Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Apakah Menguap Tanda Tubuh Lelah?
7 Maret 2025 17:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yulius Evan Christian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menguap sering dikaitkan dengan rasa kantuk, kebosanan, atau kelelahan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa menguap lebih dari sekadar refleks tubuh untuk mengisi paru-paru dengan udara segar. Menguap juga berperan dalam mengatur suhu otak, meningkatkan kewaspadaan, dan mempererat ikatan sosial.
Lalu, mengapa menguap bisa menular? Apakah ada kaitannya dengan otak dan sistem saraf? Apakah semua orang bisa tertular menguap? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai fenomena unik ini dan apa yang dikatakan sains tentangnya.
Apa Itu Menguap dan Mengapa Kita Melakukannya?
Menguap adalah refleks tubuh yang melibatkan tarikan napas dalam yang diikuti oleh peregangan otot wajah dan terkadang seluruh tubuh. Proses ini biasanya terjadi saat seseorang merasa lelah, mengantuk, atau bosan.
ADVERTISEMENT
Ketika kita menguap, kita menarik udara segar ke dalam tubuh yang membantu menurunkan suhu otak. Otak yang terlalu panas dapat mengalami penurunan fungsi, sehingga menguap bisa menjadi mekanisme alami untuk menjaga otak tetap bekerja dengan baik. Ini menjelaskan mengapa kita sering menguap saat merasa lelah atau kurang fokus—karena otak membutuhkan "pendinginan" agar bisa kembali berkonsentrasi.
Tetapi bagaimana dengan menguap yang menular? Mengapa kita sering ikut menguap hanya karena melihat orang lain melakukannya?
1. Hubungan dengan Empati dan Ikatan Sosial
Salah satu teori paling populer menyatakan bahwa menguap yang menular berkaitan erat dengan empati dan hubungan sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang lebih mungkin tertular menguap dari orang yang mereka kenal atau merasa dekat, seperti teman atau keluarga, dibandingkan dengan orang asing.
ADVERTISEMENT
Fakta ini menunjukkan bahwa menguap bukan hanya respons fisiologis, tetapi juga respons sosial yang mencerminkan empati dan keterhubungan antarindividu. Saat kita melihat orang lain menguap, otak kita secara otomatis merespons dengan melakukan hal yang sama, sebagai bentuk keterikatan sosial yang mendalam.
2. Aktivasi Neuron Cermin (Mirror Neurons)
Otak kita memiliki kelompok sel saraf yang disebut neuron cermin (mirror neurons). Neuron ini aktif ketika kita melakukan suatu tindakan atau ketika kita melihat orang lain melakukan tindakan yang sama.
Misalnya, saat kita melihat seseorang tersenyum, kita sering kali ikut tersenyum. Hal yang sama terjadi dengan menguap. Ketika seseorang menguap di depan kita, neuron cermin di otak akan merespons dengan meniru gerakan tersebut, yang akhirnya membuat kita juga menguap.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menunjukkan bahwa menguap yang menular bukan hanya terjadi secara spontan, tetapi juga melibatkan mekanisme neurologis yang lebih kompleks yang berkaitan dengan empati dan imitasi sosial.
3. Evolusi dan Perlindungan Kelompok
Teori lain menyebutkan bahwa menguap yang menular berkembang sebagai mekanisme evolusi untuk menjaga kewaspadaan dalam kelompok.
Di masa prasejarah, manusia hidup dalam kelompok yang harus selalu waspada terhadap bahaya. Jika satu anggota kelompok menguap sebagai tanda kelelahan, menguap yang menular bisa menjadi cara untuk memberi tahu anggota lain bahwa mereka juga perlu tetap waspada. Dengan kata lain, menguap bisa menjadi sinyal sosial yang membantu seluruh kelompok mempertahankan perhatian dan kesiapan terhadap lingkungan sekitar.
Bukti mendukung teori ini juga ditemukan pada beberapa spesies hewan. Simpanse, misalnya, diketahui mengalami menguap yang menular dalam kelompok mereka, yang menunjukkan bahwa ini mungkin merupakan strategi bertahan hidup yang sudah ada sejak lama.
ADVERTISEMENT
Menguap yang menular ternyata tidak sesederhana yang kita kira. Fenomena ini bukan hanya refleks tubuh untuk mengisi paru-paru dengan udara segar, tetapi juga memiliki hubungan erat dengan empati, fungsi sosial, dan mekanisme otak.
Ketika kita melihat seseorang menguap, otak kita mengaktifkan neuron cermin, yang memungkinkan kita untuk meniru tindakan orang lain. Selain itu, menguap yang menular mungkin telah berkembang sebagai mekanisme evolusi untuk menjaga kewaspadaan kelompok dalam komunitas sosial.