KETIKA BREAK CONTRACT MENJADI PILIHAN

Konten dari Pengguna
5 Mei 2018 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuni Winarsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
BMI harus cerdas, dan pandai membawa serta melindungi diri. Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi BMI, berarti harus siap dengan segala resiko dan kenyataan yang akan dihadapi di negara tujuan. Demikian pulalah dengan diriku. Bukan keputusan mudah untuk menautkan diri sebagai pekerja migran, tetapi keadaan yang tidak menguntungkan membuat aku terpaksa mengambil keputusan itu.
ADVERTISEMENT
Menjelang akhir tahun 2011 lalu, dengan penuh suka-cita berangkat terbang ke Hong Kong. Tepatnya tanggal 20 September, yang juga merupakan hari ulang tahunku yang keempat puluh. Keluarga melepasku dengan hati lapang, karena beberapa kali setelah tanda tangan kontrak, majikan menyempatkan diri menelepon lewat ponsel. Kami sekeluarga merasa sangat yakin, pasti calon majikanku yang setatusnya masih lajang tersebut, tentu orang yang baik.
Namun, kenyataan sangat berbalik. Majikanku yang masih berstatus gadis meski umur tidak jauh beda denganku itu seorang diktator di dalam keluarga, dan kurang manusiawi memperlakukan diriku. Dalam waktu dua minggu bekerja, kedua kakiku telah membengkak.
Di rumah majikan yang hanya berukuran kecil dengan dua kamar tidur sempit, demikian pula dapur dan kamar mandinya, aku dipekerjakan layaknya sebuah robot. Setiap hari aku harus mengelap bersih, semua perabotan dan pernak-pernik yang ada dalam rumah, tanpa kecuali. Bila telah selesai aku harus mengulang, dan mengulangnya lagi sampai tiba waktu memasak. Aku hanya boleh duduk saat makan, dan malam hari setelah semua tugas dianggap selesai. Tempat dudukku pun diluar waktu makan, hanya sebuah bangku kecil yang tingginya kurang dari setengah meter. Dan aku harus duduk di depan pintu dapur.
ADVERTISEMENT
Majikan mengajakku makan bersama dalam satu meja, tetapi aku harus menghabiskan masakkan sisa lebih dahulu, baru boleh mengambil yang baru. Bila kebetulan masakan sisa tersebut ada babinya, majikan memaksaku untuk memakannya dengan cara tidak mengambil daging babinya. Hati ini rasanya sakit, tetapi apalah daya. Untung kakak lelaki majikan sangat baik, juga nenek yang aku jaga. Mereka selalu menolong dengan menghabiskan menu yang ada daging babinya.
Selesai makan malam aku harus kembali bersih-bersih. Kemudian menyetrika seluruh pakaian keluarga majikan, dan harus benar-benar rapi dan licin. Bila ada sedikit kerutan saja, aku harus mengulang sambil dimarahi. Selesai setrika masih harus mencuci baju seragam kerja majikan dengan tangan, baru kemudian mandi sekitar jam dua belas malam. Setelah itu aku baru duduk di depan pintu dapur, menunggu sampai majikan menyuruhku tidur. Aku tidak boleh tidur sebelum disuruh, meski semua lampu telah dimatikan, nenek dan anak-anaknya pun telah tidur. Majikan tidur di kamar depan, nenek dan aku tidur di kamar belakang, sedang kakak laki-laki majikan tidur di sofa. Saat menunggu waktu tidur yang kadang sampai setengah dua malam itu, aku pergunakan untuk membaca ayat-ayat Alquran dengan bantuan cahaya dari luar rumah. Kebetulan dinding belakang terbuat dari full kaca, sehingga ada cahaya lampu yang masuk.
ADVERTISEMENT
Di rumah itu pun aku dilarang menegang ponsel, tidak boleh menerima telepon, apalagi menelepon, meski pada keluarga. Aku bebas menggunakan ponsel saat mendapat jatah libur yang diberikan tidak tentu waktunya, dan setelah keluar dari rumah. Majikan selalu menyuruhku libur setelah selesai jam makan siang, dan mengharuskan pulang tepat jam delapan malam, tidak boleh lebih meski hanya satu atau dua menit saja.
