Konten dari Pengguna

Perubahan Sistem PPDB dan Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar

Yusuf Habibie Setyo Nugroho
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Negeri Jakarta
7 Juni 2024 13:42 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Habibie Setyo Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penerimaan Peserta Didik Baru atau yang disingkat dengan PPDB seperti yang kita ketahui, sudah sekian lama menggunakan model seleksi Calon Peserta Didik Baru (CPDB) secara online menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai parameter tunggal, dimana penerimaan CPDB di suatu sekolah baik SD, SMP, maupun SMA/SMK diurut berdasarkan tingginya nilai UN dan kemudian yang diterima adalah sejumlah kuota sekolah. Bila jumlah pendaftar ada 400 CPDB dan kuota atau daya tampung sekolah adalah 252 CPDB maka yang diterima adalah peringkat nilai 1 sampai dengan 252 dari nilai terbesar ke nilai terkecil.
ADVERTISEMENT
Dengan cara ini maka setiap siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya akan berjuang semaksimal mungkin untuk memperoleh nilai UN yang setinggi mungkin. Mata Pelajaran khusus atau mata pelajaran tertentu yang dipergunakan dalam sistem PPDB tingkat SD ke SMP adalah Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, sedangkan untuk tingkat SMP ke tingkat SMA/SMK (Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan) meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam sistem PPDB menggunakan dasar nilai UN (cara lama) maka siswa atau CPDB akan cenderung berfokus atau berkonsentrasi untuk memperoleh nilai mata pelajaran UN yang setinggi-tingginya. Berbagai cara kemudian ditempuh seperti mengikuti program bimbingan belajar (bimbel), les privat atau juga program pendalaman materi di sekolah. Sehingga apapun pilihannya maka siswa dan bahkan juga lembaga pendidikan formal dan non formal akan cenderung memotivasi siswa belajar materi UN dengan porsi dan konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan mata pelajaran di luar materi UN. Di sinilah letak kelemahannya. Motivasi belajar lebih terfokus kepada materi Pelajaran UN, dan kurang untk mata pelajaran lainnya. Dampak positif dari sistim nilai UN adalah adanya motivasi massal karena persaingan nilai terjadi secara terbuka untuk semua siswa. Nilai UN bisa dipergunakan sebagai barometer standar baku bagi evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar secara nasional.
ADVERTISEMENT
Sejak dihapuskannya UN pada tahun 2021 secara nasional maka PPDB tidak lagi menggunakan nilai UN sebagai cara seleksi, akan tetapi menggunakan rata-rata nilai rapot 5 semester terakhir. Untuk tingkat SD berarti menggunakan nilai rapot semester 1 dan 2 untuk kelas 4 dan kelas 5, ditambah nilai rapot kelas 6 semester 1.
Sedangkan untuk tingkat SMP menggunakan nilai rapot semester 1 dan 2 untuk kelas 7 dan kelas 8 serta nilai rapot semester 1 untuk kelas 9. Penggunaan nilai rapot sebagai dasar seleksi PPDB ini dikenal dengan istilah SIDANIRA (Sistem Pendataan Nilai Raport). Untuk tingkat SD dan SMP sistem SIDANIRA adalah sama, nilai SIDANIRA meliputi 5 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
ADVERTISEMENT
Di sini tampak bahwa baik untuk tingkat SD maupun tingkat SMP mengalami penambahan mata pelajaran yang nilainya akan dipergunakan dalam system PPDB. Penambahan jumlah mata pelajaran ini akan berdampak secara langsung terhadap motivasi dan tanggung jawab siswa dalam menyerap dan menguasai mata pelajaran dengan cakupan yang lebih banyak dan lebih luas. Sehingga mau tidak mau, tanggung jawab dan motivasi belajar harus dijaga sepanjang tahun, sepanjang waktu. Tidak semata-mata tergantung pada satu momen ujian sebagaimana dalam system PPDB menggunakan dasar nilai UN.
Kekurangan atau kelemahan dari sistem SIDANIRA adalah hilangnya standarisasi bobot soal di masing-masing sekolah, karena walaupun semuanya mengacu kepada kurikulum yang berlaku akan tetapi penilaian ulangan harian, ulangan atau penilaian tengah dan akhir semester antar sekolah di wilayah yang satu berbeda dengan wilayah yang lain, demikian juga antar propinsi yang satu dengan yang lain. Sedangkan kelebihan yang paling menonjol dari sistem SIDANIRA adalah tumbuhnya tanggung jawab yang lebih besar bagi siswa karena persiapan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi harus dimulai sejak dini atau sejak awal. Apabila tidak, maka risikonya adalah tidak bisa bersaing untuk mendapatkan sekolah impian yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Lebih daripada itu, penggunaan sistem SIDANIRA akan mendorong siswa untuk lebih banyak mengalokasikan waktu dalam menekuni pelajaran sekolah di sela-sela waktu bermain yang sudah sangat terpengaruh oleh berbagai godaan di era digital ini. Selanjutnya adalah tugas kita bersama sebagai orang tua, pendidik atau calon pendidik, juga sebagai kakak untuk turut berperan aktif membangun motivasi belajar generasi usia emas yang ada di sekitar kita.