Konten dari Pengguna

Pentingnya Pilkada 2024 Mengangkat Kebudayaan

Zackir L Makmur
Pemerhati masalah sosial budaya, menulis beberapa buku fiksi dan non fiksi, dan bergiat di IKAL Strategic Center (ISC).
21 September 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zackir L Makmur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2024, yang hari-hari belakang ini dinamikanya semakin berderap menuju pelaksaan tanggal 27 November 2024, karuan saja menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya selain menjadi ajang kompetisi politik, Pilkada 2024 ini juga menyuguhkan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan kembali kekayaan kebudayaan yang dimilikinya. Dalam proses politik yang sering kali penuh dengan tensi dan rivalitas, kebudayaan berperan penting sebagai perekat sosial yang dapat menjaga keharmonisan di tengah masyarakat yang majemuk.
Nilai-nilai budaya, seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi, menjadi fondasi bagi demokrasi yang stabil dan damai. Maka kebudayaan tidak hanya melibatkan tradisi dan adat istiadat, tetapi mencakup sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang membentuk pola hidup masyarakat.
Dalam konteks Pilkada, kebudayaan dapat berfungsi sebagai instrumen untuk menciptakan tatanan sosial yang menghargai perbedaan, namun tetap menjaga kesatuan. Di Indonesia, masyarakat dengan berbagai latar belakang suku, agama, dan etnis hidup berdampingan.
ADVERTISEMENT
Tergantung Pada Nilai-nilai Kebudayaan
Bagaimanapun juga proses pemilihan pemimpin yang damai dan harmonis, sangat tergantung pada bagaimana nilai-nilai kebudayaan dijadikan landasan dalam berinteraksi dan berpolitik. Dari sinilah Pilkada 2024 memberikan peluang bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengelola kemajemukan secara lebih inklusif.
Di tengah iklim politik yang sering kali memecah belah, kebudayaan mampu meredakan ketegangan melalui pendekatan dialog dan saling pengertian. Pemimpin daerah yang terpilih perlu memahami nilai-nilai budaya setempat, dan menjadikannya dasar dalam membuat kebijakan yang dapat mempererat solidaritas sosial.
Dengan demikian, kebudayaan tidak hanya menjadi ornamen, tetapi juga sebagai pedoman dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang efektif dan responsif. Sehingga keberagaman budaya Indonesia dapat menjadi kekuatan dalam menciptakan stabilitas politik yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pilkada yang damai bukan hanya soal regulasi atau kampanye yang tertib, tetapi lebih pada bagaimana masyarakat menjaga kesatuan di tengah kompetisi politik yang intens. Dengan mengedepankan musyawarah dan nilai-nilai kekeluargaan, Pilkada dapat berjalan dengan suasana yang konstruktif, di mana setiap warga merasa dilibatkan dan dihargai.
Oleh karenanya Pilkada 2024 tidak hanya sekedar ajang untuk memilih pemimpin daerah, tetapi juga kesempatan emas untuk memperkuat identitas budaya dan menciptakan pemilu yang harmonis.
Kebudayaan Indonesia, yang kaya akan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan kebersamaan, menjadi instrumen vital dalam menjaga demokrasi yang sehat dan damai. Dengan mengangkat kebudayaan dalam setiap aspek Pilkada, Indonesia dapat memastikan bahwa proses demokrasi tidak hanya adil, tetapi juga inklusif demi mewujudkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Alat Harmoni Perekat Sosial
Indonesia merupakan negara yang majemuk dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, ratusan bahasa, dan beragam agama. Keberagaman ini menjadi kekayaan yang membentuk identitas nasional. Dalam konteks pemilu, kebudayaan berperan penting untuk menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang plural.
Dari itu konsep pemilu yang harmonis sangat berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang telah lama mengakar di masyarakat Indonesia. Salah satu contoh konkret adalah adat musyawarah untuk mufakat, yang menjadi cara komunitas adat di Indonesia menyelesaikan perbedaan pendapat secara kolektif dan damai.
Tradisi tersebut tidak hanya relevan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam proses politik seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada). Dalam suasana politik yang cenderung kompetitif, nilai-nilai musyawarah dapat menjadi panduan untuk menciptakan ruang dialog dan kebijakan yang mengutamakan kepentingan bersama. Dengan demikian, pemilu tidak menjadi ajang perpecahan, melainkan momen untuk memperkuat kesatuan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, polarisasi politik sering kali muncul selama periode pemilu, terutama ketika masyarakat terpecah antara dukungan terhadap calon-calon tertentu. Di sinilah pentingnya pendekatan berbasis budaya untuk menghindari fragmentasi sosial.
Dengan mengedepankan musyawarah, toleransi, dan gotong royong, masyarakat dapat lebih fokus pada tujuan bersama daripada terjebak dalam perpecahan politik. Nilai-nilai budaya ini tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga membantu menciptakan Pilkada (juga pemilu) yang lebih damai dan inklusif, di mana setiap warga negara merasa dihargai dan didengar.
Pendekatan berbasis budaya juga sangat relevan untuk Pilkada, di mana calon pemimpin sering kali memiliki pengaruh besar terhadap dinamika sosial di daerah masing-masing. Pemimpin yang memahami dan mengedepankan nilai-nilai budaya lokal, akan lebih mampu mengayomi masyarakatnya dan membangun kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat.
ADVERTISEMENT
Hal ini membantu meminimalisasi ketegangan yang muncul akibat persaingan politik, sekaligus memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyat. Kebudayaan, dengan demikian, menjadi fondasi yang kokoh dalam menciptakan stabilitas politik di tingkat lokal maupun nasional.
Jadi jelaslah bahwa kebudayaan berfungsi sebagai alat penting dalam menjaga harmoni selama proses pemilu. Dengan mengadopsi nilai-nilai musyawarah, gotong royong, dan toleransi, masyarakat Indonesia dapat menghindari polarisasi dan memperkuat ikatan sosial di tengah keberagaman.
Di era modern ini, penting bagi bangsa Indonesia untuk terus mengedepankan kebudayaan dalam proses politik, termasuk dalam Pilkada, untuk menjaga persatuan, menciptakan demokrasi yang inklusif, dan mewujudkan pemilu yang damai serta berkelanjutan.
Kebudayaan Membentuk Pilkada Damai
Kebudayaan memainkan peran yang signifikan dalam membentuk norma-norma sosial yang mendukung Pilkada (maupun pemilu) yang damai dan tertib. Di berbagai daerah di Indonesia, tradisi adat telah lama menjadi landasan bagi masyarakat dalam memilih pemimpin, baik di tingkat lokal maupun nasional.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa komunitas adat, pemimpin dipilih tidak hanya karena popularitas, tetapi berdasarkan kebijaksanaan, integritas, dan kemampuan untuk melindungi serta mengayomi masyarakat. Nilai-nilai ini sangat sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi modern yang menekankan pentingnya pemimpin yang berorientasi pada kepentingan rakyat.
Dalam konteks Pilkada 2024, kebudayaan lokal ini dapat menjadi inspirasi berharga bagi para calon pemimpin daerah. Di tengah persaingan politik yang sering kali penuh dengan tekanan, calon pemimpin dapat mengambil pelajaran dari tradisi yang mengedepankan kebersamaan, kerukunan, dan tanggung jawab sosial.
Alih-alih menggunakan strategi politik yang merusak harmoni sosial atau memecah belah masyarakat, calon-calon tersebut dapat mengedepankan nilai-nilai budaya yang menekankan pentingnya persatuan dan perdamaian. Hal ini akan membantu menciptakan iklim politik yang lebih sehat dan kompetitif, tanpa menimbulkan konflik atau perpecahan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, norma-norma sosial yang dibentuk oleh kebudayaan juga berperan penting dalam menjaga integritas proses Pilkada (maupun pemilu). Tradisi seperti gotong royong dan nilai saling menghormati antar warga masyarakat, mengajarkan pentingnya menjaga harmoni dan kedamaian selama periode pemilu.
Calon pemimpin yang menjunjung tinggi norma-norma ini, akan lebih mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara berbagai kelompok dalam masyarakat, yang pada akhirnya memperkuat stabilitas politik di tingkat lokal. Dengan mengedepankan nilai-nilai budaya ini, pemilu dapat berlangsung tanpa menimbulkan kerusuhan atau ketegangan sosial yang merugikan.
Kebudayaan Menciptakan Stabilitas Politik
Indonesia, sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tantangan kompleks dalam mengelola kemajemukan etnis, agama, dan budaya. Keberagaman ini, meskipun menjadi kekayaan yang memperkaya identitas bangsa, juga menuntut pengelolaan yang bijak, terutama dalam konteks politik.
ADVERTISEMENT
Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam menentukan arah pembangunan di berbagai daerah yang memiliki karakteristik budaya, sosial, dan ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan berbasis kebudayaan dalam Pilkada merupakan strategi yang tepat untuk memastikan bahwa stabilitas politik dapat tercapai secara berkelanjutan.
