Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menikmati Salju dan Afghanistan di Tengah Teror Bom
1 Februari 2018 11:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Yudhistira Amran Saleh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semenjak menjadi jurnalis Istana Kepresidenan yang bertugas meliput setiap kegiatan Presiden, saya berkesempatan mengunjungi berbagai daerah di Indonesia dan juga luar negeri yang bahkan tidak pernah masuk daftar tempat liburan yang saya impikan.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja, saya pernah ke Raja Ampat atau Nabire di Papua.
Namun tak ada yang lebih berkesan dan menegangkan seperti saat saya diajak Jokowi ke Kabul, Afghanistan.
Saat diajak, saya menyatakan siap untuk ikut. Padahal saya mengetahui kalau Kota Kabul sedang banyak ledakan bom. Karena dalam kamus saya, setiap ajakan Jokowi pantang ditolak.
Setelah menyatakan siap ikut, saya langsung mencari hal-hal yang berkaitan dengan Afghanistan. Salah satunya dengan membaca buku karya Mba Adek Berry. Beliau fotografer senior yang pernah meliput konflik di Afghanistan.
Bayangan saya sebelum berangkat ke Afghanistan, Jokowi akan menginap di sana dan saya bisa menikmat malam di Kabul. Ternyata saya salah. Jokowi hanya 6 jam di Kabul.
Meski hanya 6 jam, bagi saya itu sudah sangat berkesan.
ADVERTISEMENT
Saya berangkat ke Afghanistan dari Bangladesh dengan menggunakan pesawat Kepresidenan Indonesia-1. Sebelumnya saya juga mengikuti kunjungan Jokowi ke Bangladesh. Perjalanan dari Bangladesh ke Afghanistan ditempuh dalam waktu 3 jam 20 menit.
Sepanjang perjalanan, saya menyiapkan template untuk berita kedatangan Jokowi di Afghanistan. Jadi saat saya mendarat di Kabul, saya bisa langsung mengirim berita kedatangan Jokowi ke email redaksi kumparan.
Selain itu, sepanjang perjalanan menuju Afghanistan, saya juga menikmati makanan yang disediakan oleh kru pesawat. Saya makan sosis dan kentang ditambah makan buah-buahan. Alhamdulillah cukup mengenyangkan.
Kalau saya tak salah ingat, sejam sebelum pesawat Kepresidenan Indonesia-1 mendarat di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sudah bersiap dengan rompi antipeluru, senapan yang mereka sembunyikan di balik jaket tebalnya.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya hanya mengetahui suhu udara di Kabul 10 derajat celcius. Maka saya berpikir dengan memakai PSL (Pakaian Seragam Lengkap) tidak membuat badan menggigil. Ternyata menjelang mendarat di Kabul, kru pesawat memberitahu suhu udara di Kabul 1 derajat celcius dan salju cukup lebat turun.
Sebelum benar-benar mendarat di Kabul, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memimpin doa semua rombongan Presiden. Ia berharap agar perjalanan di Kabul lancar dan aman.
Setelah berdoa, jantung saya cukup berdegup kencang. Kenapa? Karena mendadak situasi di dalam pesawat menjadi hening serta beberapa orang banyak yang berdoa.
Apalagi saya agak khawatir jika bom susulan kembali terjadi di tengah kunjungan Jokowi ke Kabul. Karena pagi hari (rombongan Jokowi tiba siang hari) di Kabul, bom meledak cukup keras.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah sekitar pukul 11.55 waktu setempat (3 jam lebih lambat dari Jakarta), pesawat Kepresidenan Indonesia-1 mendarat dengan selamat di Kabul.
Oh iya, selama di udara, ketika pesawat memasuki area Afghanistan, saya sih enggak melihat adanya pesawat tempur yang melakukan pengawalan. Setidaknya jika ada pesawat tempur militer Afghanistan yang mengawal, di dalam pesawat yang saya tumpangi pasti sudah heboh dan sibuk foto-foto.
Pintu pesawat dibuka, udara dingin secepat kilat masuk ke dalam pesawat. Dalam hati, saya menyesal enggak bawa baju hangat. Namun, show must go on. Saya pun keluar dari pesawat.
Saat menuruni anak tangga, udara sangat dingin. Hujan salju pun saya rasakan dengan jelas. Maklum, belum pernah mengalami hujan salju. Ha... Ha.... Ha...
ADVERTISEMENT
Bu Erlin dari pihak Biro Pers lalu memberikan ID Press yang dibuat oleh Kedutaan Besar RI di Kabul kepada saya. "Ini ID harus selalu dipakai ya," kata Bu Erlin.
Setelah menerima ID, saya langsung menuju posisi untuk memotret dan memvideokan detik-detik Jokowi dan Ibu Negara Iriana Widodo turun dari pesawat. Meski menggigil, saya tetap harus tetap profesional untuk mengambil gambar serta video dan juga menulis berita.
Kedatangan Jokowi dan Iriana disambut pejabat negara Afghanistan dan Duta Besar RI untuk Afghanistan Arief Rachman dan isteri.
Selama memotret dan memvideokan Jokowi dan Iriana turun pesawat, tulang-tulang di badan kayaknya beku. Bagaimana tidak, hujan saljunya bukan reda malah semakin lebat.
Saat Jokowi dan Iriana masuk holding room, Bu Erlin langsung menyuruh saya masuk ke dalam mobil Elf.
