Konten dari Pengguna

Pembuatan Parfum Lebih Efisien dan Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Katalis

Yusti Atika
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Andalas
16 Oktober 2024 16:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusti Atika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Parfum adalah suatu hal yang tidak asing lagi bagi kita bukan? Parfum sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, tahukah kamu bagaimana proses pembuatan parfum tersebut? Mari kita bahas berikut ini.
ADVERTISEMENT
Parfum dapat diartikan sebagai sediaan cair atau preparate yang memiliki bau wangi dan menyenangkan. Parfum sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dengan berbagai macam aroma yang disukai sejak dahulu baik yang berasal dari bahan alami maupun sintetis. Pada zaman dahulu, orang membuat parfum dari bahan alami seperti bunga mawar, melati, lavender, kayu, akar bahkan getah tanaman dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan parfum. Saat ini, pembuatan parfum sudah sangat berkembang dan sebagian besar dibuat dari bahan sintesis. Pembuatan parfum dari bahan sintesis memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah lebih tahan lama, lebih mudah diproduksi dalam skala industry, aromanya pekat dan kualitas yang konsisten.
Produk industri parfum (Dinda Agita Dewi, 2024)
Dari tahun ke tahun, kebutuhan akan parfum semakin meningkat di dunia bahkan di Indonesia sendiri. Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai data ekspor dan impor dari minyak atsiri, resinoida, preparate wewangian dan kosmetika Indonesia menunjukkan bahwa ekspor Indonesia lebih banyak dibangdingkan impor. Tetapi, harga barang yang diimpor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor. Hal ini merupakan situasi ketidakseimbangan dalam hal ekspor dan impor wewangian. Hal ini terjadi karena Indonesia mengekspor bahan baku/ bahan mentah yang harganya lebih rendah dibandingkan bahan jadi. Sedangkan Nilai jual barang jadi lebih tinggi dibandingkan bahan mentah/ bahan baku. Sehingga, perlu dilakukan Upaya untuk meningkatkan kemampuan produksi bahan jadi di Indonesia sehingga dapat menurunkan kebutuhan Indonesia akan bahan Impor.
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan produksi bahan jadi adalah sintesis senyawa-senyawa bahan dasar parfum dan menggunakan katalis dalam prosesnya. Penggunaan katalis dalam produksi memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatkan kecepatan reaksi, menghemat energi, mengurangi limbah dan meningkatkan kualitas produk. Katalis dapat mempercepat reaksi dengan menurunkan enegi aktivasinya sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Katalis juga memiliki sifat selektivitas yaitu dapat mengarahkan reaksi untuk meningkatkan jumlah produk dan mengurangi jumlah produk sampingan sehingga limbah yang dihasilkan dapat berkurang.
Katalis yang dapat digunakan dalam industri parfum berupa katalis homogen dan heterogen. Katalis homogen merupakan katalis yang memiliki fasa yang sama dengan reaktannya, biasanya dalam bentuk larutan. Sedangkan katalis heterogen memiliki fasa yang berbeda dengan reaktan, biasanya berupaa padatan yang berfungsi dalam reaksi gas atau cair. Katalis homogen dan heterogen memiliki kelebihan masing-masing. Katalis homogen memiliki kelebihan dapat tercampur dengan sempurna dalam campuran reaksi, selektivitas tinggi dan mudah dimodifikasi. Sedangkan kelebihan katalis heterogen adalah mudah dipisahkan dari campuran produk dan stabilitasnya tinggi. Contoh katalis homogen adalah asam sulfat, asam para-toluensulfonat dan contoh katalis heterogen adalah zeolit beta dan aluminosilikat.
Proses pembuatan parfum (Ginartun, 2024)
Proses pembuatan parfum melibatkan berbagai reaksi kimia yang kompleks untuk menghasilkan senyawa aromatik yang kita inginkan. Reaksi utama yang terjadi dalam proses pembuatan parfum adalah:
ADVERTISEMENT
1. Reaksi Asetilasi
Reaksi asetilasi merupakan proses pembentukan gugus asetil dimana gugus hidroksil (-OH) pada senyawa organik diubah menjadi gugus asetil. Pada proses asetilasi ini dapat digunakan katalis homogen maupun heterogen. Penggunaan jenis katalis tergantung pada sifat senyawa yang akan disintesis, kondisi reaksi, efisiensi dan keberlanjutan proses produksi parfum. Dilansir dari Lin dkk (2011) dalam penelitiannya mengenai pembuatan frunkton yang merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan untuk membuat parfum beraroma apel, apricot dan jeruk (citrus) menggunakan katalis asam. Dengan adanya katalis asam produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan cara menggeser reaksi kearah produk. Dimana dalam pembuatannya, air (hasil samping frunkton) dipisahkan dari campuran reaksi sehingga produk yang dihasilkan meningkat.
ADVERTISEMENT
2. Reaksi Epoksidasi
Reaksi Epoksidasi merupakan proses pembentukan epoksida dimana ikatan rangkap dirubah menjadi epoksida yang merupakan senyawa yang lebih reaktif. Reaksi ini merupakan reaksi penting untuk memodifikasi struktur dasar senyawa aromatik.
3. Reaksi Hidroksilasi
Reaksi hidroksilasi merupakan reaksi penambahan gugus hidroksil pada senyawa organik. Proses ini dilakukan setelah reaksi epoksidasi untuk meningkatkan sifat reaktif senyawa.
4. Reaksi Kondensasi
Reaksi kondensasi merupakan reaksi pemebentukan ikatan C-C antara dua ester atau antara ester dan keton. Reaksi kondensasi ini digunakan untuk membentuk strultur kompleks dalam senyawa parfum.
5. Formulasi Parfum
Setelah semua reaksi kimia dilakukan, senyawa aromatik dicampur dengan pelarut (etanol) dan zat pengikat(contohnya minyak nilam) untuk membentuk parfum akhir. Proses ini melibatkan homogenisasi campuran agar aroma parfum bertahan lama.
ADVERTISEMENT
Dalam industri parfum, katalis memiliki peran penting dalam proses pembuatannya. Dengan adanya katalis memungkinkan proses sintesis parfum belangsung lebih cepat dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit sehinga meningkatkan efisiensi produk. Kualitas produk akhir yang dihasilkan juga lebih berkuliatas karena lebih murni dan stabil. Selain itu, dengan adanya katalis limbah dan emisi yang dihasilkan dari proses produksi lebih sedikit sehingga dapat menjadikan proses sintesinya lebih ramah lingkungan.