Kemajemukan Indonesia seharusnya dilihat bukan sebagai sumber perpecahan, melainkan sebagai kekuatan yang dapat mendorong tercapainya tujuan nasional, yakni kesejahteraan dan kemajuan bersama. Dalam sistem demokrasi yang menekankan partisipasi dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat, kebudayaan dapat berfungsi sebagai instrumen yang membangun dialog dan kerjasama antar kelompok.
Lebih dari itu, Pilkada 2024 menjadi penting karena hasilnya akan berdampak langsung terhadap pembangunan daerah, termasuk dalam hal tata kelola, kebijakan ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Daerah-daerah yang memiliki keunikan budaya memerlukan pendekatan politik yang sensitif terhadap norma dan tradisi setempat.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, calon pemimpin yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan dalam visi dan kebijakannya akan lebih diterima oleh masyarakat. Pemimpin yang memahami kekhasan budaya lokal, akan lebih mampu menjaga stabilitas politik, karena mereka dapat menciptakan kebijakan yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat setempat.
Pilkada yang dilaksanakan dengan mengedepankan kebudayaan harmonis akan memperkuat demokrasi lokal dan menciptakan fondasi politik yang stabil. Proses pemilihan yang berjalan dalam suasana damai, di mana masyarakat dapat mengekspresikan pilihannya tanpa tekanan, merupakan kunci dalam menciptakan legitimasi bagi pemerintah yang terpilih. Dengan menjaga keharmonisan budaya, potensi konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan pandangan politik dapat diminimalisir.
Maka pendekatan berbasis kebudayaan dalam Pilkada 2024 tidak hanya relevan dalam menjaga stabilitas politik, tetapi juga dalam memperkuat identitas nasional yang inklusif. Dengan menjadikan kebudayaan sebagai instrumen politik yang mendukung dialog, kerjasama, dan persatuan, Indonesia dapat memastikan bahwa proses demokrasi yang berjalan di tingkat lokal akan berkontribusi pada stabilitas dan kemajuan nasional.
ADVERTISEMENT
Berperan Mewujudkan Tujuan Nasional
Kebudayaan memiliki hubungan yang erat dengan upaya mencapai tujuan nasional, terutama dalam konteks Pilkada (maupun pemilu). Pilkada yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebudayaan tidak hanya akan memperkuat proses demokrasi, tetapi juga mampu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan partisipatif.
Kebudayaan, yang mencerminkan identitas bangsa, menjadi instrumen yang menghubungkan politik dengan nilai-nilai sosial yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, Pilkada (juga pemilu) tidak sekadar menjadi ajang kompetisi politik, melainkan juga momen refleksi untuk memperkuat identitas nasional.
Salah satu tujuan utama negara Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, adalah menciptakan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat. Pemilu yang sukses dan damai berperan penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Proses pemilihan yang berjalan lancar akan memperkuat legitimasi pemerintahan terpilih, yang pada gilirannya mampu menjalankan kebijakan yang mendukung kesejahteraan rakyat. Di sinilah kebudayaan berperan, dengan mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan kebersamaan yang dapat membantu menciptakan pemilu yang harmonis dan inklusif.
Pilkada 2024 memberikan peluang besar untuk mengintegrasikan kebudayaan dalam proses demokrasi lokal. Di berbagai daerah di Indonesia, tradisi adat dan norma-norma sosial memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kebudayaan lokal, Pilkada dapat menjadi ajang yang lebih relevan dan dekat dengan rakyat. Para calon pemimpin yang peka terhadap nilai-nilai budaya setempat akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan masyarakat, sehingga proses politik menjadi lebih inklusif dan partisipatif.
Partisipasi yang luas dari masyarakat akan memperkuat demokrasi, dan mendukung terciptanya stabilitas politik yang diperlukan untuk pembangunan daerah. Stabilitas sosial dan politik yang dihasilkan dari Pilkada yang damai pun akan membawa dampak positif yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya stabilitas, pemerintah daerah dapat fokus pada pelaksanaan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Proyek-proyek pembangunan di berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, akan berjalan lebih lancar jika didukung oleh kondisi politik yang stabil.
Hal ini menunjukkan bahwa Pilkada yang memperhatikan aspek kebudayaan, tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap pencapaian kesejahteraan umum. Dan Pilkada yang damai dan inklusif akan membawa Indonesia lebih dekat pada cita-cita kemerdekaan: kesejahteraan dan kemajuan bagi seluruh rakyatnya.***
Ilustrasi Sebuah musem. (Foto. Elizabeth George//unsplash)