news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Puji Lestari, Wong Deso yang Ingin Memajukan Riset Pertanian & Pangan Indonesia

Yustantiana
Pranata Humas Ahli Muda di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Konten dari Pengguna
17 November 2022 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yustantiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puji Lestari, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN (sumber foto: BRIN).
zoom-in-whitePerbesar
Puji Lestari, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN (sumber foto: BRIN).
ADVERTISEMENT
Dunia pertanian menjadi keseharian Puji Lestari sedari kecil. Sang nenek kerap mengajaknya ke sawah untuk memanen padi.
ADVERTISEMENT
Puji 'kecil' bahkan sudah hobi menanam ubi di desa kelahirannya, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Siapa sangka, dari tempat ini, awal mula inspirasi Puji mengukir cita-cita, hingga mengantarkan karirnya melesat sebagai Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (OR PP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Ditemui di ruang kerjanya di Kawasan BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Puji bercerita kisah hidupnya semasa kecil yang hidup serba sederhana. Lasem sebenarnya merupakan daerah cadas, sehingga kurang cocok untuk lahan sawah. Suatu hari, Puji yang saat itu masih duduk di tingkat sekolah dasar sedang menanam ubi. Di tengah-tengah keasikannya, ia melihat sosok wanita dewasa berpakaian rapi melintas di depannya, yang kemudian diketahui Puji adalah seorang insinyur. Sejak itu, Puji menanamkan cita-cita dalam hati, kelak, saya akan menjadi seorang insinyur!
ADVERTISEMENT
Cita-cita itulah yang menuntunnya menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB). Langkahnya sempat berderai air mata. Saat para mahasiswa diminta untuk memilih 4 dari 5 jurusan yang akan diambil pada Tingkat 2, Puji diterima di jurusan Ilmu Tanah-pilihan terakhir, dan bukan jurusan favorit mahasiswa kala itu.
Namun, tak selamanya kekecewaan berbuah penyesalan. Puji malah meraih nilai terbaik dari jurusan yang didominasi oleh kaum lelaki ini.
Di tengah perjuangan Puji meraih cita-cita, cobaan terberat menerpanya. Sang ayah, orangtua yang selalu memberinya motivasi, harus kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa.
Pada titik kegamangan, Puji dipertemukan dengan orang baik. Iswandi Annas, salah satu dosen IPB yang mendukung Puji untuk menjadi ‘orang’ yang berguna bagi bangsa. Pak Iswandi membekali buku-buku kuliah yang diperlukan Puji hingga lulus. Beliau pula yang mengarahkan Puji agar melamar pekerjaan di Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan), Cimanggu. Wanita kelahiran 51 tahun silam ini pun diterima dengan status pegawai honorer pada tahun 1994.
ADVERTISEMENT
Ketekunan dan Keberuntungan Karir sebagai Peneliti
Berselang dua tahun kemudian, Puji diberi kesempatan oleh instansi tempatnya bekerja untuk melanjutkan studi pascasarjana. Ketekunan Puji yang meski berstatus honorer, membuka jalannya untuk menempuh program studi Bioteknologi IPB melalui program beasiswa.
‘Dewi Fortuna’ rupanya begitu berpihak pada wanita berkacamata ini. Ditengah-tengah menyelesaikan studi, Puji mengikuti tes seleksi CPNS pada tahun 1997, kemudian diterima sebagai CPNS Kementan pada tahun 1998, dan berstatus PNS pada tahun 1999. Karirnya sebagai peneliti pun dimulai.
Mengecap gelar S2 pada tahun 2000, Puji melanjutkan studi doktoral di Seoul National University, Korea Selatan. Di Negeri Gingseng ini, Puji mengaku banyak belajar mengenai life science, khususnya agronomi, termasuk mempelajari biologi molekuler. Meraih gelar Doktor pada tahun 2005 dilanjutkan post-doctoral, Puji banyak belajar arti kerja keras, fokus, dan kompetisi dalam dunia penelitian.
ADVERTISEMENT
Meniti karir di Balai Besar Biogen Kementan sejak tahun 1994 hingga 2020, Pakar Bioteknologi Pertanian ini diberi amanah untuk sejumlah penugasan nasional dan internasional, di antaranya sebagai Koordinator Pusat Genom Pertanian Indonesia, Anggota Standing Committee of Funding Strategy and Resources Mobilization-International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture/Food And Agriculture Organization (FAO), dan Anggota Delegasi Indonesia di 10th Meeting International Technical Working Group on PGRFA.
Puji juga aktif di forum ilmiah nasional dan internasional, menjadi editor pada sejumlah jurnal ilmiah dan buku, antara lain editor buku Panduan Cepat Keamanan Pekerja di Laboratorium Biologi Molekuler. Puji juga telah menelurkan 155 Karya Tulis Ilmiah (KTI), baik ditulis sendiri ataupun bersama penulis lainnya. Karyanya tercatat dalam indeksasi Scopus mencapai 11 indeks, serta Google Scholar mencapai 17 indeks.
ADVERTISEMENT
Wanita berkulit sawo matang ini meraih jabatan fungsional tertinggi sebagai Ahli Peneliti Utama pada tahun 2019. Ia juga memiliki pengalaman sebagai peneliti di Balai Besar Padi Kementan pada tahun 2020 hingga 2022. Pada bulan Maret 2022, Puji dilantik sebagai Kepala OR PP BRIN.
