Konten dari Pengguna

Menuju Sastra Modern

Yuda Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.
9 Juli 2023 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto by pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto by pixabay
ADVERTISEMENT
Selamat tinggal sastra?, akhirnya sastra sudah didepan mata. Era sastra sudah hampir berakhir. Sudah saatnya, karena sekarang adalah zamannya media yang berbeda. Selain masanya yang mendekati akhir, sebenarnya sastra itu kekal dan universal. Sastra akan bertahan menghadapi segala perubahan yang sifatnya historis dan teknologi. Sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia di segala waktu dan tempat.
ADVERTISEMENT
Sastra dalam pengertian modern yang kita pahami sekarang ini muncul dari Eropa Barat dan mulai muncul mula-mulanya pada akhir abad ke-17. Menurut oxford english dictionary, sastra berasal dari kata "littera" artinya tulisan yang bersifat pribadi. Awal penggunaan kata "litterature" (sastra) dalam pengetahuan yang kita pahami sekarang ini belumlah lama. Bahkan, definisi "sastra" (litterature) yang menyertakan memoar, sejarah, kumpulan surat, risalah dan lain sebagainya, serta puisi, sandiwara yang dibukukan, dan novel baru muncul setelah masa kamus Samuel Johnson (1755). Johnson mendefinisikan kata "sastra" (litterature) secara eksklusif dalam pengertian yang sekarang sudah tidak lagi digunakan, yaitu "berhubung dengan 'huruf' atau buku: pelajaran sopan-santun; budaya kesusastraan." Salam suatu makalah pada tahun 1915-1916 ("Two Pioneers of Romanticism: Josep and Thomas Wharton") mereka dielu-elukan oleh Edmund Gosse sebagai yang memberikan definisi modern pada sastra. Sastra dalam pengertian seperti ini sekarang sudah mendekati akhir masanya, karena media baru mulai menggantikan buku cetak.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kualitas yang membuat sastra modern menjadi ada sekarang mengalami transformasi yang terjadi dengan cepat sekali. Perubahan teknologi dan perkembangan media baru yang tak terhindarkan perlahan akan mematikan sastra dalam pengertian modern kata tersebut. Kita semua tahu bahwa media yang dimaksud adalah: radio, sinema, televisi, video, dan internet, dan lain sebagainya.
Sastra cetak dulu merupakan cara utama untuk menanamkan berbagai gagasan, ideologi, perilaku dan penilaian kepada para penduduk suatu negara-bangsa yang membuat mereka menjadi warga negara yang baik. Sekarang peran itu, baik-buruknya di seluruh dunia sudah semakin dimainkan, oleh radio, sinema, televisi, VCR, DVD, internet dan lain sebagainya. Dulu masyarakat memerlukan universitas sebagai tempat utama untuk menanamkan etos-etos nasional kepada warga negaranya. Fungsi ini dulu dilakukan oleh jurusan-jurusan sastra diperguruan tinggi dan universitas, khususnya melalui kajian sastra. Sekarang fungsi semacam ini semakin dilakukan oleh televisi, acara bincang-bincang, dan sinema. Bukti yang ada mengungkapkan bahwa banyak orang yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi atau berselancar di internet. Hingga saat ini semakin banyak orang yang menyaksikan film baru dari novel dibandingkan dengan orang yang benar-benar membaca karya-karya tersebut. Ada beberapa orang yang membaca buku setelah ia menonton adaptasi buku tersebut di film.
ADVERTISEMENT
Buku cetak masih memiliki kekuatan budayanya namun masa jayanya jelas sudah berakhir. Media baru akan segera menggantikan tempatnya. Hal ini bukanlah akhir, tapi merupakan permulaan hal baru yang didominasi oleh media baru.