Konten dari Pengguna

Manis Getirnya Mariënburg, Pabrik Gula Saksi Sejarah Imigran Jawa di Suriname

Yudith Damayanti
sui generis. Tugas Menulis di Kumparan bersama Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (SESDILU) 74 MAN74B
15 Mei 2023 0:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudith Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suriname terletak jauh di benua Amerika Selatan. Namun demikian, ia dekat di hati masyarakat Indonesia karena keberadaan masyarakat keturunan Jawa.
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat kedatangan orang Jawa pertama kali di Suriname pada 9 Agustus 1890 sebagai pekerja kontrak. Menyusul dihapuskannya perbudakan pada 1 Juli 1863, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan tenaga kerja dari India dan Jawa untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan-perkebunan Suriname.
Pengiriman orang Jawa ke Suriname berlangsung hingga tahun 1939 dengan jumlah keseluruhan hampir 33 ribu orang. Gelombang pertama pekerja kontrak dari Jawa sebanyak 94 orang dipekerjakan di pabrik gula Mariënburg.
Penampakan halaman depan pabrik gula Mariënburg di Distrik Commewijne (sumber: dokumentasi pribadi)
Mengunjungi Mariënburg kurang mantap rasanya tanpa panduan dari warga setempat. Mengapa? Karena yang nampak di mata hanyalah sisa-sisa bangunan pabrik gula yang terbengkalai.
Onggokan sisa-sisa perangkat mesin pengolahan tebu di Mariënburg (sumber: dokumentasi pribadi)
Adalah Pak Toekijan Soekardi, salah seorang pemandu wisata setempat berusia 80-an akhir yang dapat memberikan gambaran peristiwa di pabrik gula yang didirikan pada tahun 1882 itu.
ADVERTISEMENT
Melalui penuturan Pak Toekijan, imajinasi kita dibawa ke masa lalu ketika pabrik gula Mariënburg masih beroperasi. Pak Toekijan sendiri telah bekerja di Mariënburg selama 40 tahun. Pada masa itu para pekerja tidak lagi berstatus pekerja kontrak.
Pak Toekijan Soekardi memandu pengunjung Mariënburg dengan buku catatannya yang khas (sumber: dokumentasi pribadi)
Berdasarkan kesaksian Pak Toekijan, Mariënburg memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti rumah sakit, toko, dan tempat hiburan. Di toko dan tempat hiburan itulah para pekerja pabrik dapat menghabiskan pendapatan yang diperolehnya setelah jerih payah bekerja 12 jam sehari selama 6 atau 7 hari dalam seminggu. Mariënburg beroperasi selama 8 bulan dalam 1 tahun. 4 bulan sisanya digunakan pekerja untuk pemeliharaan peralatan.
Pada masa kejayaannya, Mariënburg merupakan wilayah terpenting kedua di Suriname setelah ibukota Paramaribo. Gula dan rum yang dihasilkan menjadi komoditas ekspor ke pasar dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya, masalah pengelolaan usaha dan turunnya harga gula dunia mengakibatkan pabrik pailit dan ditutup pada 1987.
Penutupan Mariënburg menyisakan isu sosial karena sebagian besar tenaga kerja setempat bergantung pada Mariënburg. Kebanyakan mantan pekerja Mariënburg masih tinggal di kampung sekitar dan dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka berharap Mariënburg dengan tanah subur dan sisa-sisa perkebunan yang ada tidak terlalaikan seperti kondisinya saat ini agar roda ekonomi dapat kembali berputar bagi masyarakat setempat.
Monumen Peringatan Kedatangan Imigran Jawa Pertama 9 Agustus 1890 di kompleks Mariënburg (sumber: dokumentasi pribadi)