Konten dari Pengguna

Mengapa Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Adalah Langkah Keliru

Yusuf Nurmansyah
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surabaya
20 Juli 2024 12:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Nurmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi siswa SMA saat jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dihapus. Sumber:shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa SMA saat jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dihapus. Sumber:shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) baru-baru ini mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian pihak menyambut baik perubahan ini sebagai langkah maju menuju sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan holistik, tapi ada juga banyak suara yang mempertanyakan kebijakan ini dan menganggapnya sebagai langkah yang keliru.
ADVERTISEMENT
Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa penghapusan jurusan akan mengurangi kesempatan bagi siswa untuk mendalami bidang ilmu tertentu. Sistem jurusan yang ada memungkinkan siswa untuk fokus pada disiplin ilmu yang mereka minati dan kuasai. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan mereka melanjutkan studi di perguruan tinggi dan memasuki dunia kerja yang spesifik.
Dengan tidak adanya jurusan, ada kekhawatiran bahwa kurikulumnya akan menjadi terlalu umum dan dangkal, tidak memberikan pemahaman mendalam yang diperlukan di bidang ilmu tertentu. Hal ini bisa mengakibatkan lulusan yang memiliki pengetahuan luas tetapi tidak mendalam, dan kurang siap untuk menghadapi tantangan akademik dan profesional yang kompleks.
Banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah terpencil, belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pembelajaran interdisipliner yang efektif. Kekurangan fasilitas seperti laboratorium sains, perpustakaan, dan akses internet bisa menghambat implementasi kurikulum baru ini.
ADVERTISEMENT
Guru akan menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan metode pengajaran mereka dengan kurikulum baru. Selain memerlukan pelatihan tambahan, guru mungkin juga harus mengajar mata pelajaran di luar bidang keahlian mereka, yang bisa menurunkan kualitas pengajaran.
Sistem evaluasi yang ada saat ini dirancang berdasarkan jurusan, sehingga penghapusan jurusan akan memerlukan perubahan besar dalam cara penilaian dan pengukuran kompetensi siswa. Ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian selama masa transisi.
Ilustrasi siswa SMA. Foto: Agewib/Shutterstock
Siswa yang sudah terbiasa dengan sistem jurusan mungkin merasa bingung dan cemas menghadapi perubahan ini. Mereka harus menyesuaikan diri dengan kurikulum baru yang mungkin terasa tidak familiar dan menantang. Jurusan membantu siswa merencanakan jalur karier mereka sejak dini. Tanpa jurusan, siswa mungkin kesulitan menentukan bidang yang ingin mereka tekuni di perguruan tinggi dan karier yang ingin mereka kejar di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sekolah-sekolah tertentu yang telah dikenal sebagai pusat keunggulan dalam bidang tertentu, seperti sains atau humaniora, mungkin kehilangan identitas dan keunggulan kompetitif mereka. Ini bisa mempengaruhi reputasi dan daya tarik sekolah tersebut di mata calon siswa dan orang tua. Jika tidak dikelola dengan baik, perubahan ini bisa mengakibatkan penurunan standar akademik. Sekolah mungkin menghadapi kesulitan dalam menjaga kualitas pendidikan yang tinggi tanpa spesialisasi yang jelas.
Meskipun niat di balik kebijakan penghapusan jurusan di SMA adalah untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan adaptif, ada banyak tantangan dan potensi masalah yang perlu dipertimbangkan. Kehilangan fokus dalam pendidikan, tantangan implementasi, dampak psikologis pada siswa, dan potensi penurunan standar akademik adalah beberapa alasan mengapa langkah ini bisa menjadi keliru.
ADVERTISEMENT
Penting bagi pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua untuk mempertimbangkan semua aspek ini dengan cermat sebelum sepenuhnya mengadopsi kebijakan ini. Perubahan besar dalam sistem pendidikan memerlukan persiapan yang matang dan dukungan menyeluruh agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan tanpa mengorbankan kualitas pendidikan yang sudah ada.