Konten dari Pengguna

Post Truth dan Peran Media dalam Politik

Yudhistiro Adhi Permono
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret Surakarta
21 Juni 2023 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudhistiro Adhi Permono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja bermain sosial media. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Berkembangnya era digital pada saat ini membuat mudahnya bertukar informasi melalui berbagai macam media. Dalam politik, media dapat diartikan sebagai sarana yang digunakan sebagai penyampaian pesan dari suatu institusi politik kepada masyarakat. Jadi, bisa dikatakan media memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perpolitikan karena apabila tidak ada media, maka informasi dari institusi politik tidak akan tersampaikan kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Jika melihat dari perkembanganya, media berkembang dari era tradisional seperti media cetak menuju ke ra modern yang lebih ke arah digital. Namun, keduanya sama sama berperan dalam perpolitikan. Media tradisional, seperti koran, televisi, radio, dan lain sebagainya berfungsi sebagai pengawas bagi kekuasaan politik dan pemerintahan.
Media dapat memantau kegiatan politik dan memeriksa tindakan pemerintah, bahkan menyoroti isu-isu publik. Di sisi lain, media tradisional juga dapat digunakan sebagai alat proganda bagi kepentingan politik sehingga dapat menyebarkan informasi yang tidak bersifat objektif. Media digital, seperti internet dan juga media sosial, memberikan akses yang lebih kepada masyarakat untuk mengakses informasi yang lebih luas untuk partisipasi dalam proses politik. Media digital juga membantu memperkuat transparansi kekuasaan politik dan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Media tradisional dan juga modern memiliki peran yang sama dalam perpolitikan. Media-media tersebut sama sama memiliki peran spectator atau penonton. Peran berikutnya yaitu servant atau pelayan. Media berperan sebagai pelayan pemerintah. Selanjtnya, media juga berperan sebagai watchdog atau pemantau kebijakan. Dan yang terakhir, media juga bisa berperan sebagai triekster atau penipu.
Berbagai macam informasi yang disajikan melalui berbagai media seringkali mempengaruhi perasaan dan juga emosi masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang mudah untuk memercayai informasi tanpa mengetahui kebenarannya. Informasi media yang seperti itu merupakan post truth.
Post truth adalah kondisi di mana sebuah informasi yang disajikan oleh media tidak lagi mementingkan fakta untuk membentuk opini seseorang namun lebih mempermainkan emosi serta keyakinan personal. Permainan perasaan dan emosi ini dapat membuat kebohongan yang ditampilkan oleh media tersamarkan menjadi sebuah kebenaran.
ADVERTISEMENT
Post truth juga mengacu pada budaya politik di mana pembeda antara kebenaran dan kebohongan, menjadi perhatian utama kehidupan politik. Hal tersebut menciptakan suatu keadaan masyarakat yang cenderung menerima argumen berdasarkan emosi dan keyakinan mereka daripada suatu fakta.
Post truth memiliki berbagai aspek yang menjadi ciri utama. Aspek pertama yaitu misinformasi atau informasi palsu. Dalam politik, informasi palsu ini digunakan secara tidak sengaja dalam wacana politik. Aspek selanjutnya adalah struktur. Secara struktur, post truth berhubungan dengan semakin tidak relevannya kebenaran faktual dalam wacana publik.
Lalu, ada agen. Post truth merupakan penegasan dari supremasi ideologis di mana pelakunya mencoba untuk memaksa seseorang mempercayai sesuatu tanpa mengetahui buktinya. Aspek terakhir yaitu gaya. Daya tarik emosi menjadi bingkai dari debat yang menegaskan poin berulang-ulang yang mengabaikan sanggahan faktual. Hal tersebut menjadi gaya dari budaya politik post truth.
ADVERTISEMENT