Konten dari Pengguna

Mengenal Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

Yuliani Dewi Risanti
Dosen Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Padjadjaran.
4 Agustus 2024 9:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuliani Dewi Risanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gaya Kepemimpinan Sumber: dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gaya Kepemimpinan Sumber: dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu faktor penting bagi keberhasilan organisasi adalah hadirnya pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat. Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi aktifitas kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui hubungan yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya (Mullins, 2005). Kepemimpinan dalam organisasi bukan hanya mengenai jabatan struktural namun lebih dari itu bagaimana seorang pemimpin dapat menjalin hubungan efektif, dapat memberikan semangat dan motivasi kepada bawahan sehingga masing-masing anggota dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik untuk mencapai tujuan yang spesifik dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan topik yang paling banyak diriset dan kemungkinan merupakan hal yang paling kompleks dalam perilaku organisasi (McShane, Glinow, 2010). Berbagai model gaya kepemimpinan terus dikembangkan untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan eksternal dan internal organisasi.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan teori kepemimpinan transformasional sebagai pendekatan yang paling terakhir berkembang dari James MacGregor Burns dalam bukunya “Leadership”, menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu hubungan yang bersifat saling menguntungkan dan menuju ke arah peningkatan sampai kepada tingkat-tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi (Burns, 1978). Pemimpin transformasional melakukan hal yang berbeda, bawahan akan lebih puas dan mempunyai komitmen organisasi yang lebih tinggi serta mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik.
Berbeda dengan kepemimpinan transaksional yang lebih pasif dengan pemberian reward dan punishment dan berorientasi pada pemenuhan pengerjaan tugas untuk jangka pendek dengan memastikan bahwa anggotanya mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kepemimpinan transformasional mengupayakan perubahan strategi dan budaya organisasi agar dapat lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Pemimpin transformasional adalah agen perubahan yang mampu menggerakkan dan mengarahkan anggotanya pada nilai dan perilaku organisasi yang baru (McShane, Glinow, 2010).
ADVERTISEMENT
Topik lain yang juga menimbulkan kebingungan dan kontroversi adalah perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan karismatik. Banyak peneliti yang memandang bahwa kepemimpinan karismatik merupakan inti dari kepemimpinan transformasional. Karisma adalah kepribadian sedangkan kepemimpinan transformasional adalah sekumpulan perilaku yang digunakan untuk memimpin proses perubahan. Penelitian lain menyebutkan bahwa pemimpin karismatik menghasilkan anggota yang memiliki ketergantungan sedangkan pemimpin transformasional mempunyai efek yang berkebalikan yaitu membangun pemberdayaan anggota yang biasanya mengurangi tingkat ketergantungan pada pemimpin (McShane, Glinow, 2010).
Terdapat beberapa penjelasan mengenai kepemimpinan transformasional, dalam bukunya McShane dan Glinow yang berjudul “ Organizational Behavior: Emerging Knowledge and Practice For The Real World” menyebutkan empat unsur utama yaitu:
Create a Strategic Vision
Pemimpin transformasional membangun visi masa depan organisasi yang menyatukan anggotanya untuk mencapai tujuan yang dirasa tidak mungkin. Pemimpin ini membentuk visi strategi masa depan yang dapat menyatukan anggotanya. Intinya gaya kepemimpinan transformasional adalah mengenai perwujudan mimpi dan menolong anggotanya untuk meraih hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Communicate the Vision
Bila visi merupakan hakekat dari kepemimpinan transformasional, mengkomunikasikan visi merupakan sebuah proses. Para pemimpin menyatakan bahwa hal yang utama adalah mengkomunikasikan makna dan meningkatkan derajat pentingnya visi tersebut pada anggota. Pemimpin transformasional membawa visinya pada kehidupan melalui simbol, metafora, cerita dan media yang melampaui penyampaian kata-kata.
Model the Vision
Pemimpin transformasional tidak hanya membicarakan visi namun berjalan dengan visi tersebut. Semakin konsisten antara perkataan dan perbuatan pemimpin, semakin anggota akan percaya dan mempunyai keinginan untuk mengikuti pemimpinya. Dalam satu survey melaporkan bahwa memimpin melalui pemberian contoh merupakan karakter penting yang harus dimiliki pemimpin.
Build Commitment toward the Vision
Mentransformasi visi kedalam kenyataan memerlukan komitmen dari anggotanya. Pemimpin transformational membangun komitmen melalui beberapa cara yaitu kata-kata, symbol dan cerita yang menularkan antusiasme yang memberikan energi kepada anggotanya untuk mengadopsi visi yang sama sebagai bagian dari dirinya. Kegigihan dan konsistensi merefleksikan kejujuran, kepercayaan dan integritas. Pada akhirnya, pemimpin membangun komitmen dengan melibatkan anggotanya dalam proses pembentukan visi organisasi.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan transformasional saat ini merupakan perspektif yang paling popular, namun menghadapi beberapa tantangan diantaranya yaitu menganggap bahwa pemimpin menjadi transformasional ketika mereka sukses membawa perubahan bukan ketika mereka terikat dengan perilaku tertentu yang menjadikan pemimpin transformasional (Robbins, Judge, 2013). Pada dasarnya kepemimpinan transformasional tidak selalu efektif untuk diterapkan dalam berbagai situasi, mempunyai dampak yang besar pada organisasi skala kecil dibandingan pada organisasi besar yang lebih kompleks. Lebih efektif bila pemimpin dapat secara langsung berinteraksi dengan anggotanya dalam membuat keputusan (Schermerhorn, et al., 2010).
Pemimpin transformasional mencoba untuk membangun kesadaran timnya dan menentukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi sesuai dengan ‘values’ anggotanya. Dengan begitu, tim akan selalu termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik lagi untuk mencapai sasaran organisasi. Pada dasarnya organisasi memerlukan penerapan keduanya baik kepemimpinan transformasional maupun transaksional. Kepemimpinan transaksional meningkatkan efisiensi organisasi sedangkan kepemimpinan transformasional mengarahkan organisasi pada kemampuan bertindak yang lebih baik (McShane, Glinow, 2010). Kepemimpinan transaksional diperlukan sebagai model bagi banyak orang dan untuk organisasi yang stabil cenderung tidak menuntut banyak perubahan, sedangkan kepemimpinan transformasional diperlukan untuk menghadapi dan memfasilitasi berbagai perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi (Bolden et al., 2003).
ADVERTISEMENT
Kunci utama seorang pemimpin menurut Jamil Azaini seorang trainer kepemimpinan dalam menerapkan kepemimpinan transformasional kepada timnya yaitu melalui: Engagement dengan membangun kedekatan hubungan diantara pimpinan dan anggotanya. Encourage yaitu memberikan tantangan kepada anggotanya untuk menghasilkan karya yang lebih dan lebih baik lagi dalam setiap pekerjaan yang dilakukan, Energizing yaitu memberikan dukungan motivasi kepada tim, Empowering dengan memberikan ruang kepercayaan kepada tim. Perubahan yang sangat cepat menuntut pemimpin saat ini terutama generasi millennial untuk memiliki ketangkasan, kecepatan, keberanian dan terus menerus melakukan perbaikan dan perubahan. Penguasaan teknologi digital dan kemampuan untuk berkolaborasi demi mencapai kemajuan bersama akan menjadi nilai tambah bagi pemimpin di era digital saat ini.