news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perspektif Alternatif atas Marahnya Tere Liye

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
22 November 2017 11:06 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tere Liye (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tere Liye (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penulis Tere Liye marah karena banyak kata-kata dari buku-bukunya digunakan sebagai caption selfie para pengguna media sosial.
ADVERTISEMENT
Di status media sosial yang ia miliki, ia menulis satu seri keluhan untuk mengungkapkan hal ini. Intinya ia mengecam mereka yang menggunakan kata-kata bijak dan kata-kata baik dari bukunya untuk membenarkan tindakan-tindakan yang menurutnya tidak baik.
Ia khawatir kalau ini terus berlanjut maka:
"Hanya soal waktu, ada orang pacaran, ciuman di kolam renang, lantas dia posting foto ciuman tsb di instagram, dengan caption 'Inilah pilihan hidupku, dstnya, Tere Liye'. atau caption keterangan fotonya: 'Orang tidak akan mengerti apa yang akan kita pilih, dstnya, Tere Liye.
Saat itu terjadi. Saya ikut menanggung dosanya, tentu saja."
Saya tidak kenal, belum pernah bertemu, atau membaca buku karya Tere Liye. Tetapi yang saya dengar novelnya ada belasan dan menjadi salah satu penulis paling laris di Indonesia saat ini. Apapun, itu layak dihormati.
ADVERTISEMENT
Apakah ia layak dan berhak melarang penggunaan kata-katanya? Ini yang sulit. Apalagi yang bersangkutan mengakui ada atribusi yang jelas.
Saya melihat bahwa ketika orang banyak mengutip pernyataan atau perkataan seseorang, justru itu merupakan sebuah pengakuan kemapanan dari yang bersangkutan di bidangnya. Maestro.
Kutipan adalah juga bentuk perumusan tafsir. Ketika orang susah menafsirkan fenomena—juga fenomenon—kehidupan, selalu ada orang yang mampu menyederhanakan persoalan dan menulisnya juga dalam bentuk sederhana yang bisa dimengerti khalayak.
Kalau kata-kata Tere Liye banyak dikutip untuk menggambarkan banyak hal, ia bukan saja seorang penulis tetapi juga juru tafsir kehidupan. Setidaknya untuk para pengagumnya atau yang mengutip kata-katanya.
Apakah ia akan ikut menanggung dosa ketika kata-kata itu digunakan untuk hal yang tidak ia setujui? Ini pertanyaan yang tidak kalah sulit untuk menjawabnya.
ADVERTISEMENT
Dosa menurut siapa? Kalau dalam kaitan (agama dan) Tuhan, apakah sesederhana logika yang diajukan Tere Liye dalam kait mengait persoalan dosa itu?
Bukankah caption selfie seperti dikecam Tere Liye adalah pemerkosaan konteks dan karenanya ia tidak bisa dituntut pertanggungjawabannya? Baik dosa sosial atau dosa agama.
Buku Tere Liye (Foto: Facebook/Tere Liye)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Tere Liye (Foto: Facebook/Tere Liye)
Mungkin Tere Liye marah dengan kutipan-kutipan yang diperkosa konteksnya. Tetapi itulah pertanda ketika penulis sudah mempunyai penggemar dan pengagum yang setia.
Kemarahannya malah kemudian menjadi trending topic. Menjadi pembicaraan pertama di lingkungan pengagumnya sendiri tetapi dengan cepat melebar keluar. Hingga ke orang-orang seperti saya.
Dari segi marketing ini bagus sekali. Saya yang sebelumnya tidak mengenal sama sekali Tere Liye, jadi melihat akun media sosial Tere Liye. Tertarik untuk membaca satu dua bukunya. Membuka pasar baru.
ADVERTISEMENT
Kalau Tere Liye sedang tidak mengeluarkan buku baru, dan namanya tidak lagi menjadi perbincangan publik, maka trending topic ini mengingatkan orang akan keberadaannya. Dalam dunia yang serba cepat melupakan yang baru lewat, trending topic ini berguna.
Kalau ia sedang dalam proses mengeluarkan buku baru, ini sebuah gayung yang sedang disambutkan. Momentum untuk nanti ditunggangi.
Dengan mengeluhkan, marah, dan kemudian melarang penggunaan kata-katanya untuk dikutip sebagai caption selfie, ia memantik sebuah percakapan yang riuh di kalangan penggemarnya. Selebihnya algoritma keriuhan internet yang mengambil alih. Menjadikannya trending topic. Menyebar di luar orbit penggemarnya.
Sebuah genre marketing kekinian mungkin.