Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Dingin vs Panas: Apa yang Membuat Sensitivitas Suhu Berbeda?
13 Februari 2025 13:25 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Yulius Evan Christian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Kenapa ada orang yang selalu menggigil meski udara hangat, sementara yang lain selalu merasa gerah bahkan di ruangan ber-AC?"
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang selalu merasa kedinginan, bahkan ketika orang lain merasa suhu udara cukup nyaman? Atau mungkin Anda mengenal seseorang yang selalu merasa gerah dan berkeringat meskipun cuaca tidak terlalu panas? Perbedaan sensitivitas suhu ini sering kali menjadi bahan perbincangan, tetapi sedikit yang benar-benar memahami apa penyebabnya. Mengapa ada orang yang selalu merasa lebih dingin dibandingkan orang lain, sementara ada yang justru lebih mudah kepanasan?
![Ilustrasi Dingin, Sumber:IStockphoto/cmannphoto](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkqen0df0cr25yvxypvncrj2.jpg)
Tubuh manusia memiliki sistem pengaturan suhu yang kompleks, yang disebut termoregulasi. Sistem ini berfungsi untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil, biasanya berkisar antara 36,5 hingga 37,5 derajat Celcius. Namun, ada berbagai faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan suhu, termasuk metabolisme, kadar lemak tubuh, hormon, sirkulasi darah, dan kondisi kesehatan tertentu.
ADVERTISEMENT
1. Perbedaan Metabolisme Tubuh
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi sensitivitas suhu seseorang adalah tingkat metabolisme. Metabolisme adalah proses di mana tubuh mengubah makanan menjadi energi. Orang dengan metabolisme yang lebih tinggi cenderung merasa lebih hangat karena tubuh mereka membakar lebih banyak kalori dan menghasilkan lebih banyak panas.
Sebaliknya, orang dengan metabolisme yang lebih lambat mungkin merasa lebih sering kedinginan karena tubuh mereka menghasilkan lebih sedikit panas. Metabolisme yang lebih rendah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia yang lebih tua, kondisi kesehatan tertentu, atau pola makan yang kurang optimal.
2. Perbedaan Komposisi Tubuh: Lemak dan Otot
Jumlah lemak dan otot dalam tubuh juga berperan besar dalam bagaimana seseorang merasakan suhu. Lemak tubuh bertindak sebagai isolator alami, membantu menjaga panas tubuh dan melindungi dari suhu dingin. Itulah sebabnya orang dengan persentase lemak tubuh yang lebih tinggi cenderung merasa lebih hangat dan lebih tahan terhadap dingin dibandingkan orang dengan sedikit lemak tubuh.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, orang yang memiliki lebih banyak otot cenderung merasa lebih panas. Otot menghasilkan lebih banyak panas dibandingkan lemak karena lebih aktif secara metabolik. Inilah alasan mengapa atlet atau mereka yang memiliki massa otot lebih besar sering kali merasa kepanasan lebih cepat dibandingkan mereka yang lebih kurus atau memiliki massa otot lebih sedikit.
3. Pengaruh Hormon
Hormon dalam tubuh juga dapat mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap suhu. Hormon tiroid, misalnya, memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh. Orang dengan hipotiroidisme (produksi hormon tiroid yang rendah) cenderung merasa lebih kedinginan karena metabolisme mereka melambat, sedangkan orang dengan hipertiroidisme (produksi hormon tiroid yang berlebihan) sering merasa lebih panas karena metabolisme mereka meningkat.
Selain itu, hormon seks seperti estrogen dan progesteron juga dapat memengaruhi bagaimana seseorang merasakan suhu. Inilah sebabnya mengapa wanita sering kali lebih sensitif terhadap dingin dibandingkan pria. Perubahan kadar hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause juga dapat mempengaruhi bagaimana seorang wanita merasakan suhu tubuhnya.
ADVERTISEMENT
4. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah yang baik membantu mendistribusikan panas secara merata ke seluruh tubuh. Orang dengan sirkulasi darah yang buruk, seperti mereka yang menderita anemia, tekanan darah rendah, atau penyakit Raynaud, mungkin lebih sering merasa kedinginan karena aliran darah ke tangan dan kaki mereka lebih sedikit.
Sebaliknya, mereka yang memiliki sirkulasi darah yang lebih cepat atau lebih aktif, seperti orang dengan tekanan darah tinggi, sering kali merasa lebih hangat dan bahkan mudah berkeringat. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, yang membantu menjaga tubuh tetap hangat.
5. Faktor Usia
Usia juga mempengaruhi sensitivitas terhadap suhu. Orang yang lebih tua cenderung lebih sensitif terhadap dingin karena metabolisme mereka melambat dan jumlah lemak serta otot dalam tubuh mereka berkurang. Selain itu, sistem saraf yang mengontrol termoregulasi mungkin tidak bekerja seefisien saat muda, membuat mereka lebih rentan terhadap perubahan suhu.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, anak-anak dan remaja sering kali memiliki metabolisme yang lebih cepat, yang membuat mereka lebih sering merasa kepanasan dibandingkan orang dewasa yang lebih tua.
6. Kebiasaan dan Adaptasi Lingkungan
Orang yang terbiasa tinggal di daerah dingin cenderung lebih tahan terhadap suhu rendah dibandingkan mereka yang tinggal di daerah panas. Tubuh memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap suhu lingkungan melalui proses yang disebut aklimatisasi.
Sebagai contoh, seseorang yang tinggal di daerah tropis mungkin merasa sangat kedinginan saat bepergian ke tempat yang bersuhu dingin, sementara seseorang yang sudah lama tinggal di daerah bersalju mungkin merasa nyaman meskipun suhu rendah.
7. Faktor Psikologis dan Emosi
Kondisi psikologis seseorang juga dapat mempengaruhi sensitivitasnya terhadap suhu. Stres dan kecemasan dapat menyebabkan seseorang merasa lebih kedinginan atau lebih panas, tergantung pada bagaimana tubuh mereka merespons hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kondisi kesehatan mental seperti depresi dapat menyebabkan seseorang merasa lebih dingin karena sistem saraf mereka mungkin tidak merespons suhu dengan baik.
8. Penyakit atau Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan suhu. Orang dengan diabetes, misalnya, dapat mengalami gangguan saraf (neuropati) yang membuat mereka lebih sulit merasakan suhu panas atau dingin.
Selain itu, mereka yang mengalami hipotermia ringan atau defisiensi zat besi mungkin lebih sering merasa kedinginan karena tubuh mereka kesulitan mempertahankan panas.
Mengapa beberapa orang selalu merasa kedinginan sementara yang lain selalu merasa kepanasan? Jawabannya ada pada kombinasi metabolisme, komposisi tubuh, hormon, sirkulasi darah, usia, kebiasaan lingkungan, kondisi psikologis, dan kesehatan medis.
Jika Anda merasa kedinginan atau kepanasan lebih sering dari orang lain, ada baiknya untuk memahami faktor-faktor ini dan menyesuaikan gaya hidup Anda agar lebih nyaman. Misalnya, meningkatkan massa otot melalui olahraga, mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung metabolisme, atau memeriksakan kondisi kesehatan jika sensitivitas suhu tubuh Anda terasa tidak biasa.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah Anda termasuk orang yang selalu merasa kedinginan atau justru selalu merasa kepanasan? Apa pun itu, ingatlah bahwa tubuh setiap orang bekerja secara unik, dan tidak ada yang benar-benar salah dalam cara tubuh Anda merasakan suhu.
"Setiap tubuh memiliki termostat alami yang unik. Pahami tubuh Anda dan sesuaikan gaya hidup agar tetap nyaman dalam segala cuaca!"