Dua Prioritas Riset, Hasilkan Bibit Unggul dan Teknologi Tepat Guna
Menyatukan visi dan misi yang sama di antara 1200 peneliti OR PP BRIN menjadi tantangan bagi Puji saat ini. Menurutnya, riset dan inovasi akan sulit dicapai tanpa kolaborasi. Kepakaran sangat melimpah karena peneliti telah disatukan dalam satu entitas-BRIN.
Dua Rumah Program diusung oleh OR yang dipimpinnya, yaitu Rumah Program Bibit Unggul dan Teknologi Pendukungnya; serta Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Proses.
Galur mutan harapan sorgum yang merupakan hasil perbaikan dari varietas sebelumnya yakni Pahat, ditanam di lahan percobaan Kementerian Pertanian, Citayam, Kabupaten Bogor (sumber foto: BRIN).
Kedua Rumah Program ini tentu mengarah pada ketahanan dan kedaulatan pangan. Hasil riset dan inovasi komoditas diharapkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan 273 juta jiwa penduduk Indonesia, tapi juga kualitas yang meningkatkan nilai tambah.
ADVERTISEMENT
Pada Rumah Program Bibit Unggul dan Teknologi Pendukung, OR PP ditargetkan menghasilkan varietas unggul tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk pemuliaan ternak unggul dan pakan ternak. Varietas unggul yang dihasilkan diharapkan dapat menjawab tantangan iklim global saat ini, yakni varietas yang produktivitas tinggi, adaptif, tahan cekaman biotik dan abiotik.
Sebagai negara dengan surga genetika dan kondisi alam lokal yang bervariasi, keanekaragaman pangan sangat mungkin dilakukan. Fokus terdekat adalah mendukung program Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam pemenuhan kebutuhan pangan, yaitu padi, jagung, dan kedelai (pajali).
Riset dan inovasi untuk menghasilkan komoditas pangan dengan produktivitas tinggi tentu dibarengi dengan kualitas yang baik. Biofortifikasi, salah satu upaya di bidang pertanian untuk meningkatkan kandungan gizi pangan, yang merupakan salah satu faktor penting dalam ketahanan pangan nasional.
ADVERTISEMENT
Di bidang hortikultura, targetnya antara lain menghasilkan riset dan inovasi cabai, bawang merah, dan bawang putih, sedangkan bidang perkebunan menghasilkan riset dan inovasi kakao dan kopi yang berdaya saing, sehingga meningkatkan ekspor dan juga substitusi impor.
Indonesia juga memiliki sumber daya genetik lokal di bidang peternakan. Target riset dan inovasinya antara lain menghasilkan ternak unggul ruminansia besar seperti sapi, dan ruminansia kecil seperti kambing, yang tahan penyakit dan mampu memenuhi produksi daging dan susu. Selain itu, ada juga riset terkait unggas seperti ayam dan itik.
Selain untuk pemenuhan dalam negeri, riset dan inovasi juga diarahkan pada formula pakan dan suplemen ternak. Pengembangan vaksin ternak juga dilakukan, berkolaborasi dengan OR Kesehatan BRIN.
ADVERTISEMENT
Dalam rantai proses produksi hingga sampai ke tangan konsumen, 30 persen komoditas pangan hilang (sub food loss). Permasalahan ini juga menjadi perhatian OR PP BRIN dalam melakukan riset dan inovasi memperpanjang umur simpan pangan. Rumah Program Bibit Unggul perlu didukung dengan pendekatan Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), untuk menerapkan manajemen pertanian yang presisi.
Sementara itu, Rumah Program TTG dan Proses diarahkan untuk mewujudkan teknologi industri 4.0. Paket teknologi yang dihasilkan diharapkan dapat terintegrasi, mulai dari pra panen, pasca panen, termasuk pengolahan limbah, serta memperhatikan sisi ergonomis.
Teknologi yang dihasilkan juga diharapkan mampu mendukung proses pengewetan, pengolahan, hingga pengemasan komoditas. Salah satu fokus risetnya adalah riset produk halal dan pangan fungsional, untuk mendukung Ekosistem Halal di Indonesia, serta pencegahan stunting. Teknologi-teknologi yang dihasilkan diharapkan bisa diadopsi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan industri.
ADVERTISEMENT
Penelitian terkait sorgum dan gandum sebagai alternatif pangan juga dilakukan untuk menjawab isu terkini, selain juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan bioetanol.
Mendorong Riset yang Science and Impact Recognition
Cita-cita Puji, wong deso yang ingin menjadi seorang insinyur memang tidak kesampaian. Namun, berkarir sebagai peneliti meneguhkan tekadnya untuk memajukan pertanian dan pangan Indonesia. Menurutnya, hal ini tentu dapat dicapai dengan adanya kolaborasi antara peneliti, universitas, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan industri yang menaungi petani Indonesia.
Riset dan inovasi menjadi bagian dari penopang untuk menjawab tantangan iklim global. Tapi lebih dari itu, bagi Puji, tantangan riset dan inovasi terbesar adalah diri sendiri. 75 persen keberhasilan riset dan inovasi terletak pada SDM risetnya itu sendiri. Ia akui, belum banyak publikasi internasional yang dihasilkan peneliti bidang pertanian dan pangan, bahkan jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Puji mendorong para peneliti di OR PP BRIN untuk lebih meningkatkan karya melalui jurnal dan prosiding, baik di tingkat nasional maupun global, yang berarti hasil penelitian mereka diakui secara saintifik (science recognition).
Dengan dukungan fasilitas riset yang terus dibenahi, ekosistem riset yang menuntut kolaborasi dan jejaring dalam memperoleh pendanaan, dukungan kebijakan dan industri, Puji yakin hasil riset dan inovasi bidang pertanian dan pangan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (impact recognition), serta mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan.