Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Menemukan Kekuatan dalam Kerentanan: BK sebagai Pelita bagi Anak Broken Home
7 November 2024 11:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Yudith Wina Herlita Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perceraian merupakan salah satu peristiwa yang paling menyakitkan dalam kehidupan keluarga, terutama bagi anak-anak yang menjadi korban. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan bahwa pada tahun 2023, jumlah kasus perceraian di Indonesia yang tercatat pada data adalah berada di angka 460 ribu. Mengutip ucapan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo bahwa"Artinya peningkatan ini kan hampir tiga kali lipat. Ini sangat relate dengan toxic people, toxic relationship, dan toxic friendship. Jadi jika dia membentuk keluarga sangat mungkin terjadinya pertikaian kronis karena suami atau istrinya bisa tidak mengenakan atau suami dan istrinya memiliki sikap toxic," yang berarti adanya toxic people atau orang dengan gangguan emosi tertentu memeiliki pengaruh besar terjadinya peningkatan angka perceraian di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dampak dari perceraian tidak hanya dirasakan oleh pasangan suami istri, tetapi juga oleh anak-anak yang sering kali terjebak dalam konflik emosional dan psikologis. Dalam konteks ini, peran Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi sangat penting untuk membantu anak-anak menghadapi situasi yang sulit ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Mustika, Sukoco KW, dan M. Aris Rofiqi, dengan judul "Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Menghadapi Anak Broken Home Korban Perceraian" anak-anak yang berasal dari keluarga broken home sering mengalami gangguan emosional, penurunan motivasi belajar, dan perilaku menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa perceraian dapat menciptakan krisis identitas bagi anak, yang berpotensi mengarah pada perilaku negatif. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa peran BK dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak ini sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, Bimbingan konseling atau yang kerap disebut dengan BK memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu anak-anak korban perceraian. Pertama, BK dapat berfungsi sebagai tempat bagi anak untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka. Dalam sesi konseling, anak-anak dapat berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Ini adalah langkah awal yang penting untuk membantu mereka memproses perasaan kehilangan dan kebingungan yang mungkin mereka alami akibat perceraian orang tua.
Kedua, BK dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada anak-anak tentang situasi yang mereka hadapi. Melalui layanan informasi, anak-anak dapat diajarkan cara menerima keadaan mereka dan memahami bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini. Ini dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
ADVERTISEMENT
Ketiga, BK juga berperan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak. Anak-anak yang mengalami perceraian sering merasa terisolasi dan kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya. Melalui program bimbingan kelompok, anak-anak dapat belajar untuk berkomunikasi dengan lebih baik, membangun hubungan yang sehat, dan mengembangkan empati terhadap orang lain.
Diluar ketiga fungsi tersebut, BK juga perlu melibatkan orang tua dalam proses konseling. Keterlibatan orang tua sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan di rumah. BK dapat memberikan saran kepada orang tua tentang cara berkomunikasi dengan anak-anak mereka dan memberikan perhatian lebih kepada mereka, sehingga anak-anak merasa dicintai dan diperhatikan meskipun dalam situasi yang sulit.
Sebagai kesimpulan, peran BK dalam menangani anak-anak yang mengalami broken home sangatlah penting. Dengan pendekatan yang tepat, BK dapat membantu anak-anak mengatasi dampak negatif dari adanya perceraian, mengembangkan keterampilan sosial, dan membangun kepercayaan diri mereka. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan masyarakat untuk mendukung program bimbingan dan konseling agar anak-anak yang mengalami broken home tidak merasa sendirian dan dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.
ADVERTISEMENT
Disusun oleh : Yudith Wina Herlita Susanto dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.