Konten dari Pengguna

Parapat, Perempuan Cantik yang Butuh Riasan, dan Dua Sisi Pembangunan

Yudith Damayanti
sui generis. Tugas Menulis di Kumparan bersama Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (SESDILU) 74 MAN74B
20 Juni 2023 0:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudith Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika penerbangan terdekat menuju Danau Toba hanya dapat ditempuh melalui bandar udara di Medan, Parapat merupakan primadona kota wisata yang menghubungkan daratan Sumatra dengan Pulau Samosir.
ADVERTISEMENT
“Saya masih ingat dulu ketika saya kecil banyak sekali turis asing datang sambil bagi-bagi permen,” kenang Sirait, seorang warga asli Parapat. Kini di usianya yang paruh baya, laki-laki yang menjalani profesi sebagai pelaku usaha di sektor pariwisata di Parapat itu mengeluhkan minimnya wisatawan yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Membenarkan apa yang dikatakan rekan seprofesinya, Sinaga menegaskan perlunya Parapat untuk berbenah diri sehingga kembali menarik bagi wisatawan. “Parapat ini ibarat perempuan yang dulu cantik sekali tapi sekarang sudah perlu riasan agar tetap menawan,” imbuhnya.
Patung sepasang putra-putri setempat dalam balutan pakaian adat Kabupaten Simalungun menyambut pengunjung Ruang Terbuka Publik (RTP) di Pantai Bebas, Parapat. Foto: Dokumentasi Pribadi
Curahan hati senada dilontarkan oleh Bapak Siallagan. Ketika ditanya berapa omzet per hari, pelaku usaha jasa perkapalan ini hanya menjawab, “nanti kau menangis kalau mendengarnya.” Ia menuturkan bahwa saat ini tantangannya adalah kapal-kapal motor penumpang yang ada harus mampu bersaing, salah satunya dengan kapal-kapal feri yang dikelola BUMN. Kapal-kapal feri baru itu menawarkan harga yang lebih murah dan fasilitas yang lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Menariknya, 7 (tujuh) pelabuhan penyeberangan dan 4 (empat) kapal penyeberangan baru di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)/Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba justru dibangun Pemerintah dalam rangka meningkatkan konektivitas antar wilayah dan mendukung sektor pariwisata di kawasan Danau Toba.
Bahkan di Parapat, Pemerintah telah melakukan penataan kembali kawasan wisata melalui pembangunan Ruang Terbuka Publik (RTP) di Pantai Bebas dan di depan hotel Atsari untuk mendukung program DPSP tersebut.
RPT di pelabuhan depan Hotel Atsari, Parapat. Foto: Dokumentasi Astari D/Sesdilu 74
Apakah itu “riasan” yang cukup untuk wajah baru Parapat? Sayangnya Sinaga berbeda pendapat. Menurutnya pembangunan Parapat seharusnya dapat lebih melibatkan aspirasi masyarakat. “Fasilitas seperti skate park di RTP bukanlah yang dibutuhkan masyarakat dan wisatawan di ruang publik di Parapat ini,” tegasnya.
Skate park di RTP Pantai Bebas, Parapat. Foto: Dokumentasi Pribadi
Sirait, Sinaga, dan Siallagan melihat kebutuhan pembangunan Parapat dari beragam sisi yang berbeda. Meski demikian mereka memiliki satu harapan yang sama, yaitu agar perubahan sebagai konsekuensi suatu pembangunan harus berkeadilan dan membawa manfaat yang merata.
ADVERTISEMENT