Konten dari Pengguna

Keris 'Nogo Siluman' Pangeran Diponegoro Kembali ke Bumi Nusantara

Yusuf Muhammad
Indonesian Diplomat, Ministry of Foreign Affairs
7 September 2020 20:53 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Kisah di Balik Layar Diplomasi Total RI"
Penandatanganan Naskah Serah Terima Keris antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 3 Maret 2020 di Aula Nusantara KBRI Den Haag. Foto: KBRI Den Haag.
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan Naskah Serah Terima Keris antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 3 Maret 2020 di Aula Nusantara KBRI Den Haag. Foto: KBRI Den Haag.
Cerita ini diawali pada musim dingin di Belanda Februari 2019. Pagi itu, kami dipanggil menghadap Bapak Duta Besar, I Gusti Agung Wesaka Puja. Hati bertanya-tanya hal penting apakah yang akan dibicarakan sepagi ini. Tidak lama kemudian, Dubes Puja menyampaikan dengan nada rendah, dampingi saya ke museum Volkenkunde untuk melihat Keris Pusaka Pangeran Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Sontak terkejut mendengar perintah tersebut, terbayang kebesaran Pangeran Diponegoro dan kerisnya "Nogo Siluman" yang sudah ratusan tahun dicari dan menjadi perbincangan serta perburuan banyak orang di Indonesia. Selama perjalanan menuju kota Leiden yang berjarak kurang lebih 20 menit dari KBRI Den Haag, perasaan kami campur aduk, antara senang, bangga dan penasaran akan bentuk dari Keris Pusaka "Nogo Siluman" yang menjadi salah satu benda kramat Pangeran Diponegoro saat perjuangan melawan penjajah.
Begitu penting dan rahasianya misi ini, namun Dubes Puja tampak tenang dan tidak ada satu patah katapun yang terucap dari lisannya mengenai Keris Diponegoro. Kami hanya berbincang mengenai program dan kegiatan kantor sambil menikmati suasana musim dingin sepanjang jalan menuju kota Leiden. Tanpa terasa, kamipun tiba di museum Volkenkunde.
ADVERTISEMENT
Setibanya disana, kami langsung disambut oleh Kepala Kurator Museum dan dua orang Kurator salah satu museum terbesar di Belanda tersebut. Kamipun langsung diarahkan menuju ke sebuah tempat dengan protokol yang sangat ketat. Pertama kali masuk ke ruangan tersebut, perasaan kami semakin campur aduk antara haru dan penasaran. Ketika kami masuk ruangan, di sana sudah ada Kepala Museum yang menyambut dengan senyuman hangat.
Setelah perbincangan ringan, Kepala Museum meminta kepada stafnya untuk mengeluarkan beberapa keris yang sedang didalami sebagai Keris Diponegoro. Matapun langsung terbelalak terhadap satu keris yang sangat indah dan paling menonjol di antara keris lainnya. Dengan 11 lekukan dan balutan emas serta sisa-sisa torehan emas pada ekor naga terlihat sangat mempesona dan jelas bahwa keris itu memang bukan keris sembarangan.
ADVERTISEMENT
Kami menyaksikan bagaimana Dubes Puja sebagai sosok yang lahir di Bali dan sangat menjunjung tinggi adat dan budaya terlihat begitu kagum akan benda pusaka tersebut. Tidak kurang dari satu jam, dengan balutan sarung tangan, Keris Pusaka itu diteliti dan dikaji lekukan demi lekukan dengan seksama. Meskipun usianya sudah berabad-abad, siapapun yang melihat, pasti akan merasakan aura kuat yang terpancar dari Keris Pusaka tersebut.
Keris "Nogo Siluman" Pangeran Diponegoro. Foto: KBRI Den Haag
Setelah pertemuan di hari itu, penelitian lanjutan terus dilakukan. Pihak museum melakukan penelitian dari segi sejarah dan pengumpulan dokumen serta berbagai keterangan. Untuk menguatkan penelitian, pihak museum juga menghadirkan berbagai pakar Keris/Empu dari Indonesia. Koordinator Fungsi Pensosbud, KBRI Den Haag, Fery Iswandy dan kami sempat beberapa kali mendampingi Dubes Puja untuk melakukan pertemuan di sudut-sudut kota Leiden yang Indah. Pertemuan-pertemuan tersebut di luar belasan atau bahkan puluhan pertemuan terbatas lainnya yang Dubes Puja lakukan sendiri dengan berbagai kalangan di Belanda guna merealisasikan mimpi besar ini.
Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Akhirnya, keputusan penting yang ditunggu-tunggu itupun tiba. Tepatnya pada tanggal 3 Maret 2020, Penandatanganan Serah Terima Keris Diponegoro antara Indonesia dan Belanda diselenggarakan di Aula Nusantara KBRI Den Haag. Pihak Belanda diwakili oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Belanda, sementara dari pihak Indonesia diwakili oleh Duta Besar RI Den Haag serta disaksikan oleh Kementerian Luar Negeri dan Kepala Museum World Cultures. Serah terima keris juga disaksikan oleh wakil Kerajaan Belanda dan pihak Notaris.
