Konten dari Pengguna

Money dan Uang

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
7 Desember 2020 9:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan.
ADVERTISEMENT
Orang berbahasa Inggris—atau lebih tepatnya mereka yang belajar etimologi bahasa Inggris—paham betul arti kata money (uang) sebenarnya. Money artinya adalah peringatan, bahaya, ancaman. Memiliki, memegang, mengejar money karenanya adalah berakrab-akrab dengan peringatan, bahaya, dan ancaman tadi.
ADVERTISEMENT
Belakangan arti yang demikian terdorong ke belakang menjadi samar-samar dan hanya menjadi pemahaman simbolik-filosofis, tergantikan oleh pemahaman teknis. Lalu kemudian hilang sama sekali. Ia—money, uang— sekarang sekadar diartikan sebagai alat/konsep substitusi nilai yang fungsi utamanya untuk transaksi jual beli.
Hubungan antara uang dengan peringatan, bahaya, dan ancaman sebenarnya agak menggelikan dan tidak sengaja.
Money berasal dari kata monere, kata bahasa Latin yang berarti peringatan. Monere juga menurunkan kata monster, peringatan akan keberadaan makhluk-makhluk yang tidak normal, tidak natural, dan tidak lazim. Masih dalam akar kata yang sama muncul kata pre-monition (premonisi), peringatan akan kemungkinan terjadinya sesuatu di kemudian (firasat).
Bangsa Romawi sekitar 400 tahun sebelum Masehi memelihara angsa di beberapa perbukitan yang mengelilingi kota Roma. Salah satunya di bukit Capitoline. Jenis unggas yang super sensitif dan suka ribut itu digunakan sebagai alarm tanda bahaya kalau musuh menyerang atau munculnya binatang buas dan tidak lazim (termasuk yang dianggap supranatural).
ADVERTISEMENT
Angsa terbukti berguna ketika Roma diserbu oleh orang Galia pada tahun 380 SM. Ributnya angsa karena kedatangan mereka yang tidak dikenal itu membuat Roma waspada dan berhasil mematahkan serbuan.
Sebagai ungkapan rasa terima kasih, kemudian didirikanlah kuil yang didedikasikan—entah kenapa bukan kepada angsa-angsa itu—kepada dewi pelindung bangsa Romawi, Juno. Bersama Jupiter dan Minerva, Juno adalah dewa trinitas pujaan Romawi. Dan nama Juno di kuil itu menjadi Juno Moneta (si pemberi peringatan).
Konon di sebelah kuil itu pada zamannya berdiri gedung yang memproduksi semua uang yang beredar di Romawi. Gedung itu mendapatkan namanya dari kuil yang ada di sebelahnya, Moneta. Orang Romawi kemudian menyebut barang (uang) yang dibuat di Moneta seperti nama gedungnya, moneta.
ADVERTISEMENT
Moneta bergerak ke utara dan diserap bahasa Prancis dengan menanggalkan huruf t menjadi monnaie. Bergerak lebih ke utara lagi diserap bahasa Inggris menjadi money.
Di Indonesia kata uang (atau duit) jauh dari makna peringatan, bahaya, dan ancaman. Bahkan susah untuk sekadar menemukan rujukan asal mula kata uang.
Ada yang mengatakan asal katanya daluwang, bahasa Jawa kuno yang berarti kertas yang terbuat dari serat kulit pohon. Tetapi ini sangat diragukan kebenarannya karena penggunaan bahan kertas sebagai bahan pembuatan uang adalah temuan (teknologi) yang relatif baru. Sementara penggunaan uang di Indonesia, setidaknya di Jawa, sudah ada sejak sekitar 500 tahun sesudah Masehi dengan bahan dasar tembaga.
Kata uang seperti secara ajaib muncul begitu saja. Dan tiba-tiba populer penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Lebih mudah untuk menemukan akar kata padanan untuk uang, duit.
Duit merupakan kata serapan thveit, dari bahasa bangsa Nordik (skandinavia) yang bermigrasi ke wilayah Jerman dan Belanda yang berarti kepingan. Thveit digunakan untuk menyebut koin perak yang menjadi salah satu alat transaksi pada zamannya, sekitar abad 14/15.
Belanda kemudian mengadopsi kata duit untuk menyebut pecahan terkecil mata uangnya, sedang terbesarnya adalah gulden. Dan tentu saja Belanda memperkenalkan mata uangnya ke negara jajahan termasuk Indonesia.
Tetapi mengapa duit yang merupakan sub-unit terkecil mata uang Belanda ini dikemudian hari tidak dikenal sebagai penyebutan mata uang melainkan uang itu sendiri di Indonesia? Mengapa bukan gulden?
Beberapa pakar merasionalisasikan dengan mengatakan karena duit lebih populer ketimbang gulden di Indonesia. Duit lebih banyak dipegang oleh rakyat kebanyakan ketimbang kelas elite. Menurut para pakar tadi, hampir bisa dipastikan gaji atau upah kelas bawah—yang merupakan warga terbesar—dibayarkan dengan satuan duit ketimbang gulden.
ADVERTISEMENT
Lama kelamaan duit tidak lagi menjadi satuan terkecil dari sebuah mata uang tetapi menjadi sebutan untuk uang itu sendiri. Dan penyebutan itu terus berlanjut hingga Belanda hengkang dari Indonesia dan Rupiah mulai diperkenalkan sebagai mata uang.
Mengapa saya menulis soal etimologi kata uang baik yang berbahasa Inggris dan Indonesia ini?
Saya menerima pesan WhatsApp dari seorang teman yang memberi tahu kalau Menteri Sosial Juliari Batubara baru saja terkena OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK. Ini hanya beda beberapa hari dengan ditangkapnya Menteri KP Edhy Prabowo. Kasusnya sama-sama korupsi.
"Saya ingat ceritamu tentang etimologi kata money dan uang dulu," tulisnya lagi dalam pesan itu. "Aku khawatir bangsa kita ini tidak paham kalau uang itu peringatan, bahaya, dan ancaman."
ADVERTISEMENT
"Lha asal-usul kata uang saja kita ini ndak jelas. Bagaimana cara kita mau menyikapinya. Dulu Orde Lama kacau. Orde Baru remuk. Sekarang Reformasi enggak membawa perbaikan. Sekarang dua menteri itu. Persoalannya di uang semua itu."
"Mendingan kata resmi uang itu diganti menjadi duit saja. Uang menjadi kata tidak resmi. Dengan itu selalu mengingatkan bangsa ini akan penjajahan. Agar kita tidak dijajah oleh yang namanya duit."
Saya memparafrasa dan menyingkat pesan teman tadi. Karenanya pesan yang dikirimkan panjang lebar sepanjang tulisan ini sendiri.
Saya menjawab singkat saja, "Kesimpulanmu cocokologi, mencocok-cocokkan, tuk ginatuk. Di Inggris banyak juga kok kasus korupsi semacam ini. Hanya saja………………."
Lalu kami saling mengirim tanda tertawa.
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan.