Konten dari Pengguna

Momentum “Sumpah Masa Kini”

Zackir L Makmur
Pemerhati masalah sosial budaya, menulis beberapa buku fiksi dan non fiksi, dan bergiat di IKAL Strategic Center (ISC).
30 Oktober 2024 12:36 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zackir L Makmur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda –sebuah momen penting yang menjadi simbol persatuan dan identitas nasional. Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada Kongres Pemuda Kedua di Batavia, pada tahun 1928, adalah salah satu tonggak sejarah paling mendalam pada perjalanan menuju kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Ikrar ini bukan sekadar formalitas, melainkan manifestasi semangat kolektif pemuda Indonesia dari berbagai daerah, etnis, dan bahasa untuk menyatukan diri dalam satu visi: kemerdekaan dan keutuhan bangsa.
Melalui tiga butir Sumpah Pemuda—bertumpah darah satu, Tanah Air Indonesia; berbangsa satu, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia—pemuda pada masa itu menyatakan kesadaran kolektif untuk bersatu melampaui batas-batas kesukuan dan bahasa yang beragam.
Sumpah Pemuda membuktikan bahwa rasa kebangsaan dan kehendak untuk merdeka, telah tertanam bahkan sebelum Indonesia secara resmi memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945.
Secara historis, Sumpah Pemuda berfungsi sebagai kristalisasi semangat nasionalisme yang muncul pada masa penjajahan kolonial. Ikrar ini muncul dari proses panjang perjuangan para pemuda yang menyadari bahwa hanya dengan bersatu, mereka dapat menandingi kekuatan kolonial Belanda yang telah menguasai Nusantara selama ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
Konsep “Sumpah Masa Kini” dan Urgensinya
Selanjutnya, demi mengaktualisasikan Sumpah Pemuda menjadi “Sumpah Masa Kini”, adalah langkah penting bagi pemuda Indonesia dalam menghadapi tantangan kompleks di era modern. Jika pada 1928 para pemuda bersatu untuk mengikrarkan komitmen terhadap persatuan bahasa, bangsa, dan tanah air, maka dalam konteks saat ini diperlukan pembaruan ikrar yang mencakup nilai-nilai dan sikap yang relevan untuk menjawab problematika era digital dan global.
“Sumpah Masa Kini” dapat menjadi wadah yang mengarahkan generasi muda untuk tetap berakar pada nilai-nilai kebangsaan. Sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman, khususnya di bidang digital, lingkungan, dan sosial.
Maka salah satu elemen yang krusial dalam “Sumpah Masa Kini”, adalah sikap kritis terhadap disinformasi digital. Dengan maraknya berita palsu dan konten yang menyesatkan di media sosial, generasi muda harus memiliki kemampuan untuk menyaring informasi yang valid dan bermanfaat bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus informasi yang sangat cepat dan terkadang manipulatif, ketahanan digital menjadi hal yang vital. Poin baru dalam “Sumpah Masa Kini”, seperti “Kami putra dan putri Indonesia, berkomitmen untuk menjaga integritas dan ketahanan digital demi kedaulatan bangsa,” akan menjadi pengingat bagi pemuda untuk bijak dalam mengonsumsi dan menyebarkan informasi.
Hal tersebut juga menguatkan kesadaran, bahwa ketahanan bangsa di era digital tidak hanya melibatkan keamanan fisik, tetapi juga keamanan informasi yang berperan besar dalam membentuk opini publik dan stabilitas sosial.
Selain tantangan digital, “Sumpah Masa Kini” perlu mencerminkan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bangsa. Dengan memasukkan nilai ini dalam “Sumpah Masa Kini”, pemuda dapat lebih memahami pentingnya menjaga warisan alam Indonesia sekaligus mendukung keberlanjutan sumber daya yang ada.
ADVERTISEMENT
Tambahan pula solidaritas sosial menjadi nilai penting lainnya dalam “Sumpah Masa Kini”. Ketimpangan ekonomi dan sosial yang semakin nyata di era modern, menuntut generasi muda untuk mengutamakan sikap empati dan gotong royong dalam menghadapi berbagai permasalahan masyarakat.
Di tengah isu-isu sosial yang kompleks, seperti kemiskinan, pendidikan yang tidak merata, dan ketimpangan akses layanan kesehatan, pemuda Indonesia harus berkomitmen untuk menjunjung tinggi prinsip solidaritas dan keadilan sosial. “Sumpah Masa Kini” akan menjadi landasan bagi pemuda untuk terlibat aktif dalam gerakan sosial yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat secara merata.
“Sumpah Masa Kini” juga harus menjadi pijakan moral dan semangat yang kokoh, sebagaimana Sumpah Pemuda pada 1928. Dengan adanya pembaruan ini, ikrar kebangsaan tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga panduan untuk melangkah ke depan.
