Konten dari Pengguna

Siapkan New Literacy, Begini Arah Transformasi Perpustakaan Indonesia

yunikurniasari35
Mahasiswa Prodi D3 Perpustakaan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga
29 Januari 2024 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari yunikurniasari35 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi penulis

New literacy (literasi baru) atau yang sering dikenal juga dengan Literasi Inklusi Sosial merupakan suatu tatanan literasi baru yang tidak hanya berpatok pada kemampuan membaca,menulis dan matematika.

ADVERTISEMENT
New literacy (literasi baru) atau yang sering dikenal juga dengan Literasi Inklusi Sosial merupakan suatu tatanan literasi baru yang tidak hanya berpatok pada kemampuan membaca, menulis dan matematika saja namun juga memerlukan kemampuan dalam menggunakan big data, memahami cara kerja dan aplikasi teknologi serta kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Hal tersebut dilakukan guna mempersiapkan SDM Indonesia dalam menghadapi peluang dan tantangan di era revolusi industri 4.0. Selain itu, kemampuan literasi dapat menjadikan masyarakat untuk berkontribusi secara positif dalam menciptakan tenaga kerja yang terampil, kreatif dan inovatif.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini perpustakaan Indonesia berada pada fase digital transformation, digitalization, digitization. Digital transformation ialah proses transformasi yang secara keseluruhan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi, mengelola risiko, dan menemukan peluang bisnis baru. Digitalization yaitu proses dalam pembuatan atau perbaikan suatu proses bisnis dengan menggunakan teknologi dan data digital guna meningkatkan kinerja organisasi, pendapatan, dan menciptakan budaya digital. Sedangkan Digitization atau sering dikenal dengan digitalisasi merupakan proses mengubah sesuatu yang berbentuk non digital menjadi digital.
Dengan adanya Literasi Inklusi Sosial akan sangat membantu manusia secara personal maupun komunal dalam menghadapi permasalahan di dunia virtual yang semakin komplit. Literasi inklusi sosial mencakup tiga tipe literasi yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Dengan perpaduan tiga kemampuan literasi itu diharapkan akan tercipta SDM dengan kualitas tinggi serta mampu menjawab tantangan pemerintah di era Revolusi Industri 4.0.
ADVERTISEMENT
Lalu, kemana arah transformasi perpustakaan tahun 2022?
Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Perpustakaan Nasional yang diadakan di Jakarta pada tanggal 29-30 Maret 2022 secara hybrid menyebutkan bahwa transformasi perpustakaan akan diarahkan pada tiga konsep yaitu capacity building, design and interactivity, and mindset change. Melalui tiga hal tersebut transformasi perpustakaan menjadi terarah kepada bagaimana perpustakaan dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran yang dapat menghasilkan berbagai inovasi dan kreatifitas masyarakat, sebagai pusat kebudayaan melalui pelestarian dan kemajuan khazanah budaya yang berkelanjutan serta berfokus untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkomitmen pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Beriringan dengan terciptanya arah transformasi perpustakaan, mulailah muncul isu-isu strategis pada perpustakaan seperti adanya konten Open Acces, inklusifitas, sifat pendidikan yang berubah, digitalisasi dan literasi media serta munculnya layanan hybrid dan virtual. Tak luput juga mulai bermunculan tantangan yang perlu dihadapi perpustakaan antara lainnya yaitu perpustakaan sebagai marketplace, perpustakaan sebagai co working space, perpustakaan sebagai inisiator digital publishing, perpustakaan sebagai repositori pengetahuan nasional serta adanya transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diharapkan dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dalam membantu ekonomi digital nasional, transformasi perpustakaan digital menjadikan perpustakaan berfungsi sebagai integrasi pengetahuan, visualisasi data, pengetahuan tertanam, teknologi semantik, internet scale, millennial behaviour, digitalisasi pengetahuan, dan optimalisasi ruang virtual. Dari sudut pandang sebagai pustakawan, maka diperlukan beberapa hal yang harus dipersiapkan sebagai pustakawan yang memiliki peran sebagai center of excellence adalah pustakawan akan dituntut untuk melakukan perbaikan kinerja melalui training maupun coaching keterampilan berkelanjutan (self improvement), meningkatkan keterampilan menulis melalui berbagai media (writing academy), mampu menjadi narasumber dalam berbagai event di bidangnya (digital facilitator) serta mampu untuk membuat dan mengembangkan modul-modul yang terstandarisasi nasional agar dapat meningkatkan kebermanfaatan suatu perpustakaan.
Sedangkan dari segi perpustakaannya perlu mempersiapkan beberapa hal untuk menunjang transformasi digital seperti melakukan digitalisasi proses bisnis (business process), mengembangkan dan mengoptimalkan platform digital yang telah dimiliki oleh perpustakaan (digital platform), menciptakan smart class pada ruang virtual dan fisik (smart class) serta membangun pusat pengetahuan untuk konten dan program-program perpustakaan dalam bentuk digital (knowledge center).
ADVERTISEMENT
Ruang lingkup transformasi digital adalah alur mulai dari konten-diolah-dilayankan-dilestarikan-didukung-diakses. Dapat diartikan bahwa perpustakaan mempunyai koleksi berupa teks, audio, visual dan lain sebagainya yang kemudian akan diproses dengan dibuatkan kartu katalog, bibliografi dan index. Untuk siap dilayankan melalui via chat, referring, online services dan lain-lain yang kemudian akan dilestarikan melalui proses preserving dengan adanya dukungan developing seperti mobile apps, cloud computing, semantic web dan lain sebagainya hingga akhirnya dapat di akses melalui portal web, mobile apps, QR code dan VR,.
Kegiatan-kegiatan pada perpustakaan yang akan mendukung transformasi digital tahun 2022 antara lain e-Deposit , layanan ISBN dan ISSN online, Eldika ( e-Learning Diklat Kepustakawanan), pengembangan infrastruktur TIK, proses alih media bahan perpustakaan, pendataan perpustakaan digital, uji kompetensi fungsional tenaga perpustakaan online, pojok baca digital, layanan perpustakaan keliling multimedia, visitasi online akreditasi perpustakaan, aplikasi kartu anggota virtual berbasis Android/iOS. Pembangunan modul interlibrary loan yang terintegrasi antar perpustakaan dan pengembangan aplikasi tajuk penerbit.
ADVERTISEMENT
Nah, sudah terlihat kan bagaimana arah transformasi perpustakaan tahun 2022? Yap, Transformasi digital perpustakaan yang berarah pada penguasaan kemampuan New Literacy atau Literasi Inklusi Sosial. Pada dasarnya pentingnya penguasaan kemampuan Literasi Inklusi Sosial ini tidak hanya dibutuhkan untuk menunjang perpustakaan saja tetapi untuk semua unsur masyarakat di Indonesia demi mendongkrak pemulihan ekonomi di Indonesia melalui Ekonomi Digital Nasional.
Jadi gimana nih, sudah siapkah menghadapi perubahan baru?
Yuks prepare yourself! Mari bersama menguatkan negeri, jangan biarkan bangsa ini hancur hanya karena warga negaranya tidak mau membaca yaa