Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Negosiasi Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim pada Presidensi G20 Indonesia
18 November 2022 23:43 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Dubes Yuri O Thamrin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Verba volant, scripta manent." Artinya, "kata-kata terbang, tulisan tetap ada." Pepatah Latin ini bijak adanya karena apa yang ditulis memang jauh lebih langgeng dari apa yang sekedar dituturkan. Apalagi tentang pengalaman penting Indonesia memimpin perundingan Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim di forum bergengsi G20 khususnya perundingan-perundingan pada forum Environmental Deputies Meeting (EDM) dan Climate Sustainability Working Group (CSWG), semasa Presidensi G20 Indonesia pada 2022. Walaupun hanya tulisan "ringan," saya yakin tulisan seperti ini pun tetap ada manfaatnya untuk merawat "institutional memory" kita serta untuk berbagi "suka duka" dan pengalaman-pengalaman berharga yang dialami oleh Tim Indonesia.
SEKELUMIT G-20
ADVERTISEMENT
G20 memiliki prestise yang cukup tinggi dalam panggung internasional. Kelompok ini menjadi wadah kerjasama 20 perekonomian terbesar di dunia, yang meliputi seluruh negara industri utama di dunia (G7) plus negara-negara berkembang dengan ekonomi besar, serta Rusia dan China.
Dari sudut indikator statistik, G20 mewakili 80 persen GDP dunia, 75 persen ekspor global dan 60 persen penduduk dunia. Sementara itu, dari perspektif "perimbangan kekuatan global," G20 pun jauh lebih representatif dari pada G7 karena Rusia dan Tiongkok berpartisiapsi dalam G20 (CFA, G20 Backgrounder, 2019).
G20 mengambil keputusan secara konsensus. Namun, keputusan G20 pada dasarnya tidak mengikat (non-binding). Dengan kata lain, G20 lebih merupakan forum bagi para pemimpin dunia untuk menyamakan persepsi dan pemahaman mereka dalam mengatasi tantangan-tantangan dunia (Dino Djalal, wawancara CNN, 17 Januari 2022).
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo menerima mandat memimpin G20 pada 2022 langsung dari PM Italia Mario Draghi --selaku ketua G20 tahun 2021 -- pada pertemuan KTT G20 di La Nuvola (Roma) pada 31 Oktober 2021. Presidensi G20 Indonesia mulai berlaku efektif 1 Desember 2021 hingga 16 November 2022.
Selaku ketua G20, Indonesia mendorong pertumbuhan inklusif, people-centered, ramah lingkungan serta berkelanjutan. Karenanya, perlu kolaborasi dunia yang lebih kokoh serta innovasi yang tiada henti. Dalam kaitan ini, G20 akan menjadi motor bagi pengembangan kolaborasi dan innovasi untuk mencapai tujuan tersebut. (Pidato Presiden RI, 31 Oktober 2021).
Tema Presidensi G20 Indonesia adalah "Recover together, recover stronger." Sementara itu, Indonesia pun mengusung 3 prioritas utama yakni (i) penanganan kesehatan yang inklusif; (ii) transformasi berbasis digital; dan (iii) transisi menuju energi berkelanjutan. Ketiga prioritas ini telah mendapatkan dukungan seluruh anggota G20.
ADVERTISEMENT
Namun sangat disayangkan, upaya Indonesia untuk mendorong kemajuan serta kesepakatan dan prioritas-prioritas G20 terhambat dengan terjadinya serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Walau perkembangan geopolitik tidak favourable dan praktis mengganggu harmoni dan kondusifitas suasana perundingan pada G20, Indonesia tetap konsiten mendorong G20 untuk mencapai hasil-hasil terbaik di bawah kepemimpinannya.
JALUR KERJA G20
Sebagaimana dimaklumi, Jalur kerja (work streams) G20 terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang diampu oleh berbagai working groups, engagement groups serta initiative dan side evants dalam G20. Dalam kaitan ini, setiap working groups bertugas menyiapkan Komunike pertemuan tingkat menteri dari work stream terkait. Sementara itu, Puncak kerja G20 di setiap siklus adalah Komunike Para Pemimpin G20 (Leaders' Communique atau Leaders' Declaration) yang mengungkapkan komitmen dan visi anggota G20 untuk masa depan, yang disusun dari rekomendasi yang dipilih dan hasil dari pertemuan tingkat menteri dan jalur kerja lainnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, pada Presidensi G20 Indonesia (2022) terdapat 12 Working Groups (pada jalur Sherpa) yakni: Environment Deputies Meeting/Climate Sustainability Working Group/EDM-CSWG (yang menangani perundingan isu lingkungan dan perubahan iklim); Agriculture Working Group; Digital Economy Working Group; Education Working Group; Employment Working Group; Tourism Working Group; Development Working Group; Energy Transition Working Group; Anti-Corruption Working Group; Trade, Investment and Industry Working Group; Health Working Group; dan Empower (Initiative).
Sementara itu terdapat pula 11 Engagement Groups yakni: Business 20 (B20); Civil 20 (C20); Labour 20 (L20); Parliamentary 20 (P20); Science 20 (C20); Supreme Audit Institutions (SAI 20); Think 20 (T20); Urban 20 (U20); Women 20 (W20); Youth 20 (Y20) dan G20 Religion Forum (R20).
