Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kantor
31 Agustus 2020 9:34 WIB
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sebenarnya fungsi-guna kantor? Mengapa kantor selalu ada dalam kegiatan bekerja manusia (modern)? Benarkah kantor adalah semata tempat untuk bekerja? Diperlukankah pelembagaan wadah fisik agar manusia bisa bekerja?
ADVERTISEMENT
Kantor pada awalnya—kalau merujuk pada padanan katanya dalam bahasa Inggris yang mulai populer di abad pertengahan: office—berarti tempat transaksi dilakukan. Akar katanya berasal dari bahasa Latin zaman Romawi, officium yang berarti biro pencatatan/administrasi.
Kata kantor sendiri diserap dari bahasa Belanda kantoor yang menyerap dari bahasa Prancis, comptoir. Artinya hampir sama dengan office, ruangan tempat untuk bekerja.
Evolusi pemaknaan terus terjadi hingga ke zaman modern, kantor-kantoor-comptoir-office adalah tempat ketika segala sesuatu yang terkait dengan transaksi, pencatatan, dan tempat segala kegiatan yang terkait dilakukan. Lalu menjadi seperti yang sekarang ini: Tempat-gedung untuk bekerja, tempat untuk mengurus pekerjaan, lengkap dari persoalan administrasi hingga ke organisasinya.
Di zaman modern, secara kultural kantor juga mengalami pergeseran makna. Walau adanya bangunan tetap mutlak dan sentral, pun juga fungsi dan gunanya, tetapi dalam pikiran kantor juga adalah sebuah batas dan waktu imajiner yang memisahkan manusia dari kehidupan kerja dan non-kerja.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan rumah yang diasosiasikan sebagai tempat yang nyaman, intim, dan pribadi, kantor diasosiasikan sebagai sesuatu yang non-personal, fungsional, dan non-emosional.
Kantor adalah tempat ketika seseorang bermetamorfosa dari individu sosial menjadi individu profesional. Tempat individu diukur bukan dalam kemampuannya berfungsi dalam masyarakat-keluarga-pertemanan tetapi bisakah yang bersangkutan menjalankan tugas spesifik yang dibebankan.
Untuk waktu yang begitu lama, katakanlah sepanjang abad 20, arti kantor semacam di atas diterima begitu saja. Sebuah kebenaran yang tak perlu dipertanyakan. Ideal.
Namun kita tahu, di abad 21 perkembangan mutakhir teknologi komunikasi dan internet bukan sekadar mempertanyakan dan menggugat paradigma kantor yang semacam itu, tetapi melakukan disrupsi.
Muncul istilah-istilah seperti remote working, gig economy, work from home, dan banyak lagi. Semua pada dasarnya melihat kantor obsolete sebagai sebuah tempat bekerja. Dan pertanyaan di awal tulisan ini berulangkali muncul di benak—mengekor disrupsi yang telah dilakukan lewat perkembangan teknologi komunikasi dan internet—setelah persis enam bulan ini saya tak lagi pergi ke kantor untuk bekerja gara-gara COVID-19.
ADVERTISEMENT
Saya masih bekerja dan digaji. Hanya saja semua pekerjaan yang biasanya dilakukan kantor, kini total dikerjakan dari rumah.
Tak ada pemisahan dari yang nyaman, intim, dan pribadi, dengan yang non-personal, fungsional, dan non-emosional. Kantor adalah rumah dan rumah adalah kantor.
Tak ada metamorfosa dari individu sosial menjadi individu profesional. Dengan bekerja di rumah, saya adalah keduanya dalam waktu yang bersamaan.
Betul, batasan waktu bekerja menjadi kacau balau. Kedisiplinan pembatas di rumah untuk keluarga dan di kantor untuk bekerja, hilang tumpang tindih tak terjaga.
Bekerja bisa jadi dimulai pagi-pagi sekali sebelum jam kerja kantor biasanya dimulai dan berakhir larut malam jauh setelah jam kerja kantor semestinya usai.
Hari libur menjadi mungkin libur bukan pasti libur. Dalam pengertian kalau ada hal yang harus diselesaikan ada ekspektasi dari semua orang bahwa kita akan menyelesaikan hari itu juga. Ada pembagian khayal antara kantor dan rumah yang hilang. Menyebabkan pekerjaan tidak harus diselesaikan terkait dengan jam dan hari kantor, tetapi seketika.
ADVERTISEMENT
Sungguh ini semua menjengkelkan.
Tetapi efektivitas bekerja yang saya rasakan juga memuaskan. Lebih banyak pekerjaan selesai dan saya merasa produktivitas meningkat. Tak banyak waktu terbuang untuk perjalanan pergi-pulang kantor. Basa-basi berkurang. Dan kita bisa memulai pekerjaan tanpa harus repot berbenah diri, praktis bangun tidur langsung bisa bekerja.
Di sela-sela pekerjaan kantor saya juga masih bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah kalau memang diperlukan. Terlagi ketika jadwal tidak padat, saya bisa melakukan hal-hal yang menjadi ketertarikan tanpa sungkan dibekap rasa harus terkesan bekerja seperti ketika di kantor.
Bercermin pada pengalaman selama enam bulan belakangan, saya tak mempunyai keberatan dengan yang seperti itu. Saya sangat senang bisa bekerja dari rumah. Saya tak melihat diperlukannya kantor untuk agar bisa bekerja.
ADVERTISEMENT
Hanya saja belakangan ini saya tak bisa menipu perasaan yang muncul di hati, saya sangat kangen sekali untuk ngantor. Buat apa coba? Saya tak bisa menjelaskan.