Memperingati Hari Obesitas Sedunia, Cegah Obesitas Sedari Dini

yuliana
Sebagai Pranata Humas Ahli Pertama di Puslitbang Sumber Daya dan Yankes Balitbangkes Kemkes
Konten dari Pengguna
3 Maret 2021 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari yuliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim kumparan: Pengelolaan obesitas harus dilakukan dengan cara yang benar. Jika tidak, tentu akan berefek buruk pada kesehatan tubuh. Fitness influencer Yulia Baltschun belakangan ini mengkritik soal program diet yang dicanangkan oleh artis Tya Ariestya.
ADVERTISEMENT
Yulia Baltschun menganggap jumlah asupan kalori rendah yang dikonsumsi Tya terlalu ekstrem sehingga berpotensi membahayakan kesehatan. Sebaiknya, pengelolaan obesitas didahului konsultasi ke ahlinya.
Berikut tulisan Yuliana:
Ilustrasi obesitas: https//freepik.com
Sejak tahun 2020 peringatan hari obesitas sedunia jatuh pada tanggal 4 Maret. Penetapan ini atas dasar keberhasilan kampanye obesitas baik dalam bentuk kampanye harian atau kampanye mingguan di seluruh dunia dan untuk menyeragamkan serta menyatukan kekuatan untuk mengurangi krisis obesitas. Diperingati setiap tahun agar mengingatkan bahwa obesitas masih menjadi salah satu masalah kesehatan global.
Masalah obesitas terjadi tidak hanya di negara maju tetapi juga meningkat drastis di negara berkembang. Peningkatan angka obesitas seringkali dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber energi melebihi kebutuhan. Di berbagai daerah di dunia, makanan mudah tersedia, cepat saji, menarik dan lebih murah sehingga memudahkan untuk dikonsumsi setiap saat.
ADVERTISEMENT

Lantas, apa itu Obesitas?

Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (intake energy) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu yang lama (WHO 2000). Penumpukan lemak yang berlebihan terlihat jelas dari penampilan fisik tubuh. Obesitas tidak mengenal usia, dapat dialami semua golongan usia, dari balita, anak-anak, remaja, maupun dewasa dan lansia.
Ini data Indeks Massa Tubuh (IMT) di Indonesia berdasarkan penelitian Sirkesnas 2016 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes:
ADVERTISEMENT
Beberapa metode antropometri untuk mengukur obesitas yaitu dengan IMT adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Perhitungan kasar untuk mengukur obesitas adalah IMT (atau body mass index—BMI), perhitungan BMI adalah dengan menghitung berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Biasanya digunakan untuk mengukur obesitas umum. Sedangkan untuk mengukur obesitas sentral/abdomina dengan cara mengukur lingkar perut/pinggang (LP). Nilai batas normal LP tidak sama semua negara, di Indonesia LP laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm.
Obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik. Jika salah satu orang tua menderita obesitas maka 40-50% anak menderita obesitas, dan jika kedua orang tua menderita obesitas maka 70-80% anak akan mengalami obesitas. Selain itu obesitas juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu pola makan yang tidak seimbang, jumlah asupan energi berlebihan, konsumsi berlebihan jenis makanan yang tinggi lemak, gula dan rendah serat menyebabkan kenaikan berat badan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Kemudian aktivitas fisik yang kurang/tidak sebanding dengan jumlah asupan makanan menyebabkan terbentuknya timbunan lemak dalam tubuh. Faktor lain seperti pengaruh obat dan hormonal yang meningkatkan nafsu makan juga sebagai pemicu terjadinya obesitas.
Dampak yang ditimbulkan akibat obesitas sangat luas bagi kesehatan antara lain dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif yang diawali oleh resistensi insulin seperti diabetes tipe 2, kardiovaskuler, kanker, dan osteoartritis dan lainnya. Peningkatan prevalensi obesitas global akan meningkat pula mortalitas dan morbiditas di usia relatif muda. Konsekuensi dari meningkatnya obesitas berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat dan meningkatnya pembiayaan kesehatan untuk menanggulangi obesitas. Dibutuhkan pengendalian dan penanganan obesitas dengan pendekatan dalam aspek sosial, kesehatan, biologi, teknologi, dan ekonomi. Selain itu perubahan gaya hidup lebih ditekankan pada modifikasi perilaku makanan dan aktivitas yang seimbang.
Ilustrasi obesitas. Foto: Shutterstock

Mulai sekarang, kita cegah obesitas

Pada prinsipnya pengelolaan obesitas adalah mengatur keseimbangan energi, energi yang masuk lebih rendah atau sama dengan yang keluar. Pola makan juga perlu diatur baik jumlah, jenis, jadwal makan dan pengelolaan bahan makanan harus sesuai dengan aturan gizi seimbang. Pola hidup yang aktif dengan aktivitas fisik secara terus menerus dan konsisten sehingga terjadi peningkatan pengeluaran energi dan pembentukan massa otot.
ADVERTISEMENT
Pola istirahat/tidur yang cukup juga sangat penting dalam pengelolaan obesitas, jika kurang istirahat dan gangguan tidur akan menyebabkan keseimbangan hormon terganggu, hal ini dapat menyebabkan peningkatan asupan energi, peningkatan rasa lapar, waktu tersisa untuk makan lebih banyak, dan cenderung memilih makanan yang tidak sehat.
Ada anggapan yang salah bahwa badan gemuk itu menandakan hidup yang makmur, padahal tidak selalu benar. Terbukti dengan hasil-hasil penelitian bahwa kegemukan atau obesitas tidak hanya dialami orang yang berpendapatan tinggi, tetapi banyak juga ditemukan pada orang-orang yang berpendapatan menengah ke bawah. Sehingga semua orang mempunyai potensi akan mengalami sakit akibat obesitas.
Seperti pepatah "Sehat itu bukan suatu kemewahan, sehat itu murah, tetapi menjadi mahal ketika sehat telah berubah menjadi sakit." Jadi untuk mencegah penyakit yang disebabkan obesitas dan agar hidup bisa lebih bermanfaat maka kita mulai dari diri sendiri dengan perilaku hidup sehat, menjaga pola makan sehat, aktivitas fisik, aktif bergerak, selalu berpikir dan melakukan hal-hal yang positif. (yl)
ADVERTISEMENT