ADVERTISEMENT
Dubes Puja bersama Tim Museum Volkenkunde. Foto: KBRI Den Haag
Kisah magis Keris Pusaka ini pun ternyata terus berlanjut. Setelah diserahterimakan, Keris dibawa langsung dengan didampingi oleh seorang kurator museum Volkenkunde ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Berdasarkan cerita Dubes Puja, mulai dari pemberangkatan di airport Schiphol di Belanda sampai di bandara Soekarno Hatta, Jakarta, perjalanan pemulangan Keris seperti tidak ada kendala dan begitu dimudahkan. Padahal menurut kebiasaan, secara logika Keris merupakan benda tajam dan biasanya petugas bandara akan dengan sangat ketat memeriksanya. Namun demikian, bagi Dubes Puja, pengalaman yang tak terlupakan dan cukup berat saat membawa pulang Keris tersebut adalah kekhawatiran Keris itu “menghilang” atau hilang dari tempatnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
"Saya tidak bisa tidur nyenyak selama perjalanan panjang Amsterdam-Jakarta. Sampai akhirnya bisa memastikan Keris masih berada di tempatnya setelah diserahterimakan. Sungguh pengalaman dan tugas yang langka bagi saya." Cerita Dubes Puja kala itu.
ADVERTISEMENT
Setibanya di tanah air, Keris Pusaka tersebut dibawa langsung ke Museum Nasional dan diserahterimakan secara langsung oleh Dubes Puja kepada Kepala Museum Nasional, Siswanto. Serah Terima keris kepada Kepala Museum Jakarta juga disaksikan oleh Dirjen Kebudayaan, Bapak Hilmar Farid dan Dubes Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijn, serta disaksikan oleh beberapa awak media.
Serah Terima Keris Pangeran Diponegoro, di Museum Nasional, Maret 2020.
"Hari ini merupakan momentum yang bersejarah dengan kembalinya Keris Pangeran Diponegoro sejak keluar dari tanah air kita 190 tahun lalu," ungkap Dubes Puja.
Dubes Puja Bersama Dirjen Kebudayaan, Bapak Hilmar Farid di Museum Nasional, Jakarta
Dengan kembalinya Keris Pusaka "Nogo Siluman", maka melengkapi sejumlah benda pusaka Pangeran Diponegoro yang telah dikembalikan pada tahun 1978, yaitu pelana kuda, payung kehormatan dan tombak, serta tongkat Kyai Cokro yang telah dikembalikan pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Memang Tuhan YME sudah mengatur ini semua. Perjalanan yang cukup berliku dan panjang ternyata mempunyai hikmah tersendiri. Pemulangan Keris Pangeran Diponegoro menjadi kado yang indah bagi bangsa Indonesia saat kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia pada tanggal 9-12 Maret 2020 setelah kunjungan terakhir 25 tahun silam. Kunjungan kenegaraan yang bersejarah ini terasa begitu bermakna dan lengkap dengan pemulangan Keris Pusaka tersebut. Kerispun sempat dipamerkan di Istana Bogor dan menjadi tema hangat antara Presiden Jokowi dan Raja Willem- Alexander saat keduanya melakukan pertemuan bilateral.
Presiden Joko Widodo dan Raja Belanda Willem-Alexander menyaksikan keris Pangeran Diponegoro di Istana Bogor. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo dan Raja Belanda Willem-Alexander berfoto di samping Keris Pangeran Diponegoro di Istana Bogor. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Kembalinya Keris Diponegoro ke pangkuan Ibu Pertiwi tentunya tidak terlepas dari bekerjanya diplomasi RI secara optimal. Tidak mengherankan atas berbagai capaian gemilang dan kerja sama yang sangat baik dalam peningkatan hubungan Indonesia-Belanda selama mengemban tugas sebagai Duta Besar RI, Raja Belanda Willem-Alexander memberikan penghargaan berupa Ridder Grootkruis in de Orde Van Oranje-Nassau yang merupakan penghargaan tertinggi dan bergengsi. Penyampaian penghargaan tersebut terasa sangat istimewa dikarenakan diberikan secara langsung oleh Raja Willem di Istana Raja tepat beberapa hari sebelum Dubes Puja kembali ke Indonesia.
Dubes Puja dan Istri setelah menerima Penghargaan Ridder Grootkruis in de Orde Van Oranje-Nassau dari Raja Willem-Alexander.
Penghargaan yang diberikan kepada Dubes Puja adalah tingkatan tertinggi yaitu Knight Grand Cross.
Kunjungan Raja Belanda terbilang sangat sukses dengan menghasilkan penandatanganan delapan kesepakatan. Kunjungan juga disertai sekitar 200 kalangan pengusaha dan menghasilkan kesepakatan bisnis senilai kurang lebih USD 1 miliar atau setara Rp. 14 triliun, dalam berbagai bidang.
Raja Willem-Alexander bersama Ratu Máxima di sela-sela kunjungan kenegaraan di Jakarta, Maret 2020.
Dank u wel Dubes Puja!! dari kami yang bangga dengan diplomasi total yang telah perankan.
ADVERTISEMENT