Belajar dari Abraham Lincoln

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
12 Desember 2017 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Abraham Lincoln (Foto: pixabay/matthewmorris)
zoom-in-whitePerbesar
Abraham Lincoln (Foto: pixabay/matthewmorris)
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah memenangi pemilihan Presiden Amerika tahun 1860, Abraham Lincoln mengundang beberapa orang yang dianggap berpotensi menjadi anggota kabinet.
ADVERTISEMENT
Melihat salah satu yang dipanggil adalah Salmon P. Chase, lawan Lincoln saat berebut nomine calon presiden dari Partai Republik, seorang pendukung Lincoln kaget, ‘’Saya harap Anda tidak memberi dia posisi di kabinet.’’
Lincoln santai menjawab dengan pertanyaan, ‘’Mengapa Anda mengatakan itu?’’
‘’Karena orang itu menganggap ia lebih hebat, lebih pantas, lebih punya kualitas ketimbang Anda untuk menjadi presiden,’’ jawab pendukung Lincoln.
Sejarah memang mencatat bagaimana Salmon P. Chase yang kemudian ditunjuk menjadi Menteri Keuangan di bawah kepresidenan Lincoln tak pernah memadamkan ambisinya untuk menjadi presiden.
Dari dalam kabinet ia berulang kali mengritik kebijakan Lincoln secara terbuka. Beberapa kali menyebabkan krisis dan ancaman perpecahan pemerintahan. Namun ia juga bekerja habis-habisan, disamping untuk membantu presiden menjalankan roda pemerintahan, tujuan lainnya adalah untuk membuktikan ia lebih berkemampuan dibanding sang presiden.
ADVERTISEMENT
Lincoln tidak pernah berkeberatan dengan orang semacam Chase. Itu sebab ia menjawab pertanyaan pendukungnya dengan mengatakan, ‘’Anda kenal orang lain di negeri ini yang berpikiran serupa dengan Tuan Chase. Kalau ada, saya ingin memasukkan mereka semua di kabinet.’’
Bagi Lincoln yang penting adalah apakah yang bersangkutan bisa membantu mewujudkan visinya. Ia tak terlalu peduli dengan penilaian yang bersangkutan terhadap dirinya. Kalaupun yang bersangkutan merasa lebih mampu dari Lincoln, Lincoln akan semakin senang, karena yang bersangkutan pasti akan bekerja mati-matian untuk membuktikan.
Disamping Chase, dua pesaing utama saat berebut nomine calon presiden dari Partai Republik, William H. Seward dan Edward Bates, juga masuk ke dalam kabinet.
Kesemua tanpa kecuali merasa lebih pantas menjadi presiden ketimbang Lincoln. Seward yang akhirnya menjadi salah satu sekondan paling dipercaya dan paling setia, sempat menyebut nominasi Lincoln dan bukan dirinya sebagai presiden dari Partai Republik adalah kecelakaan sejarah.
ADVERTISEMENT
Apalah memang Abraham Lincoln ini dibanding sekian politisi kawakan tingkat nasional Amerika saat itu.
Datang dari keluarga yang sangat miskin, Abraham Lincoln pernah menjadi buruh kasar untuk menyambung hidup sambil otodidak mendidik diri menjadi pengacara.
Ia terpaksa harus menghafal kitab-kitab hukum yang ia pinjam karena tak mampu untuk memiliki. Beruntung otaknya encer. Terbukti ia juga mampu menghafal buku-buku sastra terutama karya Shakespeare yang menjadi kegemarannya dan mengingat ratusan anekdot disepanjang perjalanan hidupnya.
Pengalaman hidup di daerah frontier (garis depan pemekaran ‘’peradaban’’ Amerika) yang keras dan minim fasilitas menempanya untuk bisa berempati dan memahami kehidupan rakyat kecil.
Lincoln kemudian menjadi pengacara sukses dan sempat menjadi anggota DPR negara bagian Illinois.
Namun mobilitas vertikal yang ia alami tak pernah bisa menanggalkan gaya hidup yang sederhana, apa adanya, rendah hati, pun gerak gerik dan cara berpakaiannya yang kikuk.
ADVERTISEMENT
Ketika ia datang ke Konvensi Partai Republik tahun 1860 di Chicago, pesaingnya mentertawakan. Memandang rendah. Orang dusun, pengacara urusan padang rumput karenanya pengacara kelas dua, kurang beradab, tidak cukup paham politik, dan tidak punya kapasitas untuk memimpin, begitu kira-kira penilaian mereka.
Bukannya melawan hinaan itu, Lincoln dan pendukungnya malah semakin membenarkan penilaian itu ketika menggunakan julukan the rail splitter (pembelah kayu rel kereta api).
Tetapi dibalik yang sepertinya membenarkan penghinaan itu adalah sebuah langkah yang jenius. Lincoln memang pernah bekerja sebagai pembelah kayu rel kereta api. Dan julukan itu mengukuhkan Lincoln sebagai wakil mayoritas rakyat Amerika yang pekerja kasar.
Julukan itu menyamarkan potensi ancaman Lincoln bagi pesaing-pesaing yang terlanjur memandang rendah.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak bisa melihat dengan jernih bagaimana penguasaan dan pemahaman Lincoln atas persoalan yang sedang dihadapi Amerika jauh di atas rata-rata.
Mereka tidak bisa melihat dengan jernih kemampuan Lincoln berpidato dan menyampaikan pendapat yang sangat mudah diterima oleh umum karena ia memang berasal dari rakyat kebanyakan.
Singkat cerita dunia perpolitikan Amerika goyah ketika ia memenangi Konvensi Partai Republik. Gerak politik Lincoln seperti bola salju yang terus membesar dan terbukti ia kemudian memenangi kursi kepresidenan Amerika.
Sebentar saja ia berkuasa. Empat tahun. Maret 1861 hingga April 1865. Ia baru satu bulan dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya ketika tewas dibunuh.
Namun yang hanya empat tahun itu, ia menggoreskan catatan yang menjadi arah bagi Amerika modern.
ADVERTISEMENT
Ia memenangi Perang Sipil dan menjaga keutuhan Amerika yang sebelumnya terbelah dua. Dan dengan memenangi Perang Sipil ia meletakkan dasar kesatuan dan nasionalisme yang kemudian dilanjutkan oleh presiden-presiden berikutnya hingga sekarang.
Ia memproklamirkan Proklamasi Emansipasi yang praktis merupakan dasar penghapusan perbudakan di Amerika. Bukan sekadar menghapus perbudakan tetapi mempraktekkan kesamaan hak bagi semua warga Amerika terlepas latar belakangnya seperti yang dimimpikan para pendirinya.
Kisah hidup Lincoln mengajarkan tentang hasil yang tak pernah mengkhianati kerja keras berdasar keyakinan. Tentang meritokrasi. Serendah apapun awal bermula.
Kisah hidup Lincoln mengajarkan tentang sikap untuk tidak memandang rendah siapapun dan bersedia merangkul lawan dan kawan untuk mewujudkan visi.
Kisah hidup Lincoln mengajarkan, betapa yang penting bukan persoalan lamanya berkuasa, tetapi apa yang dikerjakan selama berkuasa.
ADVERTISEMENT