Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kesetiaan Yang Terlupakan
2 Februari 2025 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesetiaan. Kata sederhana yang sering diucapkan dengan penuh keyakinan di awal sebuah hubungan, tetapi seiring waktu, ia menjadi sesuatu yang sulit dipertahankan. Di awal, cinta terasa manis, janji diucapkan dengan lantang, seolah tak ada yang mampu merusaknya. Namun, ketika perjalanan mulai berliku, ketika kebosanan merayap diam-diam, ketika dunia menawarkan hal-hal baru yang tampak lebih menggoda, betapa mudahnya manusia mengingkari apa yang pernah ia yakini sendiri.
Dalam kisah Ashabul Kahfi, ada seekor anjing yang memilih tetap tinggal di sisi tuannya. Ia tidak tahu ke mana mereka pergi, tidak tahu berapa lama mereka akan tertidur. Tapi ia tetap berjaga, setia dalam diam, tak berpaling meski tak ada yang bisa menjanjikan hari esok. Ia tidak pergi mencari kehidupan yang lebih baik, tidak meninggalkan kelompoknya hanya karena mereka tertidur tanpa kepastian. Ia bertahan, tanpa syarat, tanpa pamrih.
Sementara itu, manusia, yang katanya makhluk paling berakal, justru sering kali kehilangan kesetiaannya hanya karena godaan sesaat. Seseorang yang dulu bersumpah akan mencintai selamanya, kini berpaling karena menemukan yang lebih menarik. Seseorang yang dulu berkata akan selalu ada, kini pergi tanpa alasan yang jelas. Cinta yang seharusnya menjadi tempat berlabuh, berubah menjadi sekadar persinggahan sementara.
Kesetiaan bukan sekadar kata yang diucapkan, tetapi sebuah tindakan yang terus dijaga. Namun, sering kali manusia menyebut dirinya setia hanya karena belum menemukan kesempatan untuk mengkhianati. Ketika godaan datang mengetuk, ketika ada seseorang yang tampak lebih baik, tiba-tiba janji yang dulu terasa kuat berubah menjadi sesuatu yang mudah dilanggar. Betapa banyak hubungan yang hancur bukan karena cinta yang memudar, tetapi karena hati yang tidak mampu bertahan.
Di Jepang, ada seekor anjing bernama Hachiko, yang mungkin lebih memahami arti kesetiaan dibanding banyak manusia. Setiap hari, ia mengantar majikannya, seorang profesor bernama Hidesaburo Ueno, ke Stasiun Shibuya, lalu kembali lagi di sore hari untuk menjemputnya. Namun, pada suatu pagi di tahun 1925, sang profesor meninggal dunia dan tidak pernah kembali.
Hachiko, yang tidak memahami arti kehilangan, tetap datang ke stasiun setiap hari, menunggu majikannya seperti biasa. Tahun berganti, musim datang dan pergi, tetapi ia tetap di sana, menanti seseorang yang tak akan pernah kembali. Ia bertahan selama sepuluh tahun, hingga akhirnya ia meninggal di tempat yang sama, masih setia pada janji yang ia pegang.
Seekor anjing menunggu selama sepuluh tahun.
Sementara manusia, yang memiliki akal dan perasaan, sering kali gagal mempertahankan kesetiaan bahkan dalam hitungan bulan. Tidak perlu bertahun-tahun, terkadang hanya perlu satu kesempatan, satu pesan singkat, atau satu tatapan penuh godaan untuk mengkhianati kepercayaan yang telah dibangun dengan susah payah.
Betapa mudahnya manusia mencari alasan untuk mengkhianati. "Aku selingkuh karena dia berubah." "Aku berpaling karena dia tidak lagi seperti dulu." "Aku mengkhianati karena aku tidak lagi merasa dicintai." Seakan-akan kesetiaan adalah sesuatu yang bersyarat, yang hanya berlaku ketika keadaan sempurna.
Padahal, kesetiaan bukanlah tentang bertahan hanya ketika semuanya terasa indah, tetapi tentang tetap memilih seseorang meski dunia menawarkan banyak pilihan lain. Kesetiaan bukan hanya soal tidak pergi, tetapi juga soal tidak membuka pintu untuk orang lain ketika seharusnya kau hanya memiliki satu nama di hatimu.
Jika seekor anjing bisa tetap setia tanpa syarat, tanpa pamrih, tanpa berharap imbalan, bagaimana mungkin manusia yang katanya makhluk paling mulia justru lebih mudah mengkhianati? Jika seekor anjing bisa menunggu tanpa jaminan bahwa tuannya akan kembali, mengapa manusia justru mencari pengganti sebelum pasangannya benar-benar pergi?
Maka sebelum kau tergoda untuk berpaling, sebelum kau mengkhianati seseorang yang telah mempercayaimu, sebelum kau melupakan janji yang pernah kau ucapkan dengan penuh cinta, tanyakan pada dirimu sendiri:
Sudahkah aku lebih setia dari pada seekor anjing?
ADVERTISEMENT
Live Update