Konten dari Pengguna

Burnout atau Sukses? Keseimbangan Kerja yang Sehat untuk Hidup Lebih Bahagia

Yulius Evan Christian
Dosen Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
18 Desember 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulius Evan Christian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di era kerja modern yang serba cepat, kesehatan mental menjadi isu penting yang tak boleh diabaikan. Tuntutan kerja yang tinggi, target yang ketat, dan beban multitasking sering kali membuat para pekerja rentan mengalami stres, kecemasan, bahkan burnout. Meski banyak yang merasa harus terus produktif, menjaga kesehatan mental adalah kunci untuk mencapai performa kerja yang optimal tanpa mengorbankan kesejahteraan diri sendiri.
Kesehatan mental di tempat kerja bukan hanya tentang mengelola stres, tetapi juga menciptakan keseimbangan antara produktivitas dan kebahagiaan. Lingkungan kerja yang mendukung, pola komunikasi yang sehat, serta kebiasaan kerja yang bijak dapat menjadi faktor penting untuk mencegah burnout.
(Ilustrasi Burnout, Sumber:Pexels.com/energepic.com)
Kesehatan mental memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dalam konteks pekerjaan, kesehatan mental yang baik menjadi dasar untuk produktivitas, kreativitas, dan pengambilan keputusan yang efektif. Sebaliknya, tekanan kerja yang berlebihan tanpa dukungan kesehatan mental dapat menyebabkan stres kronis, konflik antar rekan kerja, hingga berkurangnya performa.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang bisa dikesampingkan. Mereka memilih untuk tetap bekerja keras meski mengalami stres berat, dengan harapan bahwa hasil kerja akan sepadan. Namun, realitanya, kesehatan mental yang buruk dapat memicu efek domino negatif, baik pada individu maupun organisasi. Karyawan yang tidak sehat secara mental cenderung memiliki tingkat absensi lebih tinggi, kurang fokus, dan lebih rentan terhadap konflik.
Burnout adalah salah satu risiko terbesar saat kesehatan mental tidak dijaga. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat tekanan kerja yang berkepanjangan. Burnout tidak hanya merugikan individu, tetapi juga perusahaan, karena dapat mengurangi produktivitas dan meningkatkan turnover karyawan.
ADVERTISEMENT
• Merasa lelah secara terus-menerus: Meski sudah istirahat, energi tetap terasa habis.
• Kehilangan motivasi: Aktivitas yang dulu menyenangkan kini terasa membebani.
• Mudah emosi atau sensitif: Konflik kecil menjadi terasa besar.
• Menurunnya produktivitas: Sulit fokus, sering menunda pekerjaan, atau kehilangan kreativitas.
Ketika kondisi ini dibiarkan, seseorang dapat mengalami stres kronis yang berujung pada gangguan kesehatan fisik seperti hipertensi, gangguan tidur, hingga depresi.
1. Kelola Waktu dengan Bijak
Buat prioritas kerja dan hindari menumpuk tugas. Gunakan teknik seperti time blocking untuk membagi waktu dengan efisien.
2. Istirahat yang Cukup
Jangan abaikan waktu istirahat, meski hanya beberapa menit. Istirahat sejenak dapat meningkatkan fokus dan menurunkan stres.
ADVERTISEMENT
3. Berkomunikasi dengan Rekan Kerja
Jangan ragu berbicara dengan rekan atau atasan jika merasa kewalahan. Komunikasi yang terbuka dapat menciptakan solusi bersama.
4. Tetapkan Batasan Kerja
Jangan membawa pekerjaan ke luar jam kerja. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga.
5. Fokus pada Pola Hidup Sehat
Olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan tidur cukup dapat membantu mengurangi stres.
6. Gunakan Bantuan Profesional
Jika stres mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, konsultasikan dengan psikolog atau konselor untuk mendapatkan dukungan.
Lingkungan Kerja yang Mendukung Kesehatan Mental
Lingkungan kerja yang sehat secara mental adalah tempat di mana setiap individu merasa didukung dan dihargai. Perusahaan dapat berkontribusi dengan menyediakan program kesehatan mental, pelatihan manajemen stres, atau waktu fleksibel untuk membantu karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT
Ketika kesehatan mental menjadi prioritas, hasilnya tidak hanya terlihat pada individu, tetapi juga pada organisasi secara keseluruhan. Produktivitas meningkat, karyawan lebih bahagia, dan hubungan antar tim menjadi lebih harmonis.