Yuni, Refleksi Cerita Perempuan Indonesia

Yulian Amiftahkhul Ibra
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang memiliki kompetensi dibidang kehumasan
Konten dari Pengguna
19 Desember 2021 21:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulian Amiftahkhul Ibra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
zoom-in-whitePerbesar
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Yuni is such a great film omg. I cried during the climax bc that patriarchy shit is so relateble. Still Remember that some of my friend from elementary school and JHS get married so young just bc thre's a suitor. F*ck*ng ridiculous. I was mesmerized with Yuni's acting" cuitan seorang pengguna twitter @villaingrirlchan
ADVERTISEMENT
Jagat media sosial Indonesia dihebohkan dengan film yang disutradarai Kamila Andini. Cerita Yuni dapat menjadi sangat reflektif bagi remaja perempuan di Indonesia. Ia mendapatkan inspirasi dari cerita asisten rumah tangganya yang bercerita mengenai anaknya yang harus menikah di usia 17 tahun dan memiliki anak. Yuni, berbagi cerita tentang remaja yang berada dalam dua pilihan yang sulit, antara impian dan pernikahan remaja.
Banyak netizen yang merasa film ini sangat reflektif dengan cerita remaja perempuan di Indonesia yang kental dengan budaya patriarkinya. Saat menginjak remaja pilihannya menjadi sangat sulit. Dia harus mempertahankan citanya atau menikah muda. Sudah akrab di telinga "Wanita jangan bersekolah tinggi-tinggi, nanti laki-laki takut untuk menikahi."
Entah siapa yang harus bertanggung jawab atas pernyataan tersebut, yang pasti hal ini memang sudah membudaya di berbagai daerah di Indonesia. Imbasnya, jutaan perempuan di Indonesia melakukan pernikahan dini. Berdasarkan data dari UNICEF pada Juli 2019, di pulau jawa terdapat hampir 700.000 perempuan menikah dini.
ADVERTISEMENT
Karakter Yuni yang dipaksa harus memilih untuk melanjutkan mimpinya untuk berkuliah atau menuruti foklr "tidak baik perempuan menolak lamaran lebih dari dua kali, nanti jodohnya jauh." Yuni mengambil latar di Serang, Banten. Bukan hanya Yuni, namun juga teman-temannya juga mengalami masalah yang sama.
Ini masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi masyarakat Indonesia untuk mulai mengikis stigma ini. Wanita juga berhak eksis untuk mempertaruhkan mimpi mereka tanpa ada bayang-bayang kontruksi sosial yang terus menghantui.
Tak dipungkiri bahwa Yuni diganjar Prize Winner for Best International Feature Movie Category 94th Academy Awards 2021 di Toronto, Amerika Serikat.