Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Diam adalah Pilihanku
10 Mei 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Yuli Nurlaili Amar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata “cinta” bukan lagi hal tabu, namun sekarang sudah menjadi buah bibir segelintir orang. Cinta dapat dirasa oleh banyak orang. Mungkin menurut kalian cinta itu indah, bisa buat bahagia. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakannya ? Tidak berani mengungkapkan kepada lelaki yang sudah mengambil hatiku.
ADVERTISEMENT
Ketika aku menjadi mahasiswa baru di salah satu politeknik. Aku memiliki tekad harus lebih aktif maka aku daftar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam bidang penalaran dan keilmuan. Ikut-ikutan teman yang mempertemukanku dengan lelaki itu.
Pertama kali aku bertemu dengan dia saat first gathering UKM kami. Saat dipersilakan berkumpul sesuai departemen, saat itu aku mengetahui namanya ketika dia memperkenalkan diri. Dia satu departemen denganku, satu jurusan juga namun yang membedakan hanya prodi saja. Sesi yel-yel, karena saat perkenalan aku sangat aktif dan bersemangat sampai akhirnya ditunjuk untuk memandu membuat yel-yel oleh kadep (ketua departemen).
Hingga dia mengambil buku yang ada di tanganku lalu berkata biar aku saja yang menggantikan mencatat lirik, kamu fokus saja merancang dengan yang lain. Tanpa sengaja itu awal kerja samaku dengan dia. Aku dan dia masuk ke tim inti departemen. Aku bagian divisi lomba dan dia sebagai wakil kepala departemen (wakadep). Dia adalah teman dekat lelaki pertamaku di kuliah. Satu tim dengan dia membuatku sering bertemu dan nyaman ngobrol dengannya.
ADVERTISEMENT
Saat kegiatan OMP aku berjalan cukup jauh membawa tas besar dipunggung dan tote bag besar di tangan kanan yang membuatku sangat lelah sekali. Sampai aku mengeluh ke dia, ini sangat berat dengan menunjukkan wajah lelahku. Tanpa aku duga dengan cepatnya dia mengambil tote bag ku dan sekarang sudah berpindah di tangannya. Dia tersenyum dan membuatku membalas senyum tersebut. Tingkahnya membuatku sedikit kaget dan terdiam dibuatnya.
Sepanjang perjalanan aku selalu berada disebelahnya. Ngobrol dan menikmati pemandangan bersamanya adalah momen indah yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Karena sudah tidak bisa disebutkan dengan kata-kata lagi. Hanya senyum yang bisa mendefinisikan betapa senangnya hatiku.
Dia mengambil tanaman yang ada bunganya dan mengatakan coba foto ini bagus atau tidak. Posisiku dan dirinya benar-benar sangat dekat. Bahkan aku bisa melihat jelas wajahnya. Tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya dan keringat dingin. Gugup ketika ingin berbicara kepadanya. Aku memberitahunya dengan suara yang sangat hati-hati supaya dia tidak mengetahui bahwa sekarang aku sedang deg-degan di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Setelah lama mengenalnya akhirnya aku tau bahwa dia sangat menyukai puisi. Bahkan puisinya banyak mendapatkan juara dan salah satunya diterbitkan di buku. Dengan semua yang terjadi, aku mulai menyadari bahwa aku telah jatuh hati kepadanya. Lelaki itu berhasil mengambil hatiku dan mengobati luka lama di hati. Aku selalu mendukungnya, berusaha memahaminya, selalu ada untuknya ketika dia membutuhkan bantuan, menghiburnya dikala sedih, dan menjadi tempat berceritanya.
Salahkah bila aku ingin perasaanku terbalas olehnya ? namun aku tidak pernah memaksa itu. Memilih diam itulah pilihanku. Membiarkannya tidak tahu perasaanku itu sangat menyakiti hatiku. Diam yang awalnya kuniatkan supaya tetap menjaga pertemanan dan selalu dekat dengannya sudah tidak berjalan sesuai rencana. Melihatnya berjalan dengan orang lain yang kulakukan hanya diam dan menangis. Diam memang tidak selalu indah. Diam itu membunuhku. Melukaiku perlahan. Menciptakan luka lebih dalam lagi dan lagi.
ADVERTISEMENT
Teruntuk kamu yang mengalami hal yang sama sepertiku. Jangan pernah melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan. Cukup aku saja yang merasakan. Hanya sedih, kecewa, dan luka yang akan dirasakan sendiri. Menyalahkan diri sendiri bisa saja terjadi. Jika kamu memiliki sedikit keberanian cobalah mengutarakan kepada orang yang kamu suka. Lebih baik luka di awal daripada luka ketika perasaanmu semakin dalam kepadanya.
Ceritaku dan dia sudah berakhir. Tidak ada kata revisi lagi. Hasilnya tetap sama aku mencintaimu dalam diam. Terima kasih pernah menjadi tempat bersinggahku walau hanya sementara.