De Grote Postweg Dimulai di Anyer

Yudi Rahmatullah
travel writer
Konten dari Pengguna
19 Juni 2021 10:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudi Rahmatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan, Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Titik Nol Kilometer Anyer - Panarukan, Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anyer bukan hanya tentang wisata pantai dan pulau, bukan juga tentang sederet hotel-hotel mewah sebagai tempat berlibur. Salah satu kecamatan di Provinsi Banten ini ternyata mempunyai cerita sejarah panjang semenjak dulu, salah satunya adalah ketika zaman kolonialisme Belanda, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
ADVERTISEMENT
Di mulai ketika Daendels pertama kali menginjakkan kakinya di Anyer pada tanggal 5 Januari 1808. Ia terobsesi untuk membangun De Grote Postweg atau Jalan Raya Pos. Pembangunan, atau titik awal dimulainya, jalan ini adalah di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Jalan ini terbentang sejauh 1000 kilometer sampai ke Desa Wringin Anom, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tujuan pembangunannya saat itu adalah untuk melancarkan perekonomian, pertahanan, mengangkut komoditas pertanian, dan keperluan surat menyurat pemerintahan Belanda.
Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer di bukunya "Jalan Raya Pos, Jalan Daendels," Anyer dahulu kala adalah bagian tersempit dari Selat Sunda. Daerah ini merupakan Pelabuhan Kuno tempat bersandarnya kapal-kapal layar dari Eropa dengan tujuan Jawa, Kalimantan Sulawesi, Maluku, Cina Jepang, dan Filipina.
Buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels - Dok. Pribadi
Siapa yang menyangka, Anyer yang sekarang hanya didatangi oleh orang-orang untuk berwisata, ternyata dulu merupakan sebuah bandar internasional yang ramai di daerah Banten. Malah, Pram, sebutan untuk Pramoedya Ananta Toer, menyebutkan, selain menjadi tempat pertemuan antara kapal-kapal layar Cina yang hendak pulang dan meneruskan pelayaran ke Barat, Anyer mempunyai kisah tragis dalam melawan kompeni Belanda. Di daerah ini dulu menjadi tempat terjadinya pertumpahan darah ketika rakyat Banten menyerang kompeni Belanda, baik sebelum atau sesudah Daendels tiba.
ADVERTISEMENT
Pada saat pertempuran melawan kompeni, dan rakyat merasa terdesak, mereka akan menyeberang ke Pulau Sangiang dengan perahu-perahu kecil atau meneruskan perlawanannya di Lampung. Ini juga yang disayangkan Pram, nama Pulau Sangiang, yang oleh bangsa Belanda disebut Dwars in den Weg Eiland (Pulau Melintang di Tengah Jalan) tidak pernah disebut-sebut dalam bahasa dan geografi Indonesia.
Pertumpahan darah dan penderitaan rakyat juga pastinya terjadi ketika De Grote Postweg ini dibangun. Karena pada saat itu, rakyat dipaksa untuk bekerja oleh Daendels demi mencapai keinginannya dalam membangun jalan ini. Banyak rakyat yang akhirnya meninggal. Masih berdasarkan bukunya Pram, rakyat kecil Pribumi yang tewas dalam pembuatan jalan ini menurut Inggris adalah sebanyak 12.000. Tapi, tidak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki.
Mercusuar Cikoneng, Anyer - Dok. Pribadi
Memang, tanda-tanda Anyer pernah menjadi bandar internasional yang ramai dan perjuangan rakyat melawan kompeni Belanda sama sekali tidak terlihat sekarang. Tapi, jika mengingat sejarah dibangunnya De Grote Postweg pada masa pemerintahan Daendels, antara tahun 1808 - 1811, ada bukti sejarah yang bisa dilihat dan dikunjungi sekarang. Yaitu, Mercusuar Cikoneng dan Monumen Titik Nol Km Anyer-Panarukan.
ADVERTISEMENT
Titik awal pembuatan jalan ini diyakini berada di sekitar area Mercusuar Cikoneng. Makanya, monumen ini juga dibangun di dekat mercusuar sebagai titik awal dimulainya pembuatan De Grote Postweg. Bentuk monumennya berupa sepasang tangan yang sedang menyangga bola dunia, lengkap dengan peta jalur jalannya. Ada 43 kabupaten/kota di lima provinsi di Pulau Jawa yang dilewati oleh jalan ini.
De Grote Postweg dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun, dan menjadi sebuah rekor dunia pada masanya. Anyer - Batavia yang awalnya harus ditempuh selama empat hari, setelah ruas jalan ini selesai, akhirnya dapat ditempuh hanya dalam satu hari. Begitu juga dengan Batavia-Semarang-Surabaya dapat ditempuh hanya dalam enam hari. Padahal, sebelumnya harus ditempuh selama berbulan-bulan.
Monumen Titik Nol Km Anyer - Panarukan, - Dok. Pribadi