Konten dari Pengguna

Burung Pembawa Ranting Api, Memang Ada?

13 November 2021 10:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yus Rusila Noor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. (Seekor burung elang brontok terbang bebas usai dilepasliarkan di kawasan hutan lindung Takengon, Aceh Tengah, Aceh, Minggu (19/9/2021). Foto: Syifa Yulinnas/Antara Foto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Seekor burung elang brontok terbang bebas usai dilepasliarkan di kawasan hutan lindung Takengon, Aceh Tengah, Aceh, Minggu (19/9/2021). Foto: Syifa Yulinnas/Antara Foto)
ADVERTISEMENT
Beberapa hari terakhir ini, di inbox WA saya ada kiriman dari beberapa Grup yang isinya sama. Saya diminta pendapat dan konfirmasi mengenai postingan video dan narasinya. Ada 3 potongan informasi yang dikirimkan, pertama video seseorang yang sedang berbicara menggunakan Bahasa Arab. Saya sangat menyesal karena tidak mampu berbahasa Arab dengan baik, dan hanya bisa menangkap kata-kata Ulama, Ustralia, dan Sydney. Video kedua yang ditayangkan adalah seekor burung yang sedang berjalan santai (sepertinya burung Trulek) dan tiba-tiba matanya menyorotkan api seperti laser biru yang mengenai rumput-rumputan dan kemudian seperti meledak mengeluarkan debu. Informasi ketiga adalah narasi penjelasan dari kedua video tersebut, yang menyebutkan bahwa, “Burung ini bisa mengeluarkan api, sudah disebut oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alahi wasallam 1400 tahun yang lalu.. Sekarang scientists di Sydney, Australia, baru merilis penemuan bahaya burung ini.. Kemungkinan burung inilah yang menyebabkan banyak kebakaran di benua Australia..”
ADVERTISEMENT
Saya sebenarnya agak malas untuk mengomentari postingan yang berasal Tiktok tersebut, karena saya tidak punya informasi apa pun mengenai burung yang bisa mengeluarkan api dari matanya seperti di film X-Men itu. Komentar di WA Group juga ada yang menyayangkan kenapa Nabi Muhammad dibawa-bawa untuk hal yang tidak jelas ini, dan untuk hal ini saya setuju. Ada juga yang bertanya memang ada burung yang bisa menyebabkan kebakaran? Untuk pertanyaan terakhir ini jiwa perburungan saya meronta-ronta, sehingga langsung mencari literatur yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Ada satu paper menarik di Journal of Ethnobiology nomor 37(4) yang terbit tahun 2017. Artikel tersebut ditulis oleh Mark Bonta dan kawan-kawan yang merupakan gabungan Peneliti dari AS dan Australia. Pada halaman 700 – 719, para penulis menyajikan hasil penelitian Anthropologis terkait penyebaran kebakaran oleh burung pemangsa di Northern Territory, Australia. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berasal dari pengamatan para Penulis, pengamatan oleh pihak lain maupun cerita yang berkembang. Mereka tidak sepenuhnya memasukkan informasi dari masyarakat aborigin karena hal tersebut terkait dengan ritual kepercayaan, yang menurut mereka tidak selayaknya dimasukkan dalam laporan, sesuai dengan code of conduct yang berkembang di lingkungan para peneliti.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa informasi mengenai burung terkait dengan kebakaran sebenarnya telah menjadi pengetahuan umum yang diketahui oleh hampir seluruh masyarakat aborigin secara turun temurun sejak ribuan tahun lalu. Di kalangan ilmuwan, pengetahuan seperti ini biasa disebut sebagai Pengetahuan Ekologis Masyarakat Lokal (Indigenous Ecological Knowledge).
Para peneliti melaporkan bahwa ada 3 jenis burung pemangsa, yaitu Elang hitam Milvus migrans, Elang penyiul Haliastur sphenurus, dan Alap-alap coklat Falco berigora yang dimasukkan dalam kelompok “Elang Api” atau “Firehawk”. Ketiga jenis burung pemangsa tersebut dilaporkan memungut ranting yang terbakar, membawa terbang dan kemudian menjatuhkannya di padang rumput sekitar 1 km jauhnya dari lokasi mereka memungut ranting tersebut. Perilaku tersebut ada yang dilakukan sendirian tapi ada juga yang dilakukan secara berkelompok. Di tempat menjatuhkan ranting berapi tersebut, mereka kemudian bertengger di atas pohon, mengamati api yang membakar dan kemudian menyambar hewan-hewan yang keluar berlarian karena takut terbakar api.
ADVERTISEMENT
Fenomena burung-burung yang memperoleh makanan dari binatang yang menghindari kebakaran atau sisa-sisa tubuh binatang yang terbakar ternyata juga pernah dilaporkan di Afrika Barat dan Timur, Papua New Guinea, AS, Panama, dan Brasil. Hanya saja, para peneliti masih belum sepakat apakah perilaku tersebut adalah sesuatu yang disengaja melakukan pembakaran ataukah hanya kebetulan saja.
Di negara atau wilayah tertentu yang memiliki padang rumput savana, persoalan kebakaran lahan memang sudah merupakan pengalaman yang dialami sepanjang tahun dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat di sekitarnya, termasuk terkait dengan mata pencaharian. Kebakaran pun tidak selalu dianggap sebagai suatu bencana yang merugikan, dan bahkan dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari manajemen pengelolaan lahan atau untuk mencegah meluasnya kebakaran yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin masih ingat dalam film God Must be Crazy ketika Xi (yang diperankan oleh Nixau) seorang penduduk setempat yang dengan sengaja membakar rerumputan sekitar ketika terjadi kebakaran yang cenderung membesar. Dengan membakar rerumputan sesuai dengan arah berlarinya api yang lebih besar, dan kemudian mematikannya, kemudian akan mencegah penyebaran api karena terhambat oleh “lahan kosong” yang sudah tidak berumput lagi karena dibakar tadi. Setahu saya, istilah yang biasa digunakan di Indonesia adalah “sekat bakar”.
Membakar sebagian padang rumput juga banyak dilakukan oleh masyarakat aborigin di Australia. Tujuannya adalah agar rumput-rumput tua bisa hilang dan digantikan dengan pertumbuhan rumput muda, sehingga hewan buruan, seperti Kanguru dan burung Emu kemudian dapat berkumpul dan lebih mudah untuk diburu.
ADVERTISEMENT
Jadi, jawaban untuk pertanyaan apakah ada burung yang membawa ranting api adalah ya, ada. Tetapi apakah hal tersebut yang menjadi penyebab kebakaran besar di Australia, jawabannya belum tentu, karena ada faktor-faktor lain yang lebih berperan, seperti iklim ataupun karena kegiatan manusia. Yang jelas, saya membaca bahwa para pengelola lahan di sana sudah memasukkan pengetahuan burung bawa ranting api tersebut ke dalam rancangan pengelolaan lahan terkait dengan kebakaran hutan dan lahan.
Bogor, 13 Nov 2021
Yus Rusila Noor