Konten dari Pengguna

Revitalisasi Masjid Al-Mansur, Upaya Merawat Ingatan Sekaligus Menjaga Peradaban

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
9 Oktober 2021 10:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Revitalisasi Masjid Al-Mansur, Upaya Merawat Ingatan Sekaligus Menjaga Peradaban
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jujur, saya nangis haru sekaligus gembira saat mendapat kabar Masjid Jami Al-Mansur yang ada di Jembatan Lima akan direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kabar ini saya dapat langsung dari sahabat yang kini tengah dipercaya memimpin Kota Jakarta, Pak Anies Baswedan. Maka saat beliau mengabarkan akan ke lokasi pada Jumat, 9 Oktober 2021, saya membatalkan agenda yang sudah ada pada hari itu. Ini momen bersejarah yang tidak akan saya lupakan.
ADVERTISEMENT
Catatan sejarahnya masjid ini didirikan pada tahun 1717 oleh Abdul Mihit atau Abdul Mukhit, putra Pangeran Cakrajaya dari Kerajaan Mataram Islam. Awalnya Masjid ini bernama Masjid Jami Kampung Sawah sesuai dengan domisili keberadaannya yang kemudian berganti nama menjadi Masjid Jami Al-Mansur, mengambil nama dari gurunya orang betawi dan juga Indonesia, Muhammad Manshur bin Imma Abdul Hamid yang lebih dikenal dengan Guru Mansur, yang juga kakek buyut kami.
Lalu kenapa saya nangis?
Selain punya sejarah untuk Indonesia, masjid ini juga punya kenangan bagi saya. Karena masjid ini menjadi tempat saya bermain dan juga mengenal agama. Empat tiang utama yang ada di tengah masjid ini menjadi tempat saya mengaji setiap habis maghrib dengan pengeras suara yang dikeraskan ke luar sehingga suara saya bisa didengar banyak orang.
Begitu juga ruang marbot yang ada di sebelah kiri mimbar utama itu menjadi ruang kenangan bagi saya. Dulu itu tempat almarhum Haji Mamat, yang suara tahrimnya jelang subuh sangat merdu dan saya belum menemui tandingannya hingga saat ini. Di ruangan tersebut saya kerap ngobrol sehabis subuh dengan Pak Mamat, juga merapihkan lekar yang habis dipakai mengaji dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu memang banyak penambahan pada masjid ini. Tapi bagian utama masjid ini masih utuh. Dulu, undakan di bawah 4 tiang utama ada 3 ulir sesuai dengan desain-desain pada zaman itu. Akibat sering banjir kemudian diuruk, jadilah 2 ulirannya ilang. Kabar gembiranya revitalisasi masjid yang akan dilakukan akan mengembalikan 2 uliran yang tertutup tersebut sesuai dental keadaan aslinya.
Tapi kenangan pribadi saya dan keluarga akan masjid Jami Al-Mansur sangat kecil dibandingkan kenangan bangsa Indonesia akan masjid ini. Dulunya Masjid ini bukan saja berperan penting dalam kegiatan ibadah, namun juga menjadi tempat berlindung para pejuang kemerdekaan.Masjid ini pernah dijadikan markas para pejuang kemerdekaan.
Sejarawan Alwi Shihab menceritakan keberanian Guru Mansur di masjid ini. Saat itu beliau memasang bendera Merah-Putih di menara masjid. Padahal ia tahu perbuatannya tersebut akan mendapat reaksi keras dari pemerintah kolonial.
ADVERTISEMENT
Perbuatannya lantas diketahui oleh pasukan Belanda. Hingga terjadi baku tembak antara pejuang nacional tengan tentara NICA. yang kala itu masuk dari Pelabuhan Sunda Kelapa menuju daerah di batavia termasuk Sawah Lio pun tak terhindarkan. Akhirnya Guru Mansur dipanggil dan diadili oleh Belanda yang berujung penahanan.
Gak cuma berjuang secara fisik. Guru Mansur juga berjuang secara keilmuan. Setidaknya ada 19 kitab yang ditulis dan diajarkan langsung oleh Guru Mansur. Satu yang terkenal kitab Sullamun Nairain, kitab ilmu falak yang menjadi rujukan dan dipelajari di sebagian pesantren di Tanah Air, bahkan sampai di negara tetangga yang dijadikan rujukan melihat hilal untuk menentukan awal puasa, `Idul Fithri, dan 1 Dzulhijjah. Kitab Sullam An-Nayrain juga mendapat perhatian khusus dari para astronom modern untuk dipelajari.
Maka, revitalisasi yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta ini harus kita dukung. Sebagaimana dikatakan Pak Gubernur, revitalisasi ini bukan sekedar memperindah fisik bangunan. Lebih dari itu ini agar semangat perjuangan dan keilmuan Guru Mansur bisa terus terjaga ke setiap generasi.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi saya ingin berterima kasih kapad Pak Gubernur Anies Baswedan dan jajarannya serta juga para DKM Masjid Al-Mansur yang hingga saat ini tetap menjaga sekaligus melayani para penziarah. Insya Allah apa yang telah diusahakan dan dilakukan menjadi amal jariyah yang mendapat balasan berlipat ganda dari Allah swt. Harapan kami tentunya akan lahir Guru Mansur-Guru Mansur baru dari masjid ini nantinya.. amiinn.