Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pesan Moral dari Cak Silo
8 Juni 2021 13:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Yudi Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu, saya secara tidak sengaja membaca sebuah artikel di sebuah media massa daring yang menyoal kisruh pembeli dan penjual yang terjerat sistem COD (Cash on Delivery). Dalam artikel tersebut, terselip nama Cak Silo, seorang content creator di sebuah kanal youtube. Sejauh ini, kosakata saya tentang orang yang berawalan Cak itu cuma beberapa, seperti Can Nun, Cak Imin, Cak Nur, dan Cak Lontong.
ADVERTISEMENT
Namun, kali ini bertambah satu, Cak Silo. Cak Silo ini bukan pembeli yang marah-marah karena pesanannya salah, bukan juga kurir yang dimarahi pembeli karena ketidakjelasan sistem COD itu. Nama Cak Silo muncul karena penulis di artikel tersebut hendak memberikan teladan kepada pembaca tentang hubungan unik antara penjual dan pembeli.
Cak Silo digambarkan sebagai sosok yang kekeh, saklek, dan patuh istri. Karena penasaran, saya langsung menelusuri kanal youtube-nya yang bernama, Nano Bukan Permen.
Tidak seperti kebanyakan content creator lainnya, video-video dagelan di kanal Cak Silo ini lebih menonjolkan kearifan lokal (karena berbahasa Jawa), serta menyajikan beragam pesan moral. Saya memang bukan orang bersuku Jawa, namun paham sedikit bahasa Jawa karena saya pernah terpapar langsung dengan teman-teman dari suku Jawa, baik itu teman sekamar, satu indekos, dan sekelas, baik itu Jawa ngoko lugu, sampai jawa kromo inggil.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak video Cak Silo di kanal youtube-nya, saya tertarik meng-‘klik’ videonya yang berjudul “Cak Silo Jualan Pentol”. Video berdurasi 7,5 menit itu menceritakan kehidupan sehari-hari Cak Silo, sangat luwes dan tidak dibuat-buat. Mengenakan blangkon di kepala, menunggangi motor Astrea Grand yang melegenda, sembari membunyikan ‘telolet’ khas tukang penthol keliling merupakan aksi lugu Cak Silo dalam menjajakan penthol-nya di video tersebut. Akhirnya, Cak Silo melipir sembari menanti pembeli setia ditemani gerobak penthol-nya. Tak lama berselang, muncul pembeli pertama menghampiri, mencicipi penthol Cak Silo, kemudian berlalu tanpa membayar dengan alasan harga kemahalan. Apa yang dilakukan Cak Silo? Hanya mengumpat. Wajar, orang berdagang mau cari uang, tapi pembeli makan seenaknya tidak membayar.
ADVERTISEMENT
Tapi apakah Cak Silo lantas beranjak? Tidak. Cak Silo tetap setia menanti pembeli lain yang lebih beradab. Pembeli kedua pun datang, kemudian menyantap beberapa butir penthol, dan berlalu begitu saja seperti pembeli pertama, dengan alasan penthol yang diinginkan tidak sesuai dengan selera. Cak Silo kembali mengumpat, kesal dan jengkel, namun pasrah tetap dengan wajah yang lugu.
Setelah dua pembeli kurang ajar tadi, muncul lah pembeli ketiga. Pembeli ini berniat memborong seluruh dagangan penthol Cak Silo. Namun, Cak Silo tegas menolak seraya berkata “gendeng sampeyan”, gila kamu ya, bentak Cak Silo. Cak Silo ini memang aneh, dagangan mau diborong tapi kok malah marah-marah. Ternyata, Cak Silo menolak kalau dagangan penthol-nya diborong karena dia tidak mau pulang kerja sebelum jam yang sudah ditetapkan istrinya. Selain itu, Cak Silo merasa aneh kalau tidak bekerja sambil berdalih jika penthol-nya diborong habis sama pembeli tersebut, maka dia akan mengecewakan pembeli-pembeli penthol lainnya, khususnya anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sampai sini, ada beberapa pesan moral yang hendak disampaikan oleh Cak Silo kepada para pemirsanya. Cak Silo ini wong cilik, lugu, tapi sikapnya bisa lurus, taat aturan, dan sangat menghargai orang lain. Kalau saya di posisi Cak Silo, tentu saya akan menerima borongan pembeli ketiga, kemudian pulang ke rumah sambil mengantongi segepok uang hasil jualan. Tapi, bagi Cak Silo urusannya tidak melulu soal dagangan laris. Cak Silo hendak mengajarkan kepada kita semua untuk membeli barang sebutuhnya saja. Dan, kita juga mesti bertenggang rasa terhadap orang lain yang mungkin juga ingin membeli barang yang sama dengan kita. Intinya, saling berbagi!.
Pesan lain yang tak kalah menyentil yaitu taat aturan. Kalau belum saatnya pulang, ya jangan keluyuran. Prinsip ini sangat mendasar. Realitanya, baik di kota besar maupun di daerah, masih berseliweran berita di linimasa tentang pegawai bolos, atau sekadar nangkring di warung kopi saat jam kantor untuk sekadar melepas penat, atau malas masuk kantor dengan beribu alasan. Cak Silo yang sederhana saja patuh aturan dan manut istri, bagaimana dengan kita?
ADVERTISEMENT
Cak Silo memang seorang penjual penthol dalam video tersebut. Namun, kepribadiannya seolah membungkam mereka yang sering tidak taat aturan, apalagi menerobos aturan. Semoga Cak Silo tetap dikaruniai kesehatan agar tetap bisa berjualan penthol sambil memberikan edukasi berharga kepada warganet melalui video dagelan berbahasa Jawa-nya tentang pentingnya kesederhanaan, kesopanan, serta taat aturan!.