Konten dari Pengguna

Politik Kontemporer: Dinasti dan Asian Value dalam Persimpangan Sejarah

Muhammad Alfin Faiz Sjafiul
Saya seorang Mahasiswa
8 Juli 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Alfin Faiz Sjafiul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Asian Value (Source; Yusep Maulana)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Asian Value (Source; Yusep Maulana)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dalam situasi politik saat ini tengah menghadapi tantangan yang semakin kompleks, meliputi fenomena politik dinasti yang semakin berkembang dan perdebatan yang mengemuka seputar Asian Value.
ADVERTISEMENT
Selain itu, persimpangan sejarah menunjukkan bahwa saat ini kita berada di titik penting dalam sejarah politik di mana kita dihadapkan pada kesempatan untuk merefleksikan kembali praktik politik dan nilai-nilai yang mendasarinya.
Perdebatan seputar politik dinasti dan Asian Value semakin meningkat dalam konteks politik kontemporer. Fenomena politik dinasti, yang ditanai dengan kecenderungan untuk mewariskankekuasaan politik secara turun-temurun dalam keluarga menjadi perhatian utama.
Diskusi tentang politik dinasti, seperti yang dibahas dalam podcast Total Politik, mengungkapkan kekhawatiran akan potensi merusaknya demokrasi dengan memberikan ruang bagi praktik nepotisme dan pemeliharaan kesalahan penguasa sebelumnya yang terkait secara keluarga.
Sementara itu, perdebatan seputar Asian Value atau nilai-nilai Asia semakin terekspose setelahviral di media sosial. Konsep Asian Value, mencakup gagasan-gagasan seperti kebersamaan, kekeluargaan, dan harmoni. Nilai-nilai ini diyakini memiliki relevansi dalam membentukidentitas politik dan sosial di Asia, serta dapat mempengaruhi pandangan terhadap demokrasi,hak asasi manusia, dan tatanan politik secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dalam politik kontemporer, pertemuan antara politik dinasti dan nilai-nilai Asia menghadirkan dilema yang menarik. Sementara politik dinasti mencerminkan tantangan terhadap demokrasi yang mendasar, nilai-nilai Asia menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan alternatif politik dan sosial yang sesuai dengan konteks budaya dan sejarah Asia.
Politik dinasti membawa dampak negatif yang signifikan terhadap demokrasi dan tatanan politik lokal. Pertama, praktik politik dinasti cenderung memusatkan kekuasaan dalam kelompok tertentu atau keluarga, mengabaikan prinsip-prinsip politik dan pilihan yang adil.
Hal ini mengakibatkan terbatasnya partisipasi politik yang inklusif dan peluang yang sama bagi seluruh warga dalam proses demokratis. Selanjutnya, politik dinasti seringkali memperkuat praktik korupsi, di mana kepentingan pribadi atau kelompok diutamakan di atas kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, lembaga-lembaga demokrasi yang seharusnya independen dan bertanggung jawab kepada publik seringkali terkompromi, menyebabkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sistem politik secara keseluruhan.
Dalam menghadapi isu politik dinasti, pendekatan yang lebih transparan dan demokratis menjadi sangat penting. Prinsip politik yang berdasarkan prestasi harus menjadi landasan dalam proses seleksi pemimpin dan pengambil keputusan, di mana individu dipilih berdasarkan prestasi dan kualifikasi yang terukur, bukan hubungan keluarga atau kepentingan politik tertentu.
Selain itu, perlu adanya upaya untuk memperkuat lembaga-lembaga demokrasi yang independen dan akuntabel, serta memperkenalkan dan menjalankan regulasi yang ketat terhadap praktik politik dinasti, sehingga masyarakat dapat mempercayai integritas dan keadilan dari proses politik mereka.
Praktik politik dinasti menghadirkan risiko terhadap demokrasi dengan memusatkan kekuasaan pada kelompok tertentu dan memperkuat praktik korupsi, sementara nilai-nilai Asia menjadi landasan untuk alternatif politik dan sosial yang sesuai dengan konteks budaya dan sejarah Asia.
ADVERTISEMENT
Dalam mengatasi isu politik dinasti, pendekatan yang lebih transparan dan meritokrasi diperlukan, dengan memperkuat lembaga-lembaga demokrasi independen dan menerapkan regulasi yang ketat terhadap praktik politik dinasti.
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya reformasi politik yang menyeluruh menjadi kunci untuk membangun fondasi yang lebih kokoh bagi demokrasi yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.