Lahan Basah dan Keanekaragaman Hayati

Konten dari Pengguna
2 Februari 2020 6:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yus Rusila Noor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia atau World Wetlands Day telah rutin dilaksanakan di seluruh dunia sejak tahun 1997, mengacu pada perjanjian internasional perlindungan lahan basah yang ditandatangani pada tanggal 2 Januari 1971 di kota Ramsar, Iran, yang kemudian dikenal sebagai "Konvensi Ramsar". Indonesia telah ikut meratifikasi Konvensi Ramsar sejak tahun 1991.
ADVERTISEMENT
Lahan basah sendiri didefinisikan sebagai ”Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan: alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut”.
Sawah adalah lahan basah (Yus Rusila Noor)
Setiap tahun perayaan dilaksanakan dengan mengambil tema yang berbeda, dan tema untuk tahun 2020 adalah "Wetland Biodiversity Matters" atau kira-kira terkait Lahan Basah dan Keanekaragaman Hayati. Tema perayaan tahun ini seolah-olah mengingatkan kembali jati diri Konvensi Ramsar atau boleh dikatakan kembali ke khitahnya. Memang, pada awalnya Konvensi Ramsar disebut sebagai Convention on Wetlands of International Importance especially as Waterfowl Habitat, sehingga keanekaragaman hayati, dalam hal ini burung air, menjadi salah satu perhatian utama.
Burung air hidup di lahan basah (Yus Rusila Noor)
"Melindungi keanekaragaman hayati dalam segala bentuknya saat ini dirasakan sangat penting dalam menangani perubahan iklim. Usaha kita selama ini belumlah cukup. Keputusan yang diambil tahun ini terkait dengan peta jalan global untuk keanekaragaman hayati harus menjadi cikal bakal untuk pemikiran baru dan melaksanakan aksi nyata. Tapi kita tidak bisa menunggu, transformasi harus dimulai sekarang, dan untuk itulah Hari Lahan Basah Sedunia harus diiringi aksi nyata.
ADVERTISEMENT
"Tak boleh lagi ada lahan basah yang hilang, karena lahan basah adalah ekosistem yang sangat beragam dan bernilai tinggi. Kita harus merestorasi lahan basah yang telah rusak," tegas Martha Rojas Urrego, Sekretaris Jenderal Konvensi Ramsar dari kantornya di Swiss.
Lahan basah terdiri dari berbagai tipe ekosistem, mulai dari danau di atas pegunungan, sungai, rawa, gambut, mangrove, muara, hingga terumbu karang. Itulah sebabnya, sekitar 40 persen spesies global hidup atau berbiak di lahan basah, termasuk jenis-jenis yang bermigrasi. Lahan basah adalah sumber air bersih, dan jangan lupa bahwa padi yang merupakan makanan utama 3,5 miliar penduduk bumi sebagian besar juga tumbuh di lahan basah.
Cerita sedihnya, lahan basah juga merupakan tipe ekosistem yang paling besar mengalami kehilangan. Lebih dari 35 persen lahan basah alami telah hilang dari muka bumi selama 50 tahun terakhir. Spesies yang bergantung pada lahan basah juga mengalami ancaman yang tak kurang mengerikan, tak kurang dari 25 persen spesies lahan basah pedalaman dan 23 persen spesies lahan basah pesisir dan lautan telah terancam secara global.
Tak boleh lagi ada lahan basah yang hilang, karena lahan basah adalah ekosistem yang sangat beragam dan bernilai tinggi (Yus Rusila Noor)
Peringatan hari lahan basah sedunia sejatinya adalah sebagai "alarm pembangun tidur" agar kita segera bangun dan berbuat nyata untuk menyelamatkan lahan basah yang tersisa dan merestorasi yang telah kadung rusak.
ADVERTISEMENT
Suara-suara dari bumi Indonesia terus terdengar, meskipun kadang agak sayup. Dari Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merupakan focal point Konvensi Ramsar di Indonesia, sedang memberikan pelatihan pengelolaan lahan basah bagi para Rimbawan. Demikian pula di Banten hingga Demak, masyarakat pesisir bergerak untuk melakukan rehabilitasi mangrove dan wilayah pesisir lainnya yang merupakan tempat mereka hidup dan memperoleh penghidupan.
Suara anak muda dan mahasiswa juga terdengar dari Bandung dan Banda Aceh, menyuarakan kepedulian mereka untuk membangun lahan basah Indonesia yang lebih baik. Perayaan dilakukan dengan melakukan penanaman pohon, bersih-bersih pantai, berbagai perlombaan, dan kegiatan lain yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melestarikan fungsi lahan basah. Dari Bogor, Yayasan Lahan basah memberikan dukungan penyediaan bahan-bahan materi pengetahuan tentang lahan basah, sekaligus berkomunikasi dengan Sekretariat Konvensi Ramsar.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah bagian dari gerakan global. Seperti yang disampaikan Martha Rojas. "Belum terlambat untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati lahan basah secara masal, sekaligus mengamankan masa depan kita sendiri".
Belum terlambat untuk memperbaiki lahan basah yang telah rusak (Yus Rusila Noor)
Bogor, 02 - 02 - 2020
Yus Rusila Noor