Konten dari Pengguna

Banyak Makan Bukan Tanda Sehat

Muhammad Yudhistira Ulu Weda Ramdhani
Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
27 Desember 2021 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yudhistira Ulu Weda Ramdhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto gudeg krecek/shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto gudeg krecek/shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Slogan 4 sehat 5 sempurna memang benar adanya. Mengonsumsi makanan dengan acuan 4 sehat 5 sempurna menjadi hal yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Kendati demikian, apabila makanan yang dikonsumsi melebihi batas kebutuhan kalori setiap individu, maka akan berdampak terhadap kesehatan tubuh. Mengonsumsi makanan secara berlebihan mengakibatkan tubuh menjadi obesitas. Obesitas ini sendiri memiliki hubungan dengan individu yang memiliki berat badan diatas 25.0 dalam hitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI).
ADVERTISEMENT
Menurut WHO dalam P2PTM Kemenkes RI (2018), obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Sedangkan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016), Obesitas adalah berat badan yang lebih tinggi dari berat badan yang dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu. Indeks Massa Tubuh atau IMT, digunakan sebagai alat skrining untuk kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas pun berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, berat badan di atas normal mengakibatkan kinerja tubuh menjadi tidak normal. Sebagai contoh, akibat lemak yang menumpuk di bagian perut menimbulkan efek berat pada kaki. Lutut dan otot-otot di sekitar kaki tidak mampu menopang berat badan tubuh. Demikian pula dengan kondisi badan yang tidak kuat membawa bobot tubuhnya sendiri. Dampak yang sangat terasa adalah timbul rasa malas yang sangat tinggi ketika berat badan diatas batas normal. Terasa pada seseorang yang mengidap obesitas, ingin selalu duduk, dan tidur terlentang.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi COVID-19 yang kurang lebih 2 tahun menyebar di seluruh dunia, obesitas dikatakan sebagai komorbid dan rentan ketika terinfeksi COVID-19. Dilansir dari laman Kompas.com dalam pemberitaan berjudul “Obesitas, Covid-19, dan Meningkatnya Resiko Kematian” menyebutkan bahwa individu yang mengalami obesitas dapat mengalami perubahan metabolisme yang menyebabkan peradangan, masalah dengan insulin, dan sistem kekebalan yang dapat menghambat kemampuan tubuh untuk melawan COVID-19.
Berkaitan dengan hal tersebut, Melalui data penelitian global, peneliti-peneliti di University of North Carolina menyatakan bahwa orang obesitas dengan IMT lebih dari 30,113 persen lebih mungkin dirawat di rumah sakit akibat COVID-19. Obesitas berkaitan dengan masalah kesehatan-kesehatan lainnya yang mampu mempengaruhi kesehatan tubuh, seperti penyakit jantung, diabetes, hingga darah tinggi.
ADVERTISEMENT
Obesitas ini terjadi karena beberapa hal, seperti rendahnya sistem metabolisme tubuh yang mengakibatkan proses tubuh mencerna makanan menjadi kurang baik. Mengonsumsi junk food secara berlebihan, kurangnya aktivitas olahraga, dan mengonsumsi makanan berlebih menjadi pemicu utama orang mengalami obesitas.
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, dapat mematahkan perkataan bahwa banyak makan pasti badan sehat. Mengonsumsi makanan secara berlebihan akan mengakibatkan tubuh tidak mampu mencerna makanan yang masuk kedalam tubuh. Ilustrasinya adalah, ketika makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan belum selesai dicerna, pada pukul 10 pagi sudah mengonsumsi makanan kembali. Tubuh akan kebingungan dan tidak sanggup mencerna seluruh makanan yang dikonsumsi.
Anggapan bahwa banyak makan membuat badan sehat bukan perkataan yang sepenuhnya benar. Karena apabila makanan yang dikonsumsi lebih dari batas maksimal, maka berdampak pula terhadap kondisi kesehatan tubuh setiap individu dan akan menyebabkan obesitas. Lalu, bagaimana cara agar tubuh tetap dalam kondisi sehat dan sesuai dengan berat badan ideal? Beberapa cara diantaranya dengan rutin berolahraga, menjaga asupan nutrisi dan menjaga pola tidur.
ADVERTISEMENT
Setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda, tergantung pada umur, aktivitas sehari-hari dan aktivitas fisik. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan, maka semakin tinggi pula kebutuhan kalori setiap harinya. Berlaku pula sebaliknya, apabila aktivitas fisik yang dilakukan sedikit, maka semakin sedikit pula kebutuhan kalori setiap harinya. Oleh karenanya, menjaga asupan nutrisi dengan tetap mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalori tubuh sangatlah penting.
Dengan berolahraga, tubuh akan menjadikan nutrisi yang diserap menjadi tenaga. Dan nutrisi yang terbakar akan membentuk massa otot dan membakar cadangan makanan berlebih. Dengan aktivitas fisik yang rutin, metabolisme tubuh akan meningkat dan tubuh akan lebih maksimal dalam menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Hal tersebut erat kaitannya antara konsumsi makanan dengan aktivitas fisik.
Olahraga Jump Rope atau Skipping, Foto karya Muhammad Yudhistira
Metabolisme tubuh akan terbentuk pula apabila pola tidur terjaga. Pola makan, pola tidur, dan aktifitas fisik merupakan hal yang saling beriringan. Sehingga dalam membentuk tubuh ideal tidak luput dari ketiga hal tersebut. Tidur yang cukup sekitar 6-8 jam sehari, mampu menjadi penunjang aktivitas fisik dan pola makan. Alasannya, karena dengan tidur pun, pembakaran lemak dan penyerapan nutrisi akan tetap berjalan efektif. Dilansir dari laman klikdokter.com menyebutkan bahwa saat terlelap pun, tubuh tetap membakar kalori dengan melakukan berbagai fungsi dasar metabolisme.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi COVID-19 ini, banyak sekali masyarakat yang mengeluhkan mengenai kondisi berat badan mereka yang mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini berkaitan dengan pola makan, pola tidur, dan aktivitas fisik setiap orang. Selain itu, penyebab lainnya adalah seringnya berada didepan laptop, mulai dari bekerja, belajar, maupun perkuliahan. Kendati demikian, seharusnya setiap individu tetap memperhatikan pola makan dan pola tidur serta mampu untuk tetap melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga.
Olahraga ringan seperti workout dengan mengandalkan beban tubuh sendiri bisa menjadi solusi untuk tetap melaksanakan aktivitas fisik meskipun dirumah saja. Ataupun dengan latihan kardio ringan seperti jump rope atau skipping, tread mill ataupun kardio lainnya yang tidak perlu keluar rumah. Sehingga masih terjaga dan aman dari penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
Lalu, masihkah masyarakat tetap dengan gaya hidupnya saat ini? Mengonsumsi makanan dengan jumlah banyak tidak membuat orang tersebut menjadi sehat. Apabila makanan yang dikonsumsi terlalu banyak akan mengakibatkan tubuh menjadi obesitas. Lakukanlah aktivitas fisik, menjaga pola makan dan pola tidur, serta terapkanlah pola hidup sehat. Maka tingkat obesitas akan berkurang secara signifikan dan keluhan akan kenaikan berat badan akan berkurang pula.