Konten dari Pengguna

Bersepeda Menyusuri Masa Lalu dan Masa Kini Singapura

27 Agustus 2020 22:50 WIB
clock
Diperbarui 19 November 2020 23:18 WIB
comment
41
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulinur Rudy Purnadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bersepeda di waktu libur menjadi salah satu hobi dan kesempatan bagi saya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di tengah kesibukan sewaktu bertugas di Singapura. Salah satu jalur favorit adalah bersepeda dari Alexandra kanal yang tersambung dengan Singapore River dan berakhir di Marina Bay, lokasi yang terkenal dengan patung singa muntahnya.
ADVERTISEMENT
Singapore River berperan penting dalam sejarah perkembangan ekonomi Singapura. Menariknya, di sepanjang sungai selain terdapat fasilitas olahraga dan tempat duduk untuk bersantai, terdapat juga tempat-tempat menarik untuk foto pemandangan bersejarah yang berpadu dengan pencakar langit modern yang berjejer sepanjang sungai yang bersih, perpaduan masa lalu dan masa kini Singapura. Yuk ikuti perjalanan menyusuri Singapore River.
Masjid Jamek Queenstown
Sebagai minoritas, warga muslim di Singapura bebas beribadah di 70 masjid yang terdaftar di Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Salah satunya terdapat di penghujung barat kanal Alexandra, titik awal perjalanan kita, yaitu Masjid Jamek Queenstown berusia 55 tahun. Uniknya, masjid ini berarsitektur Jawa, sesuatu yang tidak mengherankan mengingat migrasi warga Jawa ke Singapura telah terjadi sejak abad ke-18.
Masjid Jamek Queenstown. Sumber: muis.gov.sg
Di masa pandemi Covid-19, masjid yang semula berkapasitas 400 orang kini dibatasi menjadi kurang dari 100 orang sesuai perkembangan pandemi dan arahan dari pemerintah. Jemaah masjid juga diwajibkan mendaftar secara daring terlebih dahulu dan memenuhi protokol kesehatan ketat jika hendak beribadah di masjid. Jadi jangan lupa daftar dulu ya jika ingin beribadah di masjid ini di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Kim Seng Park
Sekitar 15 menit menyusuri sungai, kita akan melewati Kim Seng Bridge, jembatan yang dikelilingi pagar merah dan di bawahnya terdapat terowongan kecil menuju sebuah taman rindang bernama Kim Seng Park. Taman ini terhubung dengan Jiak Kim Bridge, salah satu footbridge atau jembatan yang didesain untuk pejalan kaki di Singapore River. Nama Kim Seng berasal dari Tan Kim Seng, saudagar kaya dan dermawan pada abad ke-18 yang berjasa dalam pembangunan infrastruktur Singapura, di antaranya Kim Seng Bridge, Kim Seng Road dan waduk pertama Singapura, MacRitchie Reservoir. Sementara Jiak Kim merupakan tokoh masyarakat Singapura dan cucu Tan Kim Seng.
Informasi Kim Seng Park. Sumber: Koleksi Pribadi
Jika sedang lapar, terdapat food centre yang menjual berbagai makanan Singapura, dan di dekatnya terdapat restoran yang menyediakan berbagai macam masakan Indonesia, berlokasi tidak jauh dari Kim Seng Bridge.
ADVERTISEMENT
Robertson Quay
Setelah Kim Seng Park, kita akan memasuki kawasan Robertson Quay. Disini terdapat beberapa jembatan, salah satunya Alkaff Bridge yang berdesain menarik dan berwarna-warni. Nah, tahu film Crazy Rich Asians? Keluarga Alkaff adalah salah satu keluarga kaya berdarah Arab di Singapura pada abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Alkaff Bridge. Sumber: Koleksi Pribadi
Kawasan ini kini diisi oleh kafe, restoran dan menjadi tempat berkumpul para ekspatriat, cocok bagi kamu yang suka nongkrong dan bersantai. Satu hal yang perlu diingat jika bersepeda di kawasan ini dan Clarke Quay, kita diperingatkan untuk menuntun sepeda dikarenakan ramainya pejalan kaki.
Clarke Quay dan Boat Quay
Selanjutnya ada kawasan Clarke Quay dan Boat Quay yang dulunya merupakan pergudangan dan menjadi pusat bongkar muat barang Singapura. Kedua daerah ini kini menjadi perpaduan tempat bersejarah, hiburan dan restoran dengan pilihan makanan dari berbagai penjuru dunia. Disini kita bisa makan sambil menikmati suasana di pinggir Singapore River dan melihat lalu lalang perahu yang membawa turis. Kamu juga bisa naik perahu tersebut, tapi sayangnya perahu tersebut tengah berhenti beroperasi di masa pandemi.
Clarke Quay di Malam Hari. Sumber: Koleksi Pribadi
Bagi kamu yang suka sensasi adrenalin, bisa mencoba wahana permainan yang bisa melontarkan kita ke udara hingga kecepatan 200 km per jam dan gaya 5G. Berani coba? Jangan khawatir jika tidak berani, karena di dekat wahana tersebut terdapat satu bangunan bersejarah dan menarik untuk berfoto yaitu Old Hill Street Police Station. Gedung yang selesai dibangun pada 1934 ini merupakan bekas markas polisi Singapura yang telah dipugar dan memiliki total 927 jendela.
Old Hill Street Police Station. Sumber: Koleksi Pribadi
Tak jauh dari Clarke Quay terdapat Boat Quay di mana kamu bisa puas berfoto dengan latar belakang bangunan tempo dulu. Di sisi utara Boat Quay juga terdapat gedung the Arts House, Asian Civilisations Museum dan the Parliament House yang bergaya kolonial dengan latar gedung-gedung pencakar langit modern Singapura.
Asian Civilisations Museum. Sumber: ttnotes.com
Nah, itulah perjalanan menyusuri Singapore River di mana kita bisa melihat masa lalu sekaligus masa kini Singapura. Semoga dapat memberikan ide perjalanan bila berkunjung ke Singapura.
ADVERTISEMENT