Konten dari Pengguna

Analisis: Problem Yang Memengaruhi Pernikahan Generasi Muda Di Indonesia

Zachir Ihsan Adzka
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Hukum dan Syariah.
29 September 2024 9:06 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zachir Ihsan Adzka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perihal membahas masalah pernikahan, kita sebagai para pemuda dan pemudi harus mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk menjalin hubungan rumah tangga.
https://cdn.stocksnap.io/img-thumbs/280h/wedding-rings_C1ZAW5IMSC.jpg
Perihal membahas masalah pernikahan, kita sebagai para pemuda dan pemudi harus mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk menjalin hubungan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Dan tentunya wajib bagi kita mempelajari hak dan peran serta kewajiban sebagai pasangan suami istri, yang nantinya harus dipenuhi dengan penuh rasa tanggung jawab untuk memulai kehidupan berkeluarga.
Yang mana pembahasan mengenai faktor-faktor mengapa seseorang memutuskan untuk menikah adalah sebagai berikut:
1. Menyempurnakan Agama
Karna dengan menikah seorang muslim telah menyempurnakan sebagian agamanya, juga dengan menikah umat muslim dapat lebih mudah untuk membentengi diri dari perbuatan kotor dan keji.
Dengan melangsungkan pernikahan, maka separuh agamanya akan terpenuhi. Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW, "Apabila seorang hamba menikah, berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya." (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Dan Rasulullah SAW juga menyunahkan kepada umatnya untuk menikah, sebagaimana dalam sabdanya:"Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya." HR. Ibnu Majah
ADVERTISEMENT
2. Kestabilan Ekonomi
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwasannya sebagai seorang anak, kita tidak bisa untuk terus bergantung kepada finansial dari orang tua.
Karena tidak selamanya orang tua kuat dalam bekerja dan stabil dalam masalah keuangan, maka dari itulah salah satu alasan seseorang menikah, ialah untuk menjaga kestabilan ekonominya dan ingin hidup mandiri demi upaya mengurangi tanggungan orang tuanya.
3. Kesamaan Tujuan Dan Pandangan Hidup
Persamaan pandangan pada suatu hubungan, akan membuat sebuah pasangan merasakan kenyamanan dan ikatan yang sulit dipisahkan.
Sebab mereka akan mudah untuk saling memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan di masa depan nanti, oleh karena itulah mereka memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan untuk mencapai tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
4. Rasa Kepercayaan Kepada Pasangannya
Hal berikut ini tidak kalah penting untuk diketahui, sebab kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan keharmonisan dalam sebuah pernikahan.
Karena jika suatu hubungan dijalin atas saling ketidakpercayaaan akan menghasilkan perpecahan dan pengkhianatan yang berakhir pada gugatan di peradilan.
5. Upaya Meneruskan Keturunan Dan Keluarga Impian
Pernikahan bukan hanya masalah kebutuhan biologis ataupun indahnya percintaan yang disatukan dengan sebuah ikatan suci, tapi juga untuk meneruskan keturunan .
Yang mana nantinya harapan setiap pasangan adalah untuk membentuk sebuah keluarga impian, sebab sebelum menikah mereka telah membayangkan indahnya suatu hubungan yang dilakukan melalui pernikahan.
Dan disini penulis juga ingin membahas tentang permasalahan di Indonesia, yang mana pernikahan di indonesia turun dengan angka signifikan.
https://img.freepik.com/free-photo/close-up-couple-signing-divorce-contract_23-2148536073.jpg?uid
Mengapa hal ini bisa terjadi? tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yang akan dibahas pada beberapa hal berikut:
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari BPS menjelaskan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255. Dibandingkan dengan tahun 2022, angka tersebut turun sebanyak 128.000. Sedangkan angka pernikahan Indonesia dalam satu dekade terakhir turun sebanyak 28,63 persen.
Fenomena terjadinya angka penurunan pada pernikahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ekonomi yang tidak stabil, mental yang belum siap, kondisi sosial budaya yang mulai modern dan terbuka.
Kemudian banyaknya kasus KDRT yang terjadi di beberapa wilayah di indonesia, yang mana berita tersebut membuat perasaan takut dan menimbulkan rasa khawatir pada masyarakat, terkhusus kaum perempuan.
Tentunya beberapa hal yang disebutkan diatas sudah cukup, menjadi sebab mengapa angka pernikahan di Indonesia turun drastis.
