Konten dari Pengguna

Peran Teknik dalam Regulasi Rumah Tahan Gempa: Studi Kasus Megatrush

Yusril Ihza Mahendra
Saya Adalah Mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Andalas
12 Desember 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusril Ihza Mahendra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Megathrust adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang terjadi di sepanjang batas subduksi, di mana satu lempeng tektonik bergerak ke bawah lempeng lainnya. Gempa megathrust biasanya memiliki magnitudo yang sangat besar. Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi dengan magnitudo di atas 8,0, yang kemungkinan besar terjadi di wilayah yang terletak di sepanjang patahan besar serta area dimana lempeng-lempeng tektonik bertemu satu sama lain (Schäfer & Wenzel, 2019). Dengan potensi kerusakan yang sangat besar, gempa megathrust seringkali memicu tsunami dan menyebabkan dampak signifikan pada wilayah pesisir, membuat daerah yang rawan berada dalam ancaman bencana yang serius dan memerlukan tindakan mitigasi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Megathrust seringkali memicu tsunami besar yang dapat melanda wilayah pesisir. Gelombang tsunami yang tinggi dan kuat dapat menyebabkan kerusakan yang luas, menghancurkan bangunan, dan merusak infrastruktur, Seperti: a. Gempa megathrust dapat menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, termasuk bangunan, jembatan, jalan, dan sistem transportasi. Banyak bangunan yang tidak dirancang untuk tahan gempa dapat runtuh, mengakibatkan kerugian materi yang besar. b. Tingginya magnitudo dan kekuatan gempa megathrust dapat mengakibatkan jumlah korban jiwa yang tinggi. Ribuan orang bisa terjebak di bawah puing-puing bangunan, dan banyak yang bisa terluka parah. c. Gempa dapat memicu tanah longsor, terutama di daerah pegunungan atau bukit, yang dapat menghancurkan permukiman dan infrastruktur, serta menghalangi akses ke area yang terdampak. Oleh karena itu perlu diperhatikan ketika membangun rumah di daerah rawan gempa,` khususnya bangunan tembok, adalah dengan memperhatikan sambungan di antara bagian-bagian bangunan, kualitas pengerjaan,konfigurasi bangunan, dan peletakan bukaan pintu dan jendela. Masyarakat yang hidup di daerah beresiko gempa perlu diedukasi tentang tata cara membangun rumah yang benar, dibarengi dengan upaya penerapan regulasi dan pengawasan yang tepat, khususnya ketika masa tanggap darurat dan rehabilitasi sudah usai, dan telah memasuki rekonstruksi. Dengan adanya regulasi rumah tahan gempa, kita bisa mengurangi risiko-risiko yang menimbulkan korban jiwa , serta kerugian infrastruktur. Rumah tahan gempa bisa menahan guncangan serta mengurangi kerusakan yang infrastruktur yang lebih parah, dimana gempa bumi sering menimbulkan korban jiwa yang banyak akibat runtuhnya rumah atau bangunan yang tidak memiliki regulasi rumah tahan gempa. Teknik Ferrocement dikembangkan oleh Teddy Boen, Teknik ini menghadirkan solusi konstruksi yang lebih ekonomis dan efisien. Ferrocement, yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan anyaman kawat baja sebagai penguat, menawarkan keunggulan dalam hal daya tahan, fleksibilitas, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan material konvensional. Teknik ini memberikan alternatif bagi masyarakat, khususnya di daerah rawan gempa, untuk membangun rumah yang tidak hanya lebih aman dari risiko gempa tetapi juga lebih terjangkau dan mudah diterapkan dengan teknologi lokal." Standar keamanan dari goncangan gempa terus dikembangkan, termasuk oleh seorang guru besar Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Ia memperkenalkan sebuah inovasi bernama 'Barrataga', singkatan dari 'Bangunan Rakyat Tahan Gempa'. Teknik ini mengutamakan penguatan struktur bangunan melalui pengikat-pengikat praktis dari beton untuk meningkatkan kekuatan. Selain itu, teknik ini juga mencakup pemasangan lapisan pasir di bawah pondasi bangunan yang berfungsi sebagai bantalan, sehingga mampu meredam guncangan gempa dengan lebih efektif."
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, regulasi rumah tahan gempa sangat penting untuk diterapkan, terutama di wilayah rawan gempa seperti zona megathrust. Teknik ferrocement dan Barrataga merupakan solusi yang sangat cocok untuk mendukung regulasi rumah tahan gempa di wilayah tersebut. Diharapkan, regulasi ini dapat diterapkan secara luas dan disertai dengan edukasi kepada masyarakat, sehingga mereka lebih memahami dan mampu mengadopsi teknik-teknik tersebut untuk membangun rumah yang aman dan tahan gempa.
DAFTAR PUSTAKA Pratama, A. (2017). Kajian Sifat Mekanikal Dan Komposisi Elemen Batang Profil L Berbahan Ferrocement Sebagai Material Alternatif Pengganti Kayu Dan Baja. Jurnal Teknik Sipil. Diakses dari
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/7883/6892. Wijaya, H. (2015). Analisis Kekuatan Lentur Bahan Ferrocement Berpenguat Kawat Anyam Sebagai Bahan Dasar Modular Floating Pontoon. Jurnal Teknik Perkapalan. Diakses dari
ADVERTISEMENT
.https://repository.petra.ac.id/17940/1/Publikasi1_10002_4299.pdf Mahmud, F., Merdana, I. N., Anshari, B., & Rofaida, A. (2024). Sosialisasi Metode Perkuatan Bangunan Tahan Gempa Dengan Ferrocement Pada Kelompok Tukang Di Desa Kekalek Jaya. Portal Abdimas. Diakses dari
.https://journal.unram.ac.id/index.php/portalabdimas/article/view/4876