Merkuri dan Pertambangan Emas Skala Kecil

Yuyun Ismawati Drwiega
toxics-free advocate, co-founder of balifokus foundation, goldman environmental prize awardee 2009
Konten dari Pengguna
21 Maret 2017 0:16 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuyun Ismawati Drwiega tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penambangan emas skala kecil dengan menggunakan merkuri dan sianida sudah dipraktikkan di Amerika, Australia dan beberapa negara lain sejak 1800-an.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Utara, kegiatan gold rush, pada 180 tahun yang lalu, terkonsentrasi di wilayah California. US Geological Survey (USGS) memperkirakan sekitar 3 juta sampai 8 juta pon (setara dengan 1.500 - 4.000 ton) merkuri dilepas ke lingkungan dari kegiatan ini selama periode 1800 - 1900-an dari ratusan penambangan emas secara hidrolik di wilayah Sierra Nevada, California, Amerika Serikat.
California Gold Rush (Foto: haikudeck.com)
Sampai sekarang, warisan dari kegiatan 180 tahun yang lalu masih bisa dilihat. Sampai hari ini. USGS juga mengidentifikasi beberapa lokasi yang berpotensi tercemar merkuri yang harus dibersihkan. Bagusnya, di Amerika Serikat, US EPA (Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat) punya program ‘Super Fund’ yang bertujuan untuk membersihkan pencemaran-pencemaran berskala masif dan penting.
ADVERTISEMENT
Selain lahan tercemar, USGS dan US EPA juga mengidentifikasi ke mana arah aliran pencemaran merkuri dan mengeluarkan arahan pembatasan konsumsi ikan. Pembatasan ini dikeluarkan untuk mengurangi asupan merkuri terutama pada ibu-ibu hamil dan perempuan usia subur.
Pada abad ke-21, demam emas ini meluas di lebih dari 70 negara. United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) mengidentifikasi bahwa negara-negara ini menggunakan merkuri untuk mengekstrak emas. Pada 2013, UNEP memperkirakan sekitar 1.400 ton merkuri dilepas ke lingkungan global dari penggunaan merkuri di sektor pertambangan emas skala kecil (PESK).
Demam Emas Abad ke-21 (Foto: Modifikasi dari Russel Barsh (bekerja sama dengan First Peoples Worldwide) dan Laporan UNIDO)
Di Indonesia, Kania Dewi (2012) mengidentifikasi sekitar 195 ton merkuri dilepas ke lingkungan. Dengan angka ini artinya Indonesia berkontribusi melepas merkuri ke lingkungan sebesar 20 persen terhadap lepasan merkuri lepasan global. Dari jumlah ini, sekitar 57,5 persen merkuri dilepas ke udara, 15,5 persen ke air, dan 14 persen ke tanah/sedimen. Semua akan berujung di rantai makanan kita.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kegiatan PESK tersebar di 27 provinsi dan sejak 1980-an ada lebih dari 800 hotspots (lama dan aktif). Semua lokasi ini menggunakan merkuri dan sianida.
Kenapa bisa begitu banyak titik panas PESK di Indonesia selama 30 tahun terakhir?
World Gold Council dalam websitenya memperkirakan sekitar 183.600 ton emas sudah ditambang sejak 1950. Deposit emas yang tersisa saat ini berada di dalam wilayah taman-taman nasional, hutan lindung dan wilayah ulayat masyarakat adat. Di wilayah tersisa ini, pertambangan emas tidak ekonomis untuk dieksploitasi perusahaan tambang skala besar. Justru deposit emas di wilayah tersisa ini lebih ekonomis untuk ditambang oleh penambang skala kecil.
Peta ASGM (Foto: Ismawati)
Dari pengamatan di lapangan dan analisa berbagai studi, saya membuat analisis siklus terbentuknya titik-titik panas kegiatan PESK di berbagai tahapan dengan beberapa faktor pendukung. Dengan lemahnya penegakan hukum, rawan korupsi, dan masih tingginya permintaan pasokan emas, kegiatan PESK diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai 50 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Siklus PESK (Foto: Ismawati)
Pertanyaannya: apakah dengan legalisasi dan formalisasi sektor PESK pemerintah pusat dan daerah akan bisa menekan dan mengurangi penggunaan merkuri?
Ir. Yuyun Ismawati, MSc., PhD candidate Medical Research-International Health, Utara, Senior Advisor BaliFokus, IPEN lead for ASGM