Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Terperangkap Antara Kenangan dan Angan
13 Januari 2025 9:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia, dalam keterbatasan pemahamannya tentang waktu, acapkali terperangkap dalam dua dimensi yang menipu: masa lalu yang telah usai dan masa depan yang tak terjangkau. Masa lalu, dengan segala kenangan yang tertinggal, bagaikan bayang-bayang yang terus menghantui, menyuguhkan identitas diri yang tak pernah lepas dari jejak-jejaknya, entah itu kebanggaan atau penyesalan. Masa depan, sebaliknya, tampak seperti kabut yang menari di ufuk, penuh dengan janji manis akan kebahagiaan atau kesuksesan yang konon menanti di kejauhan. Namun, jika direnungkan dengan hati yang jernih, baik masa lalu maupun masa depan hanyalah khayalan belaka. Kenangan hanyalah bayangan yang telah pudar, dan harapan hanya adalah fatamorgana yang belum nyata.
ADVERTISEMENT
Kita sering kali terjebak dalam mitos yang keliru: bahwa waktu adalah uang, atau bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, sedangkan kenyataannya, waktu adalah ilusi yang tak terukur. Waktu tidak memiliki nilai pada dirinya sendiri. Ia hanyalah aliran yang tak tampak, yang terus mengalir tanpa henti, sementara kita terus berusaha mengejarnya tanpa pernah bisa menahannya.
Lebih jauh lagi, kita sering dibutakan oleh anggapan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan berada di masa depan. Kita diyakinkan bahwa jika kita berjuang dengan keras saat ini, jika kita berkorban dan menundukkan diri dalam penderitaan, maka buah manis akan tiba di kemudian hari. Namun, alih-alih mendekatkan kita pada kedamaian, angan-angan tersebut hanya menciptakan kecemasan yang tiada habisnya. Kita terus menerus mengejar sesuatu yang tak pernah benar-benar kita genggam, dan dalam pencarian itu, kita hanya semakin jauh dari ketenangan yang sejati.
ADVERTISEMENT
Hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya terletak dalam kesadaran akan saat ini. Kesejahteraan hidup tidak datang dari janji-janji masa depan yang kabur, melainkan dari keberadaan kita di setiap detik yang sedang kita jalani. Sesungguhnya, kebahagiaan yang tak tergoyahkan itu muncul ketika kita mampu merasakan setiap napas yang kita hirup, setiap detik yang berlalu, tanpa terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kecemasan akan masa depan. Hanya mereka yang mampu menghargai "saat ini" yang dapat mencapai kedamaian batin, sebab semua yang ada di luar momen ini hanyalah bayang-bayang yang mengaburkan pandangan kita.
Manusia yang berpikir terlalu jauh ke belakang atau terlalu jauh ke depan hidup dalam ketegangan yang tiada henti. Mereka yang hidup dalam kegelisahan waktu, terikat oleh kenangan yang tak terulang atau harapan yang belum tentu tercapai, sering kali terperosok dalam kubangan stres dan depresi. Mereka telah lupa bahwa hanya dengan "kehadiran" di setiap momen, hidup ini bisa bermakna.
ADVERTISEMENT
Berpikir adalah anugerah bagi manusia, namun jika terlalu banyak, ia menjadi beban yang memberatkan jiwa. Begitu kita terlalu larut dalam kerumitan pemikiran, kita akan terlupa bahwa esensi hidup tidak terletak pada hasil dari setiap perhitungan atau kerja keras, tetapi pada kemampuan kita untuk hadir sepenuhnya dalam "saat ini". Ketika kita melakukannya dengan sepenuh hati, tanpa beban masa lalu atau masa depan, hidup ini akan memberikan keindahan yang tak terduga.
Jadi, apakah yang sedang kita lakukan "saat ini"? Mari kita lakukan dengan ketulusan dan kesungguhan hati, karena hanya dalam setiap detik yang kita jalani dengan sepenuh perhatian, kita dapat merasakan makna hidup yang sejati.