Akankah Pada Tahun 2023 Indonesia Mengalami Resesi?

Yulida Wanda
Mahasiswa Universitas Bengkulu
Konten dari Pengguna
4 Desember 2022 22:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulida Wanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akankah Pada Tahun 2023 Indonesia Mengalami Resesi?
Belakangan ini tengah ramai membahas mengenai resesi ekonomi pada tahun 2023. Hal itu dibahas awalnya dari informasi yang disampaikan oleh pemerintah. Banyaknya isu resesi tentang dunia berhembus semakin kencang, dikarenakan tingginya tingkat Inflasi melanda berbagai Negara, sehingga membuat bank sentral agresif menaikkan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi berpotensi mempengaruhi kinerja ekonomi global 2023 yaitu potensi koreksi ke bawah. Inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang lambat dapat menciptakan situasi stagflasi," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (29/9/2022)
Situasi stagflasi adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi lambat, disertai dengan kenaikan harga (inflasi). Stagflasi merupakan kondisi yang buruk bagi sebuah perekonomian. Karena dampaknya dapat mengakibatkan penurunan daya beli, penurunan nilai investasi dan menurunnya pendapatan berbagai perusahaan.
Sedangkan pada dasarnya, resesi ekonomi adalah kondisi saat perekonomian negara tengah memburuk. Dikutip dari situs Otoritas Jasa Keuangan, resesi terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Resesi ekonomi jelas bukan sesuatu yang diharapkan dalam perekonomian karena resesi ekonomi tidak hanya berdampak kepada pemerintah, tetapi juga perusahaan hingga kehidupan individu. Dampak resesi ekonomi untuk pemerintah yaitu membuat pendapatan negara dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Ini karena penghasilan masyarakat menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas Negara. Dampak resesi ekonomi untuk perusahaan yaitu daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan bakal semakin kecil. Kondisi ini yang bakal mengancam kelancaran arus kas. Biasanya, perusahaan bakal menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional. Dampak ke pekerja yaitu karena perusahaan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan dan memotong biaya operasional berarti melakukan PHK kepada banyak pekerja. Jika banyak terjadi PHK, berarti pengangguran semakin meningkat. Di lain sisi, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga terancam terkena pemotongan upah dan hak kerja lainnya saat resesi ekonomi terjadi.
ADVERTISEMENT
Nah dari pernyataan diatas akankah pada tahun 2023 Indonesia mengalami resesi? Menurut pendapat saya, pada tahun 2023 Indonesia tidak akan mengalami resesi dikarenakan merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, indikator ekonomi Indonesia seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, transaksi berjalan, neraca pembayaran Indonesia (NPI), hingga ekspor impor masih sangat baik.
BPS (Badan Pusat Statistik) pernah mengumumkan inflasi September sebesar 5,95% secara tahunan, ketika pemerintah menaikkan harga BBM, inflasi juga masih terkendali di angka di bawah 6% yaitu 5,9%. Padahal inflasi Indonesia diprediksi akan menyentuh 6,8%. Namun berkat kerja keras pemerintah mampu menjaga inflasi dibawah 6%.
Saat ini, ekonomi Indonesia masih terbilang kuat, dengan inflasi yang masih terjaga, dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih di kisaran 5,1%. Walaupun dolar AS menguat secara global, Rupiah terbilang masih bertahan dengan depresiasi hanya sekitar 8,48% secara YTD hingga 20 Oktober.
ADVERTISEMENT
Depresiasi Rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang China yang melemah 12%, Jepang yang mencapai 23,2% dan Korea Selatan yang mencapai 17%. Sementara Euro pun terdepresiasi 13,9% dan poundsterling di Inggris juga melemah 16,8% secara YTD hingga 20 Oktober.
Pasar saham Indonesia juga tercatat masih positif hingga saat ini, meski sebagian besar bursa di negara Asia Pasifik justru melemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh 6,63% dan mencatat kinerja tertinggi di Asia Pasifik. Sementara bursa negara tetangga seperti Vietnam sudah anjlok 31,93%, Straits Times di Singapura turun 4,79%, SETi di Thailand terkoreksi 3,81% dan FTSE Malaysia turun 8,09%. Indeks Dow Jones di AS juga sudah merosot 16,52% secara YTD.
ADVERTISEMENT
Ada empat fondasi yang menjadi penopang perekonomian di Indonesia. Pertama, konsistensi Indonesia menjalankan strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas berbagai produk yang berasal dari sumber daya alam (SDA) diiringi dengan dorongan kemajuan industrialisasi. Produk SDA yang sekarang terbukti membuahkan hasil dari strategi tersebut ialah minyak mentah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit itu kini sudah memiliki 80 turunan produk. Karena strategi ini, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus. Kedua, Indonesia sudah menjadi lumbung pangan dunia. Belum lama ini, Indonesia memasok ayam untuk Singapura. Indonesia juga memiliki angkatan kerja muda yang inovatif sehingga industri kreatif, terutama yang masuk dalam ekonomi digital, terus tumbuh. Industri kreatif tersebut membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Keempat, Indonesia memiliki kekuatan sebagai tempat berkembang biak perusahaan rintisan. Kurang lebih ada 320 perusahaan rintisan yang kini kondisinya masih sehat.
ADVERTISEMENT
Jadi menurut saya, bisa dipastikan Indonesia pada tahun 2023 bisa mengelakkan resesi ekonomi saat ini dan juga ke depannya Indonesia masih cukup kuat untuk mengendalikan inflasi. Mengingat saat ini saja pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi kedua setelah Saudi Arabia di negara-negara G20. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan. Indonesia memiliki sifat optimistis mampu menjaga ketahanan perekonomian ketika pandemi COVID-19. Optimisme dan menjaga solidaritas dinilai penting dalam menghadapi ketidakpastian global.