Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ekuinoks, Jejak Sang Sang Surya di Bumi
20 Maret 2021 18:20 WIB
Tulisan dari Yudhiakto Pramudya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Senja tidaklah sama setiap harinya. Mungkin itu alasannya anak indie menyukai senja sembari menyeruput kopi. Memang Matahari terbenam kala senja tidak selalu berada tepat di barat. Kadang bergeser sedikit ke barat laut, perlahan juga mengarah ke barat daya. Begitu pula, sang surya tidaklah selalu persis terbit di timur. Beda dengan lirik lagu 'Di Timur Matahari'. Pergeseran arah terbit dan terbenamnya Matahari ini sering disebut sebagai gerak semu matahari.
ADVERTISEMENT
Bumi mengelilingi Matahari pada bidang ekliptika. Gerak semu Matahari ini terjadi akibat kemiringan sumbu rotasi rumi terhadap garis tegak lurus bidang ekplitika. Kemiringan sebesar kurang lebih 23,5o tersebut membuat tidak berhimpitnya ekliptika dengan ekuator langit. Pengamat di Bumi melihat Matahari seolah mengitari Bumi sepanjang ekliptika. Matahari akan berada di titik perpotongan antara bidang ekliptika dan bidang ekuator langit pada Ekuinoks musim semi dan Ekuinoks musim gugur. Ekuinoks musim semi pada tahun 2021 terjadi pada 20 Maret.
Pada saat Ekuinoks inilah, Matahari akan terbit tepat di timur dan terbenam tepat di barat. Jadi, pada 20 maret, pengamat di Bumi dapat menggunakannya untuk menandai arah timur dan barat. Bila sudah mengetahui arah timur dan barat, tentu langkah mudah berikutnya menandai arah utara selatan. Arah mata angin ini penting bagi sejumlah aktivitas manusia termasuk kegiatan ibadah. Misalnya bagi umat Islam, dalam menentukan arah kiblat biasanya menggunakan perhitungan arah kota Mekah dari suatu daerah tertentu. Hasil perhitungan arah azimut kiblat dari Yogyakarta sekitar 294o. Maka, arah azimut ini diukur dari titik utara yang dapat ditentukan melalui pengamatan pada saat ekuinoks.
ADVERTISEMENT
Ekuinoks juga berkaitan dengan bangunan masa lampau. Salah satu contoh bangunan yaitu Piramida Kukulcan di situs arkeologi Chich’en Itza, Meksiko. Terdapat bentukan kepala ular yang berada di dasar tangga piramida. Piramida Kukulcan ini memang berkaitan pada sosok dewa berwujud ular yang berbulu seperti burung. Pada saat ekuinoks, sinar Matahari sore hari akan menyinari piramida dan membentuk bayangan piramida sisi barat laut pada sisi tangga piramida sebelah timur laut. Bayangan tersebut seolah membentuk tubuh ular yang bergelombang berjumlah tujuh buah. Secara keseluruhan, bayangan yang terproyeksikan di tangga dan patung kepala ular seolah bercerita bahwa ular tersebut turun ke Bumi.
Perhitungan matematika dalam membangun bangunan prasejarah yang berkaitan dengan kesejajaran lintasan benda langit memang mengagumkan. Fenomena tersebut dinanti oleh wisawatan sehingga menjadi obyek wisata yang unik. Pada era modern, kesejajaran ini juga nampak di suatu ruas jalan di kota New York. Berbeda dengan ekuinoks, kesejajaran di kota New York ini terjadi di akhir bulan Mei dan minggu kedua bulan Juli. Orang sering menyebutnya sebagai Manhattanhenge sebagai kemiripan dengan Stonehenge. Pada waktu tersebut, sinar Matahari senja menerobos sela gedung-gedung tinggi dari ujung ke ujung jalan.
Gerakan semu matahari sepanjang tahun ini dapat dijadikan media pembelajaran sains yang menyenangkan. Fenomena tersebut juga dapat dijadikan aktivitas wisata edukasi dengan mengikutsertakan kajian arkeologi. Jejak sang surya di muka Bumi sudah sejak lama diamati oleh manusia dari berbagai peradaban dan kebudayaan. Matahari memang tidak hanya sebagai sumber energi utama di bumi, tetapi juga erat kaitannya dengan perilaku manusia dalam menjalankan aktivitasnya baik untuk bertahan hidup maupun beribadah.
ADVERTISEMENT