisikan mereka sesuai dengan keinginan kita. Ketika kita mencintai seseorang, kita tidak bisa menciptakan versi ideal tentang mereka dalam pikiran kita. Kita harus mencintai mereka dengan segala perbedaan dan perubahan yang ada. Sering kali, kita jatuh cinta dengan ide tentang seseorang, bukan dengan siapa mereka sebenarnya. Kita menciptakan gambaran tentang siapa mereka, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus bertindak. Tapi kenyataannya, orang yang kita cintai itu bukanlah gambaran yang ada di dalam kepala kita. Mereka adalah individu yang hidup, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, yang mungkin berbeda dari apa yang kita bayangkan. Mencintai dengan cara ini berarti menerima segala sesuatu tentang seseorang baik dan buruk, sempurna maupun tidak sempurna tanpa berusaha mengubahnya menjadi sesuatu yang sesuai dengan ide kita. Ini adalah cara yang lebih tulus untuk mencintai, tanpa terperangkap dalam ilusi atau harapan yang tak realistis. Cinta tumbuh ketika kita bisa melihat orang yang kita cintai di sini dan sekarang, tanpa melibatkan cerita atau prasangka kita tentang siapa mereka. Ketika cinta datang, biarkanlah ia datang tanpa terlalu banyak berpikir. Jangan terlalu sibuk membayangkan siapa mereka, bagaimana mereka harus bertindak, atau bagaimana kita ingin mereka berubah. Cinta berkembang ketika kita bisa menerima kenyataan, dan bukan ketika kita terjebak dalam pikiran dan perasaan yang berlebihan. Cinta adalah perjalanan yang tak bisa diprediksi. Ia tumbuh dan berkembang, mengalir seperti air, mengikuti arus kehidupan. Oleh karena itu, jika kamu mencintai seseorang, jangan menciptakan “dia” di dalam pikiranmu. Terimalah mereka apa adanya, dan biarkan cinta itu tumbuh secara alami, tanpa tekanan atau harapan yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT