Cara Tetap Dekat dengan Anak Walaupun Tugas Menumpuk

Zabrina Listya
I am a 'student-mom' with two kids and passionate about learning and self-improvent :) Melbourne
Konten dari Pengguna
19 April 2018 8:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zabrina Listya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika memutuskan untuk akhirnya mengambil beasiswa dan kembali bersekolah lagi menjadi student-mama, tidak bisa dipungkiri kalau ternyata waktu untuk bermain bersama anak jadi berkurang banget. Terus terang, kalau lagi duduk di karpet bermain bersama anak-anak ada saja kepikiran tugas dan hal-hal lain yang ingin dikerjakan.
ADVERTISEMENT
Jangankan membuat prakarya-prakarya atau kerajinan tangan lucu dan cantik seperti yang membanjiri board pinterest saya, punya rumah yang rapih saja membutuhkan effort yang besar (karena tidak memungkinkan di sini untuk saya punya asisten rumah tangga alias mbak). Tetapi, usaha untuk tetap bermain dan belajar anak tetap ada. Saya selalu mencari celah untuk mendapatkan “teachable moment”.
Pertama kali dicetuskan oleh Robert Havighurst tahun 1952 sebagai salah satu teori di pendidikan, teachable moment tidak hanya seringkali terdengar dalam kurikulum pendidikan anak usia dini (early childhood education) tapi juga untuk berbagai macam konteks.
Yang saya pahami, teachable moment itu bersifat spontan, tidak terencana, sesuai dengan context (contextual) dan yang penting adalah pengulangan alias repetition dari guru, orang tua atau siapa saja yang capable untuk memberikan penjelasan.
ADVERTISEMENT
Teachable moment menjadi ‘senjata’ saya sehari-hari dengan dua anak agar saya tetap banyak berinteraksi dikala saya tidak punya waktu ‘serius’ untuk bermain dengan anak-anak karena tugas yang menumpuk. Bagaimana caranya?
Ketika berbelanja di supermarket
Di supermarket banyak sekali yang bisa dijadikan teachable moments. Mulai dari mengenalkan anak berbagai macam nama, warna, jenis sayuran, buah, dan daging. Makanan yang sehat dan makanan yang boleh kadang-kadang (baca:coklat). Hingga, kenapa kita harus antri, membayar menggunakan kartu atau uang cash. Untuk sima yang masih 2 tahun, diskusi kami kira-kira seperti ini.
Sima: Mau, mama itu apa?
Me: Sima, mau lihat ikan?
Sima: mau, mama itu apa?
Me: itu gurita, kalau bahasa Inggrisnya Octopus.
ADVERTISEMENT
Coba sima hitung kakinya? (saya bilang kaki karena saya tidak tahu arti dari tentacles hehe..)
Sima: 1..2..3..4..5..6..7..8… eighhhtt. It has 8 mom! (kadang-kadang sima menjawab dengan bahasa Inggris)
Mama: kalau ada hiu atau ikan besaaar yang mau makan gurita ini, si gurita langsung semprot tinta hitam ke ikannya, terus kabuuur.
Sima: apa itu tinta?
Mama: tinta itu seperti air yang hitaaam sekali.
Dan percakapan ini nggak hanya satu-dua kali, tapi terus berulang ketika dia melihat gambar octopus dan kontennya pun sudah bertambah tentang apa makanan octopus dan bagaimana dia mati setelah bereproduksi.
Ketika diperjalanan
Ketika sedang berjalan kaki atau menyetir di dalam mobil. Banyak sekali sign di jalan yang bisa kami bicarakan. Mulai dari apa itu lampu merah, belajar angka dan huruf, apa saja transportasi umum, di mana orang menunggu bus, alat-alat besar yang dipakai untuk membangun rumah, sampai topik yang abstrak seperti kenapa banyak orang yang memilih bersepeda.
ADVERTISEMENT
Ketika di rumah
Terkadang cuaca yang ekstrim atau capeknya badan membuat saya hanya ingin di rumah saja. Tapi di rumah pun banyak sekali teachable moments yang bisa didapatkan. Intinya saya selalu berusaha mengajak mereka untuk melakukan aktifitas apa saja yang bisa mereka coba untuk lakukan dan jelaskan dengan sederhana apa tujuannya.
Untuk si sulung yang berumur 5 tahun pun tentu berbeda tingkat kompleksitasnya. Karena anak saya cukup tertarik untuk ikut masak, banyak yang bisa saya jelaskan, apa itu fungsi telur dalam kue, kenapa sebaiknya mengaduk adonan tepung perlahan dan sebagainya. Selain itu, sekarang juga sedang berusaha memahami kenapa sebaiknya membatasi penggunaan plastik, kenapa membedakan sampah basah dan daur ulang, juga pentingnya untuk selalu cuci tangan setelah bepergian dari luar rumah.
(psst, menjemur baju salah satu contoh paling mudah mengajarkan sains kepada anak, :p)
ADVERTISEMENT
Untuk saya teachable moments membantu saya untuk tetap connected dengan anak-anak di sela-sela kesibukan kampus. Walaupun saya sering di rumah bersama mereka, tidak banyak waktu saya habiskan bermain bersama. Ini sudah saya lakukan sejak mereka bayi dan mulai bisa saya gendong ke mana saja.
Walaupun dikala itu mereka tidak merespon seperti sekarang, saya anggap itu merupakan latihan ibunya (baca:saya) untuk belajar mencari teachable moments. Sekarang mereka selalu datang dengan berbagai pertanyaan yang juga membantu saya terus belajar! And I love it! For me, teachable moment is so powerful and this is how they understand logic. It is also a big milestone in their development and comprehension of how the world works. Setuju?
ADVERTISEMENT