ADVERTISEMENT
Dalam era yang semakin kompleks dan penuh tantangan ini, “Sumpah Masa Kini” tersebut akan membentuk identitas kolektif pemuda Indonesia sebagai generasi yang tanggap, adaptif, dan bertanggung jawab. Mengingat globalisasi yang mempercepat perubahan di segala lini, generasi muda harus memiliki prinsip kuat yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan, sehingga mereka tidak mudah larut dalam arus global tanpa arah yang jelas.
Dengan berlandaskan pada “Sumpah Masa Kini”, pemuda Indonesia diharapkan akan mampu menjaga identitas nasional sambil berkontribusi positif dalam menghadapi tantangan global. Sumpah ini adalah bentuk pembaruan yang menghubungkan semangat kebangsaan dengan kondisi dunia modern yang dinamis.
Ketika generasi muda bersatu dalam ikrar ini, mereka tidak hanya memperkuat bangsa Indonesia di masa kini, melainkan pula mengukuhkan posisi Indonesia dalam kancah dunia sebagai bangsa yang berdaulat, berkelanjutan, dan bersolidaritas tinggi.
ADVERTISEMENT
Transformasi Semangat Kebangsaan
Transformasi semangat kebangsaan di era globalisasi memerlukan pendekatan baru yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi pemuda. Pembaharuan nilai-nilai kebangsaan menjadi kebutuhan mendesak bagi generasi muda yang hidup di tengah arus global.
Kolaborasi ini diharapkan mampu menjadi fondasi bagi pemuda Indonesia untuk menanamkan kesadaran; bahwa identitas nasional adalah pondasi yang harus dijaga dalam menghadapi tantangan modern. Dengan menyediakan ruang diskusi dan pendidikan kebangsaan yang mendalam, generasi muda akan mampu memahami serta menginternalisasi makna Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian.
Inisiatif ini bukan hanya untuk menjaga keberlanjutan nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga untuk mendorong pemuda menjadi generasi yang aktif dalam memajukan bangsa. Dari itu kerja sama lintas sektor yang melibatkan pemuda dari berbagai daerah, berperan penting dalam memperkuat solidaritas nasional.
ADVERTISEMENT
Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan agama, memerlukan ikatan yang kuat untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Dengan kolaborasi antara pemerintah, organisasi pemuda, dan institusi pendidikan, pemuda dari Sabang hingga Merauke dapat bertukar ide dan pengalaman.
Jelaslah ini memungkinkan mereka memahami kondisi di berbagai daerah, yang akan memperkaya wawasan mereka tentang keanekaragaman Indonesia. Pada akhirnya, melalui interaksi yang positif ini, akan tercipta solidaritas nasional yang mengakar kuat, menghubungkan mereka pada identitas sebagai bangsa Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk memajukan bangsa.
Melalui pembaruan nilai kebangsaan yang relevan, semangat Sumpah Pemuda bisa diterjemahkan dalam "“Sumpah Masa Kini”" –panduan bagi generasi muda yang menghadapi tantangan modern. Dalam upaya ini, nilai persatuan harus diperkuat agar pemuda Indonesia tetap teguh sebagai satu bangsa.
ADVERTISEMENT
Tantangan Identitas Kebangsaan
Era globalisasi menghadirkan dinamika baru yang memengaruhi identitas kebangsaan Indonesia, terutama di tengah arus budaya asing yang kian kuat dan batas-batas negara yang semakin kabur. Masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, kini hidup dalam realitas yang dipenuhi oleh akses tanpa batas terhadap informasi, budaya pop, dan gaya hidup dari berbagai belahan dunia.
Media sosial, film, musik, hingga mode asing mempengaruhi cara pandang dan pola pikir generasi muda. Dalam konteks ini, identitas kebangsaan menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan dan kuat di tengah globalisasi yang menawarkan perspektif, nilai, dan gaya hidup yang mungkin berbeda dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
Tantangan ini menuntut generasi muda untuk memperbarui pemahaman terhadap ikrar kebangsaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan masa kini. Sumpah Pemuda pada 1928 berhasil menyatukan bangsa melalui satu kesatuan identitas bahasa, tanah air, dan bangsa.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan saat ini berbeda, di mana bangsa tidak hanya menghadapi penjajahan fisik. Melainkan pula bukanlah mustahil menghadapi apa yang bernama penjajahan budaya, dan ekonomi, dalam bentuk pengaruh asing yang halus namun signifikan.
Dari itu generasi muda harus mampu menyaring pengaruh global yang masuk, dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Tentu, ini tanpa kehilangan esensi dari nilai kebangsaan yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa.