Aku selalu berusaha bekerja dengan baik, tetapi aku pun juga merencanakan untuk segera memutus kontrak kerja setelah potongan untuk biaya selama di penampungan, usai. Dua bulan sebelum potong gaji selesai, aku sudah melaporkan masalah yang aku hadapi pada agen. Sekalian mengutarakan keinginanku untuk pindah majikan. Agen tentu dengan senang hati menyetujui, karena di agen tersebut anak buah yang break contract dan masih ingin kerja harus potong gaji lagi.
ADVERTISEMENT
Aku pun mulai dicarikan majikan baru oleh agen, dan tidak perlu waktu lama telah ada majikan yang mau menandatangani kontrak kerjaku. Aku sangat bersyukur dan merasa sangat bahagia, karena majikan yang baru terlihat sangat baik juga sabar. Saat itu agen mengharuskan aku potong gaji lagi sebanyak tiga bulan.
Namun, sehari sebelum surat notice aku serahkan pada majikan, akan pengunduran diriku, suami kecelakaan, dan untuk beberapa bulan ke depan tidak bisa bekerja. Aku pun terpaksa membatalkan penyerahan surat notice tersebut, mengingat anak keduaku telah kelas tiga SMA yang tentunya sangat membutuhkan biaya lebih.
Agen sangat marah begitu aku utarakan perihal pengunduran diri yang aku batalkan untuk sementara, dan menyuruhku tetap berada pada rencana semula. Aku tetap pada pendirianku, tidak mungkin aku break contract saat itu. Namun, agen tetap berusaha mendesak dengan alasan surat kontrak dengan majikan baru, telah selesai diproses tinggal mengambil di imigrasi Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Aku sangat bingung, tetapi berdasar pengetahuan yang aku peroleh dari cerita teman -teman BMI saat libur, aku punya keyakinan kalau tidak mungkin pemerintah Hong Kong yang sangat disiplin dan adil, mau memproses kontrak kerja baruku di saat aku masih terikat kontrak kerja dengan majikan lama. Dan untuk memastikan itu, di waktu yang teramat sangat terbatas sekali, yaitu ketika aku disuruh keluar sendiri oleh nenek untuk membeli roti, dengan ponsel baru kecil yang sengaja aku beli, dan aku simpan di dalam bra dalam keadaan off tentunya, aku menghubungi pihak KJRI Hong Kong.
Sayang saat itu petugas yang menerima telepon dariku kurang baik, karena beliau bukannya membantu memberi penjelasan, malah marah-marah menganggap aku hanya menambah daftar panjang masalah yang telah ribuan jumlahnya dan harus diselesaikan oleh pihak KJRI. Aku sangat kecewa, tetapi aku tetap pada pendirianku, tetap bertahan untuk sementara waktu sampai suami kerja lagi. Agen sangat marah, tetapi aku abaikan.
ADVERTISEMENT
Di balik musibah pasti ada hikmah, dan kalau kita berusaha Allah pasti akan menunjukkan jalan. Aku yang punya waktu dan teman rerbatas akibat hari libur yang tidak tentu, lewat teman yang aku kenal sehari. Aku diberitahu nama agen resmi yang sangat baik. Aku pun segera mencari tempat agen tersebut saat libur, dan alhamdulillah benar kata temanku. Agen itu sangat baik dan mau membantu kesulitanku, karena kontrak kerjaku masih terkunci akibat belum finish contract. Terlebih dulu agen baru menyuruhku mengambil paspor yang ditahan agen lama, dan kebetulan saat itu majikan lagi jalan-jalan ke Jepang. Aku pun datang ke agen lama mengambil paspor dengan alasan mau diajak nenek berkunjung ke China. Dan karena majikan lagi di luar negeri, maka ponselnya tidak bisa dihubungi oleh agen sehingga paspor pun diberikan.
ADVERTISEMENT
Hari itu juga paspor aku bawa ke agen yang baru. Kemudian agen pun segera berusaha mengurus hingga akhirnya pihak PT tempatku proses bersedia membuka kunci kontrak kerjaku, setelah agen bercerita tentang masalah yang aku hadapi selama bekerja di majikan, juga adanya kecurangan yang dilakukan pihak agen lama.
