Konten dari Pengguna

Selingkuh, Topeng Cinta yang Penuh Kepalsuan

Yuda Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.
12 Januari 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasangan selingkuh (by azerbaijan_stockers/Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan selingkuh (by azerbaijan_stockers/Freepik)
ADVERTISEMENT
Kita hidup di dunia yang penuh kepalsuan, di mana banyak hal yang tampak di luar tidak selalu mencerminkan kenyataan yang ada di dalamnya. Fenomena ini juga hadir dalam relasi manusia, terutama dalam hubungan yang seharusnya dibangun atas dasar kepercayaan dan komitmen. Selingkuh, dalam banyak kasus, merupakan salah satu bentuk kepalsuan yang paling mencolok.
ADVERTISEMENT
Orang yang selingkuh sering kali mengenakan topeng, menyembunyikan niat dan tindakan mereka yang sebenarnya bertentangan dengan janji dan kesetiaan. Mereka tampak penuh perhatian dan kasih sayang terhadap pasangannya, namun di balik itu, mereka menjalin hubungan dengan orang lain, memperdaya orang yang mereka cintai. Seperti halnya topeng yang dipakai untuk menutupi ketidakjujuran, tindakan selingkuh adalah bentuk pengkhianatan yang menutupi kenyataan pahit di dalam diri seseorang.
Seringkali, mereka yang selingkuh adalah orang-orang yang tampak sempurna di mata masyarakat. Mereka memiliki penampilan yang menarik, bergaul dengan baik, dan sering kali memberi kesan yang hangat dan peduli. Namun, di balik penampilan tersebut, mereka menyimpan ambisi pribadi yang merusak, mengutamakan kepuasan pribadi tanpa memikirkan perasaan orang lain. Tidak jarang, selingkuh dilakukan bukan karena kurangnya cinta, tetapi lebih kepada keinginan untuk memenuhi kebutuhan ego dan status sosial, atau sekadar mencari pelarian dari kehidupan yang mereka anggap monoton.
ADVERTISEMENT
Kepalsuan dalam hubungan ini juga terlihat dari bagaimana mereka memperlakukan tubuh dan pikiran. Seperti halnya orang yang melakukan operasi plastik untuk memenuhi standar kecantikan yang diciptakan pasar, mereka yang selingkuh cenderung mengubah "wajah" hubungan mereka. Di luar, hubungan mereka tampak indah, namun di dalamnya ada kebohongan yang membusuk. Bahkan, banyak yang merasa tertekan oleh norma-norma sosial dan harapan masyarakat yang mengikat mereka untuk mempertahankan citra yang sempurna. Dalam keadaan ini, mereka kehilangan keberanian untuk berkata "tidak" pada dorongan untuk berselingkuh, dan lebih memilih untuk melanjutkan hubungan yang tidak tulus.
Pada akhirnya, seperti halnya kepalsuan yang merusak struktur sosial lainnya, selingkuh juga menciptakan kerusakan yang mendalam dalam hubungan antar manusia. Ketika kejujuran, kesetiaan, dan komitmen digantikan oleh kebohongan dan pengkhianatan, yang terjadi bukan hanya kehancuran dalam hubungan, tetapi juga kehancuran pada diri seseorang yang terjebak dalam dunia kepalsuan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kita harus berani untuk mengatasi tekanan sosial dan memilih kejujuran di atas kepalsuan. Selingkuh bukan hanya tentang pengkhianatan terhadap pasangan, tetapi juga tentang kehilangan diri, kehilangan nilai kejujuran yang seharusnya menjadi fondasi dari setiap hubungan. Jika kita terus membiarkan kepalsuan ini menguasai, kita akan kehilangan apa yang sesungguhnya penting dalam hubungan manusia: kepercayaan, integritas, dan ketulusan.