ADVERTISEMENT
PERUNDINGAN ISU LINGKUNGAN HIDUP DAN PERUBAHAN IKLIM
Sejatinya, Indonesia memiliki tingkat ambisi tinggi dalam perundingan lingkungan hidup dan perubahan iklim di forum G20. Tiga indikator mencerminkan hal ini.
Pertama, Indonesia mematok 10 isu prioritas perundingan, yakni 3 isu prioritas untuk track perundingan CSWG dan 7 isu untuk track perundingan EDM. Bandingkan dengan prioritas perundingan pada tahun 2021 dimana Italia paling banyak mengangkat 3 - 4 isu prioritas perundingan.
Dalam kaitan ini track CSWG mengusung 3 isu prioritas perundingan yakni (i) mendukung pemulihan yang berkelanjutan; (ii) peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim; dan (iii) peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Track EDM mengusung 7 isu prioritas yakni (i) kerusakan lahan, (ii) kehilangan keanekaragaman hayati, (iii) sampah di laut, (iv) pengelolaan air, (v) konsumsi berkelanjutan dan efisiensi sumber daya, (vi) keuangan berkelanjutan, dan (vii) perlindungan laut.
Indikator kedua tingginya ambisi RI adalah sejumlah studi penting (sekitar 6 atau 7 studi) yang digagas Indonesia dengan melibatkan berbagai international knowledge partners seperti UNDP, ESCAP, UNICEF, GGI, GIZ, Cambridge Econometrics dan lainnya. Singkat cerita, para delegasi disuguhi temuan (findings) dari berbagai studi tersebut dalam upaya bersama penyusunan rekomendasi dan outcome perundingan dari forum EDM-CSWG.
Ketiga, tidak kurang dari 20 side events (umumnya seminar dan lokakarya) diselengarakan Indonesia, sebagai platform tukar-pikiran dan "jaring gagasan" selama keketuaan RI pada forum EDM-CSWG.
ADVERTISEMENT
PERUNDINGAN VIRTUAL
Forum EDM-CSWG menggelar 3 pertemuan fisik: pertemuan pertama di Yogyakarta (21 - 23 Maret 2022), pertemuan kedua di Jakarta ( 19 -21 Juni 2022) dan pertemuan ketiga di Bali (29 - 30 Agustus 2022) sebelum pertemuan tingkat menteri di Bali pada 31 Agustus 2022. Selebihnya, pertemuan dan perundingan EDM-CSWG dilakukan secara virtual dengan segala kelebihan/kekurangannya, termasuk perbedaan zona waktu yang cukup ekstrim di antara negara-negara anggota G20.
Sebagai informasi, "Pre-zero draft" Indonesia (yaitu teks perundingan) diedarkan pada akhir pertemuan EDM-CSWG kedua di Jakarta (21 Juni 2022) sehingga waktu untuk negosiasi relatif terbatas (sekitar 2 bulan) via virtual meetings sebelum berlangsungnya Joint Climate and Environment Ministers' Meeting di Bali 31 Agustus 2022.
ADVERTISEMENT
PERUNDINGAN PANJANG DAN MELELAHKAN
Dengan alokasi waktu hanya sekitar 2 bulan (untuk mencapai kesepakatan G20), dengan level ambisi yang tinggi, serta dengan hanya mengandalkan moda perundingan virtual, delegasi Indonesia seperti terjun ke dalam "pusaran badai."
Dalam wacana akademis, isu lingkungan hidup dipahami sebagai "international environmental politics" atau "international environmental regime." Intinya: isu lingkungan hidup merupakan bagian dari "politik internasional" dimana posisi berbagai negara berbeda tajam dan mereka pun bermanuver untuk memaksimalkan posisinya dengan beragam strategi dan taktik. Oleh karena itu, perundingan lingkungan hidup dan perubahan iklim terkenal sulit, kompleks dan sangat melelahkan (the Economist, November 2021). Hal yang sama berlaku pula pada perundingan EDM-CSWG di bawah kepemimpinan Indonesia: perundingannya berjalan sulit, alot dan melelahkan.
ADVERTISEMENT
Tidak kurang dari 7 perundingan virtual EDM dan 5 perundingan virtual CSWG dilakukan. Indonesia selalu keluar dengan draft yang konstruktif dan berimbang. Namun, selalu saja draft Indonesia menghadapi "badai" amandemen sehingga draft kita menjadi penuh dengan tanda kurung (brackets). Dengan sabar dan telaten, delegasi Indonesia yang diketuai oleh dirjen PPI dan dirjen PPKL menyampaikan usulan kompromi setiap selesai acara virtual negotiation. Namun, tetap saja draft konstruktif RI tersebut menemui jalan buntu. Bahkan, para delegasi G20 terus memasukan usulan-usualan paragraf baru sehingga jumlah paragraf di dokumen perundingan EDM hampir 100 paragraf dan CSWG pernah sekitar 60 paragraf. Bayangkan, draft Leaders' declaration pun hanya sekitar 50 paragraf! Sementara paragraf pada draft dokumen EDM-CSWG sangat besar jumlahnya.