Dan berikut beberapa faktor pendukung turunnya angka pernikahan di Era Globalisasi:
ADVERTISEMENT
1.Ketakutan dalam menjalani pernikahan
Gambaran tentang pernikahan pada setiap orang tentulah berbeda, ada yang memandangnya sebagai hari membahagiakan, sebab di hari pernikahan banyaknya sanak saudara yang berdatangan, teman-teman yang datang untuk ikut merayakan, dan rangkaian susunan acara yang tentunya menambah kemeriahan di hari pernikahan.
Dan ada juga yang berpandangan bahwa pernikahan adalah hal yang menakutkan sebab, khawatir kehidupan pernikahan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dibayangkan. Juga ketakutan berlebihan, terhadap perubahan perlakuan pada pasangan di masa depan.
2.Ketidakpastian akan masa depan
Mengenai pembahasan masa depan, tentunya semua orang menginginkan sebuah masa depan yang cerah, bahagia, dan harmonis.
Kekhawatiran seseorang akan ketidakpastian masa depan, menyebabkan hubungan mengalami tekanan dan keraguan, yang mana masa depan rumah tangga ditentukan atas perlakuan antar pasangan yang harus berlandaskan kepercayaan dan komitmen.
ADVERTISEMENT
3.. Tekanan untuk memenuhi harapan sosial
Seiring berkembangnya teknologi yang mana memudahkan setiap kalangan untuk memperoleh informasi, menyebabkan munculnya standarisasi dalam bersosialisasi dan pengaruh buruk dari globalisasi.
Maka hal ini menyebabkan perubahan pada gaya hidup, pergaulan, dan pandangan. Yang menjadi penyebab turunnya angka pernikahan di karenakan banyaknya tuntutan-tuntutan yang harus sesuai dengan harapan antar pasangan dan standarisasi zaman.
4. Ketakutan dalam perubahan kehidupan
Dalam kehidupan tentunya, setiap orang mengalami setiap fase yang mana terjadi banyak perubahan dan proses pendewasaan. Yang sedari kecil ada yang beruntung dengan keadaannya yang penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarganya.
Dan ada juga yang mengalami masa kecil yang tidak sesuai dengan yang di harapkan dan penuh dengan kemandirian, maka dari itulah tumbuh rasa tidak percaya kepada hubungan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Juga pada anak yang di masa kecilnya selalu diberikan perhatian dan serba kececukupan, membuatnya merasa khawatir akan perubahan gaya hidup yang selama ini dia jalankan. Seperti, takut hidup dalam kesusahan dan banyaknya tuntutan yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan, sehingga menyebabkan terjadinya penundaan untuk berumah tangga, walau sudah memasuki usia yang matang untuk menikah.
5. Membandingkan Kehidupannya Dengan Orang Lain
Sering kali terjadi pada orang yang sedang menjalani hubungan, mereka hanya ingin merasakan kebahagiaan saja, tanpa memikirkan kesusahan yang akan datang.
Oleh karena itu, banyak sekali terjadi ketegangan pada pasangan yang sedang menjalin hubungan, untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Yang nantinya, akan memicu pada sebuah pertengkaran.
Padahal tidak ada yang salah pada pasangannya, hal ini disebabkan dengan cepat sampainya informasi yang tidak di filtrasi sehingga timbul standarisasi di era globalisasi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kehidupan pernikahan itu sendiri tergantung dengan pemikiran dan tujuan pada pasangan yang sedang menjalani, yang mana setiap hubungan mempunyai ciri khas dan perbedaan didalamnya.
Bukan hubungan yang harus disalahkan, ketika dihadapi oleh masalah tapi, keegoisan masing-masing dari kedua pihaklah yang harus diselesaikan.
Yang mana nantinya harmonis atau tidaknya sebuah pernikahan, bukanlah yang terlihat mewah dan penuh suka ria.
Tetapi hubungan yang bahagia di dasari atas iman dan takwa, serta rasa syukur kita terhadap segala apa yang telah Tuhan berikan, inti dari sebuah pernikahan bukanlah untuk mencari pasangan yang sempurna.
Melainkan untuk membentuk sebuah keluarga yang tidak harus sempurna di mata manusia, asal kita bahagia menjalaninya, maka semua akan terasa indah dan mudah hingga di hari tua.
ADVERTISEMENT
Zachir Ihsan Adzka ZQ, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Hukum Keluarga