Membaca Situasi Indonesia Menuju Pesta Demokrasi dari Logika Digital

Yulian Amiftahkhul Ibra
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang memiliki kompetensi dibidang kehumasan
Konten dari Pengguna
23 Desember 2021 18:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulian Amiftahkhul Ibra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengenai Pemilihan Presiden, polarisasi rawan terjadi. Bukan hanya karena kampanye konvensional saja, namun juga diwarnai dengan peranan media digital yang membuat masyarakat bebas tak terbatas. Penggunanya yang beragam membuat media digital menjadi harapan baru bagi mereka yang ingin berbagi cerita dan haus informasi.
sumber : pixabay.com
Perlu disadari bahwa sekarang kita hidup dalam dua dunia yang secara tidak langsung saling terkait. Kita hidup di dunia nyata dan masuk dunia digital dengan rasa yang berbeda. Dunia digital yang kita rasakan merupakan bentuk aktualisasi diri baru seseorang akan dirinya. Didukung oleh fitur-fitur yang disediakan oleh media digital membantu kita untuk menjadi diri yang baru dengan cepat dan bebas. Kebebasan ini yang membuat banyak penggunanya lepas kontrol untuk mengendalikan diri mereka atas persebaran informasi yang diberikan. Termasuk informasi politik yang digemborkan.
ADVERTISEMENT
Tahun 2019 terdapat dua pasangan calon yang pendukungnya saling memberi julukan satu sama lain. Tak jarang, sampai menimbulkan keributan digital maupun di dunia nyata. Saling menjatuhkan seakan kubu mereka adalah yang terdepan sampai lupa kita dalam satu wadah Indonesia. Kira-kira mengapa polarisasi ini semakin mengerucut?
Internet membuat kita menjadi terkotakkan secara tidak langsung. Pasalnya dengan adanya filter bubble, kita hanya akan disajikan informasi yang sesuai dengan apa yang sering kita cari dan minati saja. Membuat kita terbutakan dengan kebenaran sepihak atas apa yang kita percayai. Di sinilah titik lemah pengguna media digital, filter bubble effect. Polarisasi maya ini juga berimbas pada kehidupan nyata, nyatanya selama pemilihan presiden lalu banyak yang terpapar hoaks dan bahkan memutus rantai persaudaraan.
ADVERTISEMENT
Penyadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kewarasan berpikir dalam bermedia harus segera digalakkan, mengingat tahun pesta demokrasi terbesar ini akan segera dimulai. Jika tidak, polarisasi akan menjamur dan sulit diobati. Apalagi, sekarang sudah banyak lembaga survei yang merilis nama-nama yang akan mengisi kursi RI 1 dan beberapa politikus sudah berbondong membangun citra publik dengan baliho dan postingan sosial media.
Lalu, siapkah kita dengan realita ini hingga pesta demokrasi terbesar di Indonesia selesai diselenggarakan nanti?