Untuk membantu tercapainya kompromi, tidak kurang dari Menteri LHK sendiri harus "turun gunung." Bu Menteri Siti Nurbaya Bakar tidak segan-segan mengontak menteri-menteri negara-negara kunci seperti Amerika Serikat, China dan Uni Eropa (melalui pertemuan virtual) guna mengimbau pentingnya fleksibilitas agar perundingan EDM-CSWG (pada level pejabat senior) bisa mencapai kompromi.
ADVERTISEMENT
Delegasi Indonesi tetap optimis dan terus menawarkan berbagai formula kompromi walaupun situasinya kian "mendesak." Delegasi Indonesia pun mengusulkan digelarnya virtual meetings among interested delegations dengan Indonesia sebagai fasilitator untuk menuntaskan berbagai paragraf yang hampir mencapai kesepakatan. Namun, usul ini pun mengalami jalan buntu.
Sejatinya, hingga beberapa hari menjelang pertemuan EDM-CSWG ketiga di Bali 29-30 Agustus 2022, draft perundingan tetap penuh brackets, walaupun banyak juga paragraf yang sudah hampir mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, delegasi RI menempuh strategi 4 parallel meetings EDM-CSWG di Bali dan bekerja all out "jika perlu hingga dini hari" untuk mencapai kompromi.
Dalam perundingan, adalah biasa jika kompromi tecapai pada menit-menit terakhir. Hal itu terjadi di Bali, dimana negara-negara G20 akhirnya bersedia mencapai kompromi. Forum EDM menyepakati 38 paragraf dan CSWG 32 paragraf. Keseluruhannya dituangkan ke dalam Chairman's Statement.
ADVERTISEMENT
MINISTERIAL COMMUNIQUE ATAU CHAIR'S STATEMENT?
Idealnya, forum EDM-CSWG mampu menyepakati Komunike Tingkat Menteri. Tapi, harapan ini pupus karena faktor geopolitik. Indonesia menolak tuntutan negara-negara Barat dan sekutunya untuk meng-condemn Rusia dengan bahasa yang sangat keras. Kompromi yang ditawarkan Indonesia adalah tetap menyebut konflik di Ukraina namun dengan bahasa yang konstruktif dan berimbang.
Ada 4 formula kompromi yang disiapkan Indonesia, tapi tidak diterima oleh negara-negara Barat di G20. Dengan terpaksa, akhirnya Indonesia menerima kenyataan bahwa outcome perundingan EDM-CSWG ditampung dalam Chairman's statement dan tidak dalam Ministerial Communique atau Ministerial Declaration.
Sherpa Indonesia (Dubes Triansyah Djani) menerima "fall-back position" ini karena pertemuan tingkat Menlu serta pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pun (yang diadakan beberapa minggu sebelum pertemuan menteri lingkungan hidup dan perubahan iklim) ternyata tidak berhasil menelorkan deklarasi atau komunike. Namun, ditegaskan oleh Dubes Djani bahwa target Indonesia adalah mendapatkan "G20 Declaration" pada KTT G20 15-16 November 2022 dan ternyata target ini tercapai.
PENUTUP
ADVERTISEMENT
Kita patut bersyukur bahwa amanah Indonesia memimpin G20 pada 2022 telah rampung dengan baik. Pada akhir KTT, para pemimpin G20 mengesahkan G20 Leaders' Declaration (berisi 52 paragraf) serta annex sekitar 1100 lembar.
Dari dokumen akhir tersebut, sumbangan work stream EDM-CSWG tidak sedikit, bahkan menurut saya sangat respectable:
Pertama, Chair's Statement EDM-CSWG memuat 60 paragraf substansi. Jumlah ini memuaskan (very satisfying) karena dibandingkan dengan work streams yang lain, Chair's statement yang dihasilkan hanya pada kisaran 30 - 40 paragraf.
Kedua, dari sekitar 1100 lembar dokumen lampiran (annex), hampir 300 lembar (sekitar 27 %) adalah hasil kerja EDM-CSWG dalam bentuk laporan final beberapa Studi yang dihasilkan Indonesia bersama international knowledge partners kita.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, kepemimpinan Indonesia pada EDM-CSWG yang solid, berimbang, konstruktif, produktif serta juga kandungan Chair's Statement yang berkualitas dan dapat diterima baik oleh negara-negara G20 tercermin dalam beberapa surat appresiasi yang diterima oleh bu Menteri Siti Nurbaya Bakar dari sejawat menteri beliau. Indonesia pun dinilai mampu menjaga sikap non-aligned yang netral dan konstruktif ditengah tekanan-tekanan politik yang dilancarkan berbagai pihak di G20.
Akhirnya, sebagai penutup, perlu kita ucapkan selamat kepada Tim KLHK, Tim Asistensi, serta semua pihak yang telah membantu termasuk anak-anak muda yang pintar dan berbakat yang telah bekerja keras di Sekretariat EDM-CSWG.
Thank God, we finally made it! Dieu merci, nous avons finalement réussi!
Live Update