Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Semua yang Kuraih ada Perjuangan Ibuku
13 Mei 2020 10:15 WIB
Tulisan dari Yuli Nurlaili Amar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kelas 12 SMA adalah masa-masa tersulitku. Mengalami kegagalan berkali-kali. Merasakan kecewa dan putus asa. Masa penentuan akan masa depanku dipertanyakan ?
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, aku selalu membuat keputusan yang harus dipikirkan matang-matang. Keputusanku adalah melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu kuliah.
Aku mengetahui adanya jalur rapot tanpa tes yang bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Aku mendapatkan kuotanya seluruh badanku lemas. Air mataku menetes tanpa aku sadari dan senyum pun ikut terlukis dalam wajahku.
Saat itu aku memilih prodi yang berhubungan dengan kesehatan di Universitas Airlangga dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Pengumumannya sangat lama hingga aku bosan menunggu. Aku tetap belajar materi SBMPTN. Saat pertama melihat pengumuman adalah kata maaf pertama. Aku sedih, kecewa, dan yang kulakukan hanya menangis menyesali semuanya.
Aku mempertanyakan kenapa aku tidak masuk ? apa nilaiku tidak memenuhi, apa aku salah menaruh penempatan universitas. Semua melintas begitu saja di kepalaku. Aku butuh waktu untuk menerima penolakan. Namun aku bangkit dan mencoba mengikhlaskan dan berkata mungkin belum rezekiku.
ADVERTISEMENT
Aku mencoba mengikuti ujian tertulis jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Aku mengubah rencana awalku. Sehingga aku memilih, Pertama, Pendidikan Kimia – Universitas Negeri Jakarta. Kedua, Agribisnis – Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ketiga, Pendidikan Matematika dengan universitas yang sama dengan pilihan kedua. Tidak lupa sebelum ujian, aku melakukan survey terlebih dahulu bersama ibuku.
Menunggu hasil ujian cukup lama. Aku mengikuti lagi ujian Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (STMKG). Aku memilih klimatologi sebagai pilihanku. Aku belajar dari buku yang kubeli dan mempelajari hal baru tanpa rasa lelah. Karena mendapatkan sesuatu yang kuinginkan perlu perjuangan. Itulah yang menjadi prinsip aku tidak pernah putus dalam belajar.
Lagi dan lagi tempat ujiannya sangat jauh. Seperti biasa aku melakukan survey. Sama siapa ? tentu saja sama ibuku. Aku gagal masuk ketahap berikutnya, karena tidak melewati nilai ambang batas. Kecewa pasti ada tapi tidak sesakit saat SNMPTN . Karena aku sangat penasaran jadi aku mencobanya saja. Kegagalan kedua kuterjadi lagi.
ADVERTISEMENT
Tibalah saat pengumuman SBMPTN saat kubuka kata maaf lagi yang tertulis. Rasa kecewa yang besar membuatku menangis lagi dan lagi. Itu kegagalan ketiga yang kudapatkan.
Sebenarnya aku sudah yakin aku tidak lolos maka aku mempersiapkan rencana berikutnya. Mengikuti dua Ujian Mandiri (UM) di Universitas Singaperbangsa Karawang dan Politeknik Negeri Jakarta. Kembali lagi bertemu dengan buku yang tebal dan buku tambahan soal-soal politeknik. Aku dibantu belajar oleh temanku yang sudah masuk Politeknik Negeri Jakarta.
Aku memilih D4 – Administrasi Bisnis Terapan, D3 – Penerbitan (Jurnalistik), dan D3 – Administrasi Bisnis Terapan di Politeknik Negeri Jakarta. Universitas Singaperbangsa Karawang aku memilih S1 – Gizi dan S1 – Agribisnis. Kok beda sekali sih pilihannya ? itulah pilihanku.
ADVERTISEMENT
Ternyata tempat ujianku sangat jauh jaraknya dibandingkan sebelumnya. Aku melakukan survey lagi dengan ibuku. Ibuku berkata harus mencari tempat penginapan yang menyediakan satu hari. Sudah mencari dan bertanya kepada warga sekitar namun hasilnya tetap nihil.
Aku memutuskan untuk istirahat dan makan siang. Ibuku bertanya kepada penjual makanan tersebut namun iya mengatakan tidak ada. Tidak lama ibu itu langsung menawarkan untuk tinggal di rumahnya bersama dengan anak perempuannya. Saat itu aku benar-benar bersyukur. Ketika kita berusaha tidak ada kata tidak mungkin dan pasti ada jalan atas semuanya.
Seperti biasa ibuku mengantarkanku dan menjemputku ketika ujian kelar. Alhamdulillah aku lulus. Panjang ya prosesnya ? memang seperti itu. Tapi aku berusaha menikmati proses yang terjadi. Hingga aku bangga pada diriku bisa melewati semuanya.
ADVERTISEMENT
Jika kamu sedang mengalami sepertiku. Ingatlah kecewa itu hanya sementara dan kegagalan itu sukses yang tertunda. Selalu berpikir positif akan semuanya. Siapa tahu Tuhan masih ingin melihat prosesmu. Mungkin Tuhan masih ingin mengujimu. Apakah kamu akan tetap semangat atau memilih diam ?
Semua tidak luput dari perjuangan ibuku juga. Aku sangat senang ketika ibuku selalu mendukung dan menemani tanpa pernah lelah. Aku tahu dia sangat lelah karena terlihat sekali dari raut wajahnya. Namun ia tidak pernah mengatakan sedikit pun kepadaku. Ia hanya selalu semangat menemani survey tempat dan mengantarkanku ujian.
Terima kasih Tuhan sudah memberikan ibu begitu baik kepadaku. Mungkin alasan aku bisa melewati semua karena aku ingin usaha ibuku tidak sia-sia. Aku ingin mengukir senyum di wajahnya. Melihatnya bahagia karena anaknya lulus ujian. Aku ingin ia bangga padaku. Semua kulakukan supaya tidak membuatnya kecewa. Cukup semua pengorbanan yang kau lakukan, bu. Saatnya aku yang harus berjuang dan membuktikan kepadamu. Kaulah alasanku bertahan. Aku sangat mencintaimu.
ADVERTISEMENT