ADVERTISEMENT
Oh ya, namanya juga anak zaman now, saya enggak mau melewatkan momen saya mendarat di Kabul. Saya pun membikin vlog pendek. Tak hanya itu, saya juga sedikit foto-foto.
"Jangan mencolok. Nanti diambil kameranya. Ayo masukin," pinta Bu Erlin.
Saya lalu segera memasukkan kamera ke dalam tas. Saya dan rombongan Presiden lainnya langsung masuk ke dalam mobil Elf.
Masuk ke dalam mobil, Alhamdulillah suhu udaranya hangat. Setelah semuanya masuk, tiba-tiba mobil Elf jalan. Padahal, saat di dalam pesawat Danpaspampres Mayjen TNI (Mar.) Suhartono sudah berpesan tidak boleh berpisah setiap orang di dalam rombongan Presiden.
Mobil Elf yang membawa saya dan rombongan Presiden lainnya langsung meluncur ke Istana Kepresidenan Arg. Selama perjalanan saya memotret keadaan jalan di Kabul. Karena mobil melaju dalam kecepatan tinggi, rata-rata foto saya blur semua. Hiks... Hiks... Hiks...
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan dari bandara ke Istana Presiden, saya melihat jalanan di Kabul sepi dari pejalan kaki.
"Apa di sini enggak ada kehidupan ya pasca ledakan bom pagi tadi?" gumam saya dalam hati.
Ada sih pejalan kaki tapi sedikit. Saya selalu diingatkan oleh Bu Erlin agar tidak memotret keadaan di Kabul. Tapi bagaimana kalau tidak memotret? Saya enggak bisa mengabarkannya kepada pembaca kumparan yang menunggu laporan langsung dari Kabul.
Saya cuek dan tetap foto-foto, sembari terus berhati-hati. Salju nampaknya masih bertenaga untuk terus turun ke jalanan Kota Kabul.
Di satu sisi saya girang sekali bisa merasakan hujan salju, tapi di sisi lain, saya menggigil.
Tiba di Istana Kepresidenan Arg, saya terkagum-kagum dengan arsitekturnya yang luar biasa. Istananya juga luas sekali.
ADVERTISEMENT
Sebagai anak zaman now, tak afdol rasanya kalau enggak foto-foto. Bukan hanya foto-foto, saya juga mengabadikan melalui kamera video.
Saya sempat diberi peringatan, bukan oleh Bu Erlin tapi petugas keamanan Istana. Dia bilang begini, "Anda tahu kalau Istana adalah tempat yang private. Anda jangan foto-foto atau mengambil rekaman," kata si petugas keamanan yang tinggi besar itu.
Namun karena saya melihat rombongan Presiden yang lain melakukan hal yang sama, cuek adalah pilihan yang tepat.
Momen yang paling berkesan adalah saya bisa masuk ke dalam Istana Presiden. Enggak sembarang orang lho bisa masuk ke dalam Istana Presiden Afghanistan.
Selain itu juga, momen yang paling enggak terlupakan bisa melihat langsung sosok Presiden Ashraf Ghani yang hampir setiap saya mengikuti kunjungan Presiden Jokowi, nama beliau selalu disebut di pidato orang nomor satu di Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
Oh iya, momen yang paling saya enggak bisa lupakan lagi adalah, saya bisa menjadi bagian dari sejarah Bangsa Indonesia.
Kenapa? Karena Jokowi menjadi Presiden Indonesia pertama setelah 6 dekade yang berkunjung ke Kota Kabul, Afghanistan. Sebelumnya pada bulan Mei 1961, Presiden Soekarno juga pernah berkunjung ke Afghanistan.
Setelah 6 dekade, selama 6 jam.. Ada apakah dengan angka 6? Hahaha... Sorry sedikit jayuz.
Banyak yang bertanya ke saya, menegangkan enggak sih saat berkunjung ke Afghanistan?
Menurut pendapat pribadi saya sih enggak menegangkan banget. Karena saya percaya Pemerintah Afghanistan dan Paspampres sudah berusaha meminimalisir keadaan yang dapat mengganggu kunjungan Jokowi ke Afghanistan.
Yang jelas selama perjalanan selain membuat berita, saya juga terus berdoa kepada Allah SWT agar kembali dengan selamat.
ADVERTISEMENT
Hujan salju ternyata tak kunjung reda. Karena norak, bersama seorang teman, saya sempat berhujan-hujanan ria. Tentunya sambil difoto.
Tapi di kemudian hari saya menyesal. Kenapa? Saya demam, pilek, dan batuk. Ha... Ha... Ha...
Terakhir, saya ingin mengungkapkan bahwa saya beruntung bisa menjadi wartawan karena banyak pengalaman menarik dan berharga yang saya dapatkan selama menjalani profesi ini.
Terlebih lagi menjadi wartawan Istana Kepresidenan. Jika tidak, mungkin saya tak punya pengalaman berkunjung ke Afghanistan.
Terima kasih kepada orang-orang yang mengedit berita saya di kantor selama saya di Afghanistan.
Selain itu terima kasih kepada Mba Nanda dan Mas Iqbal serta orang-orang yang mendoakan saya selama liputan 6 jam di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Mas, Asy, Mas Indra, Mas Madin, Mas Dalipin, Mas Denny, Gesit, dan Gerry. Berkat kalian semua, saya bisa kembali lagi dengan selamat di Ibu Kota.
Sekian. Jangan lupa baca berita-berita saya di Afghanistan di link di bawah ini: