Blue Food: Jalan Pintas Menuju Stabilitas Ketahanan Pangan

Yusixka Warih Satyaningrum
Nature Enthusiast, menulis reviu buku dan berpuisi di https://kenangkata.blogspot.com/ sambil mengamati perkembangan dunia perikanan. Lulusan Budidaya Perairan Universitas Airlangga, ASN Perencana di Kementerian Kelautan dan Perikanan
Konten dari Pengguna
1 Maret 2024 12:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusixka Warih Satyaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Blue Food. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Blue Food. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Blue food atau pangan biru adalah istilah yang mengacu pada sumber pangan yang berasal dari laut dan perairan tawar, seperti ikan, kerang, rumput laut, dan alga. Selama ini, blue food sering dianggap sebagai alternatif sumber pangan di tengah isu ketahanan pangan global. Blue food dapat menjadi solusi potensial untuk mengatasi ketahanan pangan global, terutama dengan meningkatnya populasi dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Selain pertanian berbasis lahan, lautan memainkan peran penting dalam ketahanan pangan Indonesia. Perikanan laut tidak hanya menyediakan makanan tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan.

Potensi Blue Food untuk Ketahanan Pangan

Berikut beberapa alasan mengapa blue food penting untuk ketahanan pangan:
ADVERTISEMENT
Namun begitu, konsumsi ikan di Indonesia masih rendah dibanding negara tetangga Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, angka konsumsi ikan nasional mencapai 56,48 kilogram (kg) per kapita pada 2022 alias tumbuh 2,39% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Nilai ini menjadi rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, angka konsumsinya sudah melonjak 66,65%. Meskipun blue food memiliki banyak potensi, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti:
ADVERTISEMENT
Untuk memaksimalkan peran blue food untuk menjadi penyokong dalam mencapai stabilitas ketahanan pangan dapat dilakukan dengan mengatasi tantangan tersebut dengan beberapa solusi yaitu:
1. Meningkatkan akses: Membangun infrastruktur perikanan dan budidaya laut di daerah terpencil. Meningkatkan distribusi dengan membangun rantai pasokan yang lebih efisien.
2. Menurunkan harga: Meningkatkan efisiensi produksi dengan menggunakan teknologi yang tepat. Meningkatkan edukasi dan promosi tentang manfaat blue food agar lebih mudah diterima oleh pasar domestik. Memberikan subsidi dan insentif bagi pembudidaya.
3. Memastikan keberlanjutan: Menerapkan praktik budidaya yang ramah lingkungan berkelanjutan. Mengatur regulasi dan pengawasan terhadap budidaya laut dan penangkapan ikan. Melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produksi blue food secara berkelanjutan.
4. Meningkatkan jaminan keamanan pangan: Melakukan monitoring dan pengawasan terhadap mutu dan keamanan produksi blue food agar nilai gizi terjaga Meningkatkan edukasi dan pengetahuan tentang keamanan pangan produk blue food untuk meningkatkan tingkat konsumsi.
ADVERTISEMENT

Blue Food Assessment

Blue Food Assessment diluncurkan pada tahun 2021 dan diinisiasi oleh Stockholm Resilience Centre, the Center for Ocean Solutions and Center on Food Security dan the Environment at Stanford University dan EAT yang mempertemukan para ilmuwan dari berbagi institusi di seluruh dunia. Beberapa faktor yang mungkin mendorong munculnya konsep ini antara lain:
Blue Food yang menjadi salah satu produk dari Agenda Biru Nasional yang merupakan bagian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024.
ADVERTISEMENT
Kementerian PPN/ Bappenas akan melaksanakan Blue Food Assessment (Penilaian Status Pangan Akuatik) tingkat Nasional bersama mitra pembangunan, sebagai langkah tindak lanjut dari peluncuran Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia dalam mewujudkan visi Ekonomi Biru Indonesia dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Melalui penilaian ini diharapkan mampu menjadi instrumen penting untuk:
Data dan informasi yang komprehensif dapat membantu para pengambil keputusan dalam mengevaluasi peluang dan menerapkan solusi untuk membangun sistem ketahanan pangan yang sehat, adil dan berkelanjutan dan menjadi masukan yang penting dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
ADVERTISEMENT
Indonesia dengan potensi sumber daya kelautan yang begitu besar mempunyai peluang yang tinggi dalam menciptakan ketahan pangan nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan global melalui blue food.