Di tengah tantangan globalisasi ini, penting untuk memikirkan kembali semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk yang relevan dengan masa kini—sebuah “Sumpah Masa Kini”. Sumpah ini akan menjadi ikrar generasi muda untuk menghadapi problematika modern yang kompleks, seperti pelestarian budaya lokal, ketahanan dalam ekonomi digital, dan pemanfaatan teknologi.
ADVERTISEMENT
Pemuda Indonesia dapat memperbarui sumpahnya dalam bentuk komitmen untuk melestarikan warisan budaya, menjaga ketahanan ekonomi dalam ekonomi digital yang kian dinamis, serta memanfaatkan teknologi secara bijak.
Dengan “Sumpah Masa Kini”, pemuda Indonesia dapat tetap terbuka terhadap perkembangan global sambil mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai nasional yang menjadi identitas bangsa.
Selain itu, ketahanan ekonomi digital menjadi salah satu area penting dalam “Sumpah Masa Kini”, mengingat dominasi ekonomi global dan tantangan persaingan yang semakin ketat.
Dalam era digital, keterampilan teknologi dan inovasi menjadi penting agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen dalam ekosistem ekonomi digital. Generasi muda Indonesia harus didorong untuk memiliki keterampilan digital yang kuat, semangat kewirausahaan, dan daya saing internasional.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, ketahanan ekonomi dapat menjadi landasan untuk mempertahankan kemandirian bangsa di tengah arus globalisasi. Sekaligus pula untuk menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki terhadap identitas kebangsaan.
Selain aspek budaya dan ekonomi, pemanfaatan teknologi dengan tetap berpegang pada nilai nasional juga menjadi bagian penting dalam menghadapi tantangan identitas kebangsaan di era globalisasi. Teknologi memberikan peluang untuk mengakses informasi, berinovasi, dan menjalin koneksi dengan dunia luar.
Dari sana perlu juga diimbangi dengan sikap yang mengutamakan etika dan nilai kebangsaan, seperti gotong royong, kesetaraan, dan keadilan. Generasi muda Indonesia perlu mengembangkan literasi digital yang kuat, termasuk kemampuan menyaring informasi yang benar dan bermanfaat, sehingga teknologi tidak menjadi ancaman bagi identitas bangsa, melainkan sarana untuk memperkuat jati diri dan peran Indonesia di kancah global.
ADVERTISEMENT
Dalam era globalisasi, “Sumpah Masa Kini” menjadi lebih dari sekadar ikrar kebangsaan; ia menjadi fondasi bagi generasi muda untuk menyatukan diri menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjaga warisan nasional yang berharga.
Dengan memegang teguh nilai-nilai nasional dan tetap terbuka terhadap kemajuan, generasi muda Indonesia dapat menghadapi tantangan global dengan identitas yang kokoh dan membanggakan.
Mempertahankan Identitas Nasional
Dengan mempertahankan identitas nasional yang berakar pada kearifan lokal, generasi muda tidak hanya akan memperkuat jati diri bangsa, tetapi juga memperkuat posisinya di tengah arus budaya global.
Melalui pemahaman yang mendalam akan nilai-nilai kebangsaan, pemuda Indonesia akan menyadari pentingnya mempertahankan budaya dan tradisi yang diwariskan oleh para leluhur, menjadikan mereka tidak hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai bangsa.
ADVERTISEMENT
Daya saing global menjadi aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pembaruan semangat kebangsaan. Di era modern, di mana kompetisi internasional semakin ketat, generasi muda harus dibekali dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai.
Melalui kolaborasi ini, pemerintah dan institusi pendidikan dapat mengembangkan program-program yang memperkuat keterampilan pemuda dalam teknologi, komunikasi, dan kepemimpinan.
Dengan memiliki daya saing global yang tinggi, pemuda Indonesia tidak hanya siap untuk bersaing dengan bangsa lain tetapi juga berkontribusi bagi kemajuan negara. Dalam konteks ini, semangat kebangsaan tidak hanya terbatas pada cinta tanah air, tetapi juga pada kontribusi nyata untuk membawa Indonesia menjadi negara yang disegani di dunia.
Ilustrasi para pemuda berbaris. (Foto: mufidmajnun//unsplash)
Dari itu generasi muda harus memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai nasional, sekaligus kemampuan adaptasi di dunia internasional. Dengan menjunjung tinggi kearifan lokal, menghormati keberagaman, serta memiliki daya saing global, “Sumpah Masa Kini” dapat menjadi penggerak bagi pemuda Indonesia untuk berkontribusi lebih besar bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi lintas sektor ini tidak hanya menguatkan ikatan kebangsaan, tetapi juga membentuk kesadaran bahwa pemuda adalah aset bangsa yang berharga. Melalui pemahaman dan praktik nilai-nilai kebangsaan yang relevan dengan zaman, pemuda Indonesia akan menjadi penjaga sekaligus pembaharu semangat kebangsaan, membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan bermartabat. ***