Biaya yang harus aku keluarkan untuk pindah majikan di agen baru sangat ringan, karena aku telah melunasi potong gaji di majikan lama. Di agen tersebut aku hanya diwajibkan membayar sebesar tiga ribu dolar Hong Kong, dan boleh dicicil dua kali. Sementara di agen lama aku harus potong gaji lagi tiga bulan dengan jumlah sembilan ribu dolar Hong Kong. Bila agen yang mencarikan majikan untukku. Jika aku mencari majikan sendiri, di agen lama aku potong gaji lagi dua bulan, sedang di agen baru aku bebas biaya.
ADVERTISEMENT
Setelah aku bersikeras tetap menunda break contract, akhirnya agen menelepon majikan untuk memberitahu kalau aku tidak kuat bekerja di rumahnya, dan mau break contract. Majikan yang merasa puas dengan cara dan hasil kerjaku, berusaha menahanku dengan memberi sedikit keringanan. Aku diperbolehkan telepon keluarga pada malam hari, setelah semua kerjaan beres. Aku sangat bersyukur majikan menahanku, tetapi aku pura-pura mempertimbangkannya dulu, agar majikan tidak semakin meremehkan diriku. Dengan ucapan yang terlihat berat, aku pun menyetujuinya beberapa hari kemudian.
Setelah suami dapat kerja lagi, aku pun benar-benar menyerahkan surat notice pada majikan, disertai foto copy tanggalan selebar buku tulis tempat aku menandai hari libur yang aku terima lengkap dengan jamnya. Saat menyerahkan aku juga bilang kalau surat yang sama telah aku kirim ke Imigrasi Hong Kong. Tepatnya di bulan kesebelas masa kerjaku.
ADVERTISEMENT
Majikan sangat terkejut, dan berusaha mengelabuhiku dengan mengatakan kalau imigrasi tidak melihat surat yang dikirim oleh seorang pembantu. Hanya surat yang dikirim majikanlah yang akan ditindak lanjuti. Berbekal arahan dari agen baru aku bisa menjawab dan mematahkan perkataan majikan. Pemerintah Hong Kong itu adil dan sangat menegakkan peraturan, majikan atau pembantu memiliki perlindungan juga kedudukan yang sama. Majikan menyerah dan memintaku membawa kembali surat notice tersebut, tentu saja aku tidak bodoh. Surat notice tetap aku tinggal di meja kerja majikan.
Alhamdulillah akhirnya aku pun bisa keluar dari rumah majikan sesuai peraturan, yaitu satu bulan setelah notice aku berikan. Dan majikan pun membayar semua hak-hakku yang belum aku terima selama kerja di rumahnya. Libur yang diberikan setelah makan siang dihitung libur setengah hari, beserta libur national yang tidak pernah diberikan, semua diganti dengan jumlah uang yang sesuai dengan peraturan. Dan yang lebih melegakan, majikan pun melepasku dengan baik, serta memberiku serentetan nasehat, karena alasan yang aku pakai, suami menyuruhku pulang dan tidak memmperbolehkan aku bekerja jauh. Nenek pun memelukku sambil menangis begitu aku pamit pulang.
ADVERTISEMENT
Dari kisahku di atas bisa disimpulkan bawasanya BMI itu harus bisa membawa, menjaga, dan melindungi dirinya. Membawa diri maksudnya, sebagai seorang buruh migran di negara orang haruslah bisa menjaga nama baik pribadi yang tentu berimbas pada nama negara. Dalam keadaan seburuk apa pun tetaplah berpikir panjang, jangan menuruti amarah. Usahakan tetap berpikir jerih, serta tinjau untung ruginya sebelum mengambil sebuah keputusan. Menjaga diri, janganlah menerima begitu saja ketika majikan berlaku semena-mena dan merendahkan. Di majikan ini aku bilang terpaksa kerja jauh karena kedua anakku lagi duduk di bangku kuliah, hingga gaji suami kurang mencukupi. Kenapa aku berbuat seperti itu? Sebab majikanku memandang remeh orang Indonesia yang katanya, orang-orang yang bekerja ke Hong Kong semua orang susah yang makan paling enak lauk ikan asin. Serta rata-rata tidak mengenyam pendidikan. Sementara melindungi diri, sebagai pekerja di negara asing sudah seharusnya selalu berusaha mematuhi segala peraturan yang ada di negara penempatan, agar bisa bekerja dengan nyaman dan jauh dari masalah.
ADVERTISEMENT
*****
HK. 05/05/2018