Konten dari Pengguna

Pesona Tradisi: Pakaian dan Perumahan Jepang yang Abadi

Muhammad Dzaki Rijalallah Alhifdi
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
11 Oktober 2024 21:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Dzaki Rijalallah Alhifdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: freepik
zoom-in-whitePerbesar
sumber: freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang, sebuah negara yang kaya akan tradisi dan budaya, memiliki dua aspek penting yang mencerminkan identitasnya: pakaian tradisional dan arsitektur perumahan. Pakaian, terutama kimono, bukan hanya sekadar busana, melainkan simbol dari seni, tradisi, dan nilai-nilai sosial yang telah terjaga selama berabad-abad. Di sisi lain, arsitektur perumahan Jepang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, dengan desain yang fungsional dan estetis (Hastuti, Dwi Agusta, & Nur Ridha, 2024). Di dalam artikel ini kita akan membahas secara mendalam mengenai sejarah, jenis-jenis pakaian tradisional Jepang serta karakteristik perumahan yang menjadi identitas budaya masyarakat Jepang.
ADVERTISEMENT

Pakaian Tradisional Jepang (和服)

Ilustrasi kimono. Foto: Shutterstock
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang paling terkenal. Berasal dari kata "ki" (着) yang berarti "memakai" dan "mono" (物) yang berarti "benda", kimono memiliki sejarah panjang yang dimulai pada masa Heian (794-1185) (Travel, Kumparan, 2018). Kimono tidak hanya dikenakan pada acara formal seperti pernikahan, upacara minum teh, dan festival, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Desain kimono sangat beragam, dengan motif-motif yang sering kali terinspirasi oleh alam, seperti bunga sakura atau ombak. Setiap elemen desain memiliki makna tersendiri; misalnya, bunga sakura melambangkan keindahan yang sementara.

Bagian-bagian Kimono

Kimono terdiri dari beberapa bagian penting:
• Obi: Sabuk lebar yang diikat di pinggang. Gaya ikatan obi mencerminkan status pemakai.
ADVERTISEMENT
• Nagajuban: Pakaian dalam yang dikenakan di bawah kimono untuk menjaga kebersihan.
• Hadajuban: Pakaian dalam lebih dekat ke kulit.
• Tabi: Kaos kaki khusus untuk kimono.
• Zori: Sandal tradisional yang dikenakan bersama kimono.
Setiap elemen dalam kimono memiliki makna simbolis. Misalnya, warna cerah sering melambangkan kebahagiaan sementara pola bunga sakura melambangkan keindahan sementara dan kehidupan yang singkat. Dengan demikian, mengenakan kimono bukan sekadar berpakaian tetapi juga menghormati nilai-nilai tradisi.
Selain kimono negara Jepang juga memiliki beberapa pakaian tradisional lainnya yang mungkin sebagian besar orang dari luar belum tahu seperti berikut (Riskita Putri, 2024):

1. Yukata

Yukata (浴衣) adalah versi kasual dari kimono, biasanya terbuat dari katun dan lebih ringan. Pakaian ini sering dikenakan selama musim panas atau acara festival, dan tidak memiliki lapisan dalam seperti kimono. Yukata memiliki desain yang lebih sederhana dan berwarna cerah
ADVERTISEMENT

2. Furisode

Furisode adalah kimono formal yang khusus untuk wanita yang belum menikah, ditandai dengan lengan panjang yang dapat mencapai lantai. Pakaian ini sering digunakan dalam acara-acara penting seperti upacara kedewasaan dan pernikahan.

3. Haori dan Hakama

Haori adalah mantel yang dikenakan di atas kimono, sedangkan hakama adalah celana lebar yang menyerupai rok. Kombinasi ini awalnya dikenakan oleh pria tetapi kini juga diterima untuk wanita, sering dipakai dalam acara formal seperti wisuda.

4. Jinbei

Jinbei merupakan pakaian tradisional jepang yang biasa dipakai saat musim panas, terdiri dari atasan dan celana pendek. Pakaian ini nyaman dan sering digunakan di rumah atau saat berpartisipasi dalam festival.

5. Fundoshi

Fundoshi adalah pakaian dalam tradisional pria yang terbuat dari sepotong kain yang dililitkan di sekitar pinggang. Meskipun kurang umum digunakan saat ini, fundoshi tetap menjadi bagian penting dari budaya Jepang, terutama dalam festival-festival tertentu.
ADVERTISEMENT
Meskipun generasi negara Jepang terpapar pada banyak pengaruh global dan modernisasi, mereka masih bisa tetap mempertahankan minat dan penghargaan terhadap pakaian-pakaian tradisional sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Festival tradisional (matsuri) sering kali melibatkan pemakaian pakaian tradisional, sehingga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk terlibat dan mengenakan pakaian tersebut. Festival-festival ini tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga memperkuat rasa identitas budaya di kalangan masyarakat Jepang. Sekolah-sekolah dan komunitas budaya juga aktif mengajarkan cara mengenakan kimono dan yukata kepada generasi muda. Ada upaya untuk mengintegrasikan pelajaran tentang pakaian tradisional dalam kurikulum pendidikan, sehingga meningkatkan kesadaran dan minat di kalangan anak muda

Arsitektur Perumahan Jepang

Ilustrasi Rumah yang Ada di Jepang Foto: Shutter Stock

Minka (民家): Rumah Tradisional dengan Sentuhan Alam

Minka adalah istilah untuk rumah tradisional Jepang yang biasanya dihuni oleh petani. Minka memiliki desain yang sangat memperhatikan lingkungan sekitar dan sering kali terbuat dari bahan alami seperti kayu dan bambu (Budi, 2019).
ADVERTISEMENT
Ciri khas minka adalah atapnya yang curam, dirancang untuk menahan salju di musim dingin serta mengalirkan air hujan.Arsitektur minka juga mencerminkan filosofi Jepang tentang keharmonisan dengan alam. Ruang dalam minka dibagi menjadi beberapa area dengan pintu geser (fusuma) yang memungkinkan fleksibilitas dalam penggunaan ruang. Doma, sebuah area dengan lantai tanah liat di tengah rumah, berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga dan memasak.

Machiya ((町屋/町家): Rumah Perkotaan

Di daerah perkotaan, terdapat jenis rumah lain yang dikenal sebagai machiya. Rumah ini lebih kecil dan dibangun dengan efisiensi ruang yang tinggi. Machiya biasanya memiliki tiga baris ruang di sekeliling area utama (omoya), dengan ruang penyimpanan terpisah. Desain machiya mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap keterbatasan lahan di kota-kota besar.
Dari kedua contoh perumahan jepang tersebut dapat kita ketahui bahwa arsitektural perumahan jepang memiliki ciri khas yang menarik diantaranya:
ADVERTISEMENT
1. Desain Minimalis
Rumah Jepang umumnya mengusung desain minimalis dengan ruang terbuka. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesan luas dan terang.
2. Bahan Alami
Penggunaan bahan alami seperti kayu, bambu, dan batu adalah ciri khas arsitektur Jepang. Material ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan kehangatan pada interior rumah (Nelin, 2022).
3. Tata Letak Ruang
Ruang dalam rumah sering kali fleksibel; dinding geser “fusuma” (襖)memungkinkan perubahan tata letak sesuai kebutuhan penghuni. Ini mencerminkan filosofi Jepang tentang keselarasan antara ruang dan fungsi.
4. Hubungan dengan Alam
Banyak rumah Jepang dirancang untuk memaksimalkan pemandangan luar melalui jendela besar atau taman kecil tsuboniwa (坪庭) di dalam rumah. Hal ini menunjukkan penghargaan terhadap alam.
ADVERTISEMENT
5. Penggunaan Atap Melengkung
Atap rumah tradisional sering melengkung untuk mengalirkan air hujan dengan baik serta memberikan estetika tersendiri
Meskipun banyak rumah tradisional masih ada, perumahan modern di Jepang juga berkembang pesat. Apartemen minimalis menjadi pilihan banyak warga kota karena efisiensi ruang dan biaya. Desain modern sering kali menggabungkan elemen tradisional dengan teknologi canggih untuk menciptakan hunian yang nyaman namun tetap menghormati warisan budaya.
Pakaian dan perumahan tradisional Jepang tidak hanya berfungsi sebagai elemen fisik dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai simbol dari nilai-nilai budaya yang mendalam. Kimono dan yukata melambangkan keindahan estetika serta penghormatan terhadap tradisi, sementara minka dan machiya menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dengan terus mempertahankan elemen-elemen ini dalam kehidupan modern, masyarakat Jepang menunjukkan bahwa tradisi dapat hidup berdampingan dengan inovasi.
ADVERTISEMENT