Anak Kembar yang Terpisah

YUMNA NUR HAFIZHAH KHAN
Mahasiswa Penerbitan Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
28 Mei 2022 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari YUMNA NUR HAFIZHAH KHAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak kembar (pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak kembar (pexels.com)
ADVERTISEMENT
Memiliki saudara kembar merupakan anugerah yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu. Hal ini dialami oleh Nur Asiah, seorang anak berumur 8 tahun. Ia memiliki saudara kembar identik yang bernama Nur Alfiah. Paras mereka sangatlah mirip hanya saja Asiah memiliki hidung yang lebih mancung dibandingkan Alfiah.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil mereka hidup terpisah, Alfiah hidup bersama neneknya sedangkan Asiah hidup bersama orang tua. Tidak dijelaskan alasan mengapa mereka dipisah tetapi menurut orang tua mereka itu adalah hal yang harus dilakukan. Walaupun tinggal terpisah rumah mereka berjarak tidak terlalu jauh, sehingga mereka masih sering bertemu. Alfiah dapat bertemu orang tuanya dan juga kembarannya. Bahkan tidak jarang ia menginap di rumah orang tuanya.
Kala itu, matahari sedang terik-teriknya. Alfiah dan kembarannya sedang berjalan bersama, Asiah memimpin di depan dan Alfiah berjalan di belakangnya. Jalan yang mereka lewati bukanlah jalan yang besar hanya jalan perkampungan tetapi cukup untuk mobil melewati jalan itu. Deru kendaraan yang lewat beserta teriakan dari para pedagang kaki lima membuat suasana jalan terasa ramai.
ADVERTISEMENT
Alfiah dan Asiah berjalan dengan wajah penuh sukaria. Tujuan mereka adalah toko ikan hias milik orang tua mereka yang berada di tepi jalan besar. Tanpa disangka perjalanan mereka terhenti di jalan ini. Sebuah mobil bak dari arah yang berlawanan dengan mereka tanpa sengaja menyerempet Asiah yang berada di depan Alfiah. Mobil tersebut segera melalukan rem mendadak dan Asiah terjatuh di jalan. Untung saja tidak ada luka luar yang cukup serius.
Alfiah yang melihat itu sangat terkejut begitu pun para pedagang dan pejalan kaki yang melintas. Mereka segera menghampiri Asiah. Sopir mobil tersebut juga segera menghampiri Asiah. Asiah yang masih sadar segera dibawa oleh sopir tersebut bersama Alfiah ke klinik terdekat. Orang tua Asiah segera datang setelah mendapat kabar itu.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di klinik Asiah diperiksa dan diobati luka memar yang berada di kaki dan tangannya. Kedua orang tuanya terlihat murung, terlebih lagi Alfiah yang telah menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung.
Setelah kejadian itu, Alfiah dan Asiah menjalani hidup mereka seperti biasanya. Sekolah, bermain, makan, dan minum seperti biasanya. Tetapi hal itu tidak bertahan lama.
Dua minggu setelah peristiwa tabrakan itu, Asiah merasakan sakit pada dadanya. Diliputi rasa panik dan khawatir kedua orang tua Asiah segera membawanya ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan mendalam ternyata terdapat luka memar pada jantung Asiah dikarenakan benturan kencang.
Orang tua Asiah tercengang mendengarnya, mereka menangis saat mengetahui hal itu. Setelah pemeriksaan itu, Asiah tidak bisa hidup layaknya biasanya. Ia memiliki banyak pantangan dan harus sering melakukan pemeriksaan dan minum obat secara rutin.
ADVERTISEMENT
Hingga satu bulan setelah pemeriksaan, Asiah kembali merasakan sakit pada dadanya. Segera orang tuanya membawa Asiah ke rumah sakit. Alfiah yang saat itu berada di rumah orang tuanya tetap berada di rumah menunggu Asiah dan kedua orang tuanya pulang dari rumah sakit.
Alfiah yang berada di rumah terus menunggu kepulangan orang tua dan kembarannya dari rumah sakit. Beberapa jam kemudian mereka belum juga pulang ke rumah. Sambil menunggu Alfiah menyantap makanan yang telah tersedia di meja makan. Saat ia menyantap makanan orang tuanya pulang dengan keadaan air mata yang bercucuran di wajah mereka. Asiah dinyatakan meninggal pada hari itu.
Kepergian Asiah membawa duka yang mendalam bagi keluarganya. Ia terpisah untuk selamanya dengan saudara kembarnya di usia muda. Setelah saat itu, Alfiah tinggal bersama orang tuanya menjalani hidup tanpa seorang sahabat sekaligus kakak baginya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Yumna Nur